Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat pada Senin (22/1) menjatuhkan sanksi kepada maskapai penerbangan Irak, Fly Baghdad dan CEO-nya, dengan tuduhan memberi bantuan kepada militer Iran.
AS juga menjatuhkan sanksi putaran kelima terhadap kelompok militan Hamas, karena penyalahgunaan mata uang kripto, sejak serangan 7 Oktober terhadap Israel, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (24/1/2024).
Baca Juga
Sanksi-sanksi itu muncul ketika kampanye pemboman Israel di Jalur Gaza terus berlanjut – yang sejauh ini telah menewaskan 25.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Jalur Gaza. Milisi yang didukung Iran di Irak melancarkan serangan rutin terhadap pangkalan-pangkalan yang menampung pasukan AS di Irak dan Suriah.
Advertisement
Dalam sanksi baru itu, Departemen Keuangan AS mengatakan, Fly Baghdad dan CEO Basheer Abdulkadhim Alwan al-Shabbani telah memberi bantuan kepada sayap militer Iran dan kelompok proksinya di Irak, Suriah, dan Lebanon.
“Kami jelas akan terus menggunakan semua alat yang kami miliki untuk menarget Hamas, pemberi dana, dan mekanisme transfer keuangannya yang menyalurkan dana untuk mendukung kegiatan teroris mereka,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby di Gedung Putih pada Senin.
Blokir Rekening dan Properti
Sanksi tersebut memblokir akses terhadap properti dan rekening bank AS serta mencegah orang-orang dan perusahaan yang menjadi sasaran melakukan bisnis dengan warga AS.
Fly Baghdad membantah tuduhan AS dan mengatakan, pihaknya akan mengambil tindakan hukum untuk menuntut kompensasi atas kerugian akibat sanksi itu, “karena jelas bahwa keputusan itu didasarkan pada informasi yang menyesatkan dan salah, serta tidak bisa diajukan ke pengadilan.”
Kirby juga berbicara tentang dua anggota Navy SEAL yang dinyatakan tewas pada hari Minggu (21/1) setelah hilang di Laut Arab pada awal bulan ini.
Advertisement
Diplomat Uni Eropa Sebut Israel Mendanai Hamas untuk Melemahkan Otoritas Palestina
Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Jumat (19/1/2024) secara terbuka menuduh Israel mendanai kelompok Hamas. Pernyataan tersebut disampaikan Borrell di Universitas Valladolid, di mana politikus Spanyol itu dianugerahi gelar doktor kehormatan.
Borrell juga menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara pribadi menggagalkan segala upaya untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
"Israel, khususnya pemerintahannya sepenuhnya menolak dan kemarin Netanyahu mengulangnya seolah-olah dia mengantisipasi kata-kata saya hari ini untuk menerima solusi dua negara yang secara pribadi telah dia boikot sejak 30 tahun lalu," tutur Borrell, seperti dikutip dari Euronews, Sabtu (20/1).
Buka Jalan Untuk Berdirinya Palestina
Kata-kata Borrell yang lugas disampaikan hanya sehari setelah Netanyahu menepis seruan Amerika Serikat (AS) untuk membuka jalan bagi berdirinya negara Palestina pasca perang dan mengurangi serangan militer di Jalur Gaza.
"Kami percaya bahwa solusi dua negara harus diterapkan dari luar untuk membawa perdamaian," jelas Borrell.
"Tapi saya tegaskan, dengan terus menolak solusi ini, Israel telah melangkah lebih jauh mendirikan Hamas. Ya, Hamas dibiayai oleh pemerintah Israel dalam upaya melemahkan Otoritas Palestina yang dipimpin Fatah."
Borrell tidak menyampaikan bukti yang mendukung pernyataannya.
Advertisement