Sukses

PM Israel Sebut Qatar Mediator Problematik, Doha: Netanyahu Sengaja Halangi Mediasi Demi Keuntungan Pribadi

Rekaman pertemuan tertutup Netanyahu dengan anggota keluarga sandera awal pekan ini bocor, di mana dalam kesempatan itu dia dilaporkan mengatakan peran Qatar dalam proses mediasi "problematik".

Liputan6.com, Doha - Qatar mengecam keras Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, menuduhnya sengaja menghalangi perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Hamas demi keuntungan politik pribadi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan pada Rabu (24/1/2024) malam bahwa pemerintahannya "terkejut" dengan pernyataan Netanyahu yang bocor, di mana dia mengkritik upaya mediasi negara tersebut atas perang di Jalur Gaza. Ansari menambahkan bahwa komentar pemimpin Israel itu tidak bertanggung jawab dan merusak, namun tidak mengherankan.

"Jika pernyataan yang dilaporkan itu benar, PM Israel hanya akan menghalangi dan melemahkan proses mediasi, dengan alasan yang tampaknya menguntungkan karier politiknya alih-alih memprioritaskan penyelamatan nyawa tak berdosa, termasuk sandera Israel," tulis Ansari di X alias Twitter.

Kantor Netanyahu belum memberikan tanggapan atas respons Qatar, yang mengancam akan mempersulit perundingan yang sudah sulit mengenai bantuan, gencatan senjata, dan pembebasan sekitar 130 sandera yang diyakini masih disandera di Jalur Gaza.

Pernyataan Ansari muncul sebagai tanggapan atas rekaman pertemuan tertutup Netanyahu dengan anggota keluarga sandera awal pekan ini yang bocor dan diperoleh Channel 12 Israel, di mana dia dilaporkan mengatakan peran Qatar dalam proses mediasi "problematik". Demikian seperti dilansir The Guardian, Jumat (26/1).

Dalam rekaman yang bocor itu, Netanyahu disebut mengatakan kepada kerabat sandera bahwa dia sengaja tidak berterima kasih kepada Qatar atas upayanya hingga saat ini dan bahwa dia telah menyatakan kemarahannya terhadap Amerika Serikat (AS), sekutu terpenting Israel, karena memutuskan untuk mempertahankan pangkalan militer di negara minyak semi-demokratis tersebut.

"Qatar menurut saya pada hakikatnya tidak berbeda dengan PBB. Pada dasarnya, tidak berbeda dengan Palang Merah dan dalam beberapa hal bahkan lebih problematik," katanya. "Saya siap menggunakan aktor mana pun saat ini yang akan membantu saya membawa pulang (para sandera). Saya tidak punya ilusi apa pun tentang (Qatar). Mereka punya pengaruh."

Israel telah lama menyatakan bahwa organisasi internasional seperti PBB bersikap bias menentangnya. Qatar dalam beberapa tahun terakhir telah berperan sebagai mediator internasional dalam konflik seperti Ukraina, Sudan, dan Afghanistan, serta dalam pertempuran sebelumnya di Jalur Gaza. Kelompok ini mempunyai hubungan erat dengan Hamas dan menjadi tuan rumah bagi beberapa anggota sayap politiknya.

Pada Kamis, menteri keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, mengipasi api dengan unggahan di X yang menuduh Qatar bertanggung jawab atas serangan Hamas pada 7 Oktober dan menyebut negara Teluk itu sebagai pelindung Hamas dan negara yang mendukung dan mendanai terorisme."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peran Penting Qatar

Qatar, bersama dengan Mesir dan AS, telah berperan sebagai mediator utama dalam perang yang telah berlangsung tiga bulan di Jalur Gaza. Serangan Israel sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 25.700 warga Palestina di Jalur Gaza dan membuat sekitar 85 persen dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mengungsi.

Israel dan Hamas pernah sekali mencapai gencatan senjata selama satu pekan dan Qatar memainkan peran sangat penting dalam mengamankan kesepakatan pada November tersebut, yang membebaskan lebih dari 100 sandera sebagai ganti 240 wanita dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Kemudian, banyak putaran perundingan yang tersendat. Kesepakatan yang saat ini sedang ditinjau diyakini mencakup jeda pertempuran selama 30 hari, di mana sandera Israel yang tersisa akan dibebaskan dalam beberapa tahap, namun para pihak terkait masih belum menyetujui langkah-langkah yang lebih permanen untuk mengakhiri konflik.

3 dari 3 halaman

Dukungan terhadap Perang di Jalur Gaza Masih Tinggi

Dukungan terhadap perang Hamas Vs Israel disebut masih tinggi di kalangan warga Israel, namun jajak pendapat menunjukkan masih rendahnya dukungan terhadap Netanyahu dan koalisi sayap kanannya. Demonstrasi mingguan pada Sabtu malam yang menuntut pembebasan sandera telah ditambah dalam beberapa minggu terakhir dengan meningkatnya seruan untuk mengadakan pemilu.

Pembunuhan 21 tentara Israel pada hari Selasa yang sedang menambang bangunan untuk dibongkar dan terkena tembakan granat – insiden paling mematikan bagi pasukan Israel dalam konflik hingga saat ini – telah memicu perbedaan pendapat masyarakat.

Pada Rabu malam, lalu lintas di jalan raya utama sempat diblokir ketika ribuan orang menghadiri protes di Tel Aviv yang diselenggarakan oleh kelompok advokasi perempuan untuk menuntut proposal pemerintah segera mengenai kesepakatan baru untuk membebaskan para sandera.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.