Liputan6.com, Taipei - Dua anggota parlemen Amerika Serikat (AS) bertemu dengan presiden terpilih Taiwan William Lai pada Kamis (25/1/2024) untuk menegaskan kembali dukungan Washington terhadap pulau yang memiliki pemerintahan mandiri tersebut, namun diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya.
William Lai memenangkan Pilpres Taiwan pada 13 Januari meskipun sebelumnya ada peringatan dari China bahwa kepemimpinannya akan membawa perang dan kemunduran bagi Taiwan. Kemenangan William Lai menandai masa jabatan ketiga bagi Partai Progresif Demokratik (DPP) yang menolak klaim China atas Taiwan.
Ami Bera, anggota DPR AS dari Partai Demokrat dan Mario Diaz-Balart dari Partai Republik tiba di Taipei pada Rabu (24/1) dalam kapasitas mereka sebagai ketua bersama Kaukus Kongres Taiwan. Mereka disebut akan berada di Taiwan hingga Jumat (26/1).
Advertisement
"Di antara pesan-pesan utama yang kami sampaikan di sini hari ini … adalah bahwa dukungan AS terhadap Taiwan adalah tegas, nyata, dan 100 persen bipartisan," kata Diaz-Balart dalam pertemuan dengan William Lai, seperti dilansir CNA.
William Lai, yang masih menjabat wakil presiden Taiwan saat ini, berterima kasih kepada mereka karena menunjukkan dukungan melalui tindakan nyata.
"Kunjungan Anda pada saat yang penting ini sepenuhnya menunjukkan dukungan kuat AS terhadap Taiwan," ujarnya.
William Lai berharap Kongres AS akan terus mendukung Taiwan dalam memperkuat kemampuan pertahanan diri.
"Dengan demikian, kita dapat bersama-sama menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran regional," ungkap dia.
Sekutu Diplomatik Taiwan Semakin Berkurang
Bera dan Diaz-Balart mewakili kelompok kedua dari AS yang tiba sejak Pilpres Taiwan yang diawasi ketat. Rombongan pertama adalah delegasi tidak resmi yang dikirim oleh Presiden Joe Biden untuk memberi selamat kepada William Lai dua hari setelah pemungutan suara selesai digelar.
Namun, kunjungan para petinggi AS itu dibayangi oleh fenomena lain, yaitu Nauru yang tiba-tiba mengumumkan berpaling dari Taiwan ke China.
Menyusul langkah Nauru itu, Taiwan kini hanya memiliki 12 sekutu diplomatik.
Meski AS secara resmi mengakui China, namun Washington merupakan mitra utama sekaligus penyedia senjata utama bagi Taiwan.
Berbicara kepada Presiden Tsai Ing-wen setelah bertemu William Lai, Diaz-Balart mengatakan ini adalah masa yang penuh tantangan.
"Kami melihat apa yang akan datang … dari Beijing, tingkat agresi mereka baik di selat ini maupun di seluruh kawasan," tutur Diaz-Balart.
"Sebagai negara demokrasi, sebagai masyarakat yang percaya pada kebebasan, adalah kewajiban kita untuk mengatasi agresi ini."
Advertisement
Desakan China ke AS
China disebut tidak pernah berhenti menggunakan pengaruh atau bahkan kekuatannya untuk mencoba mengendalikan Taiwan. Beijing mempertahankan kehadiran militernya hampir setiap hari di sekitar pulau itu.
Kementerian Pertahanan Taiwan pada Rabu mengungkapkan pihaknya mendeteksi 18 pesawat tempur, enam kapal angkatan laut, dan tiga balon China di sekitar Taiwan.
Pada hari yang sama, sebuah kapal perang AS berlayar ke selatan melalui Selat Taiwan, jalur air sensitif yang memisahkan Taiwan dari China. Hal tersebut dikonfirmasi Angkatan Laut AS.
"Transit (USS John Finn) melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS untuk menegakkan kebebasan navigasi bagi semua negara sebagai sebuah prinsip," sebut pernyataan Angkatan Laut AS.
"Tidak ada anggota komunitas internasional yang boleh diintimidasi atau dipaksa menyerahkan hak dan kebebasan mereka."
Di Beijing, Kementerian Luar Negeri China pada Kamis mengeluhkan AS telah melontarkan serangkaian kata-kata dan perbuatan negatif sejak terpilihnya William Lai.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mendesak AS untuk segera menghentikan tindakan yang melanggar dan provokatif serta berhenti menimbulkan masalah bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.​