Sukses

Alasan Houthi Serang Kapal Tanker Milik Perusahaan Inggris di Teluk Aden

Sebuah kapal tanker yang terkait dengan Inggris terbakar selama beberapa jam di Teluk Aden setelah terkena rudal yang ditembakkan oleh Houthi.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kapal tanker yang terkait dengan Inggris terbakar selama beberapa jam di Teluk Aden setelah terkena rudal yang ditembakkan oleh Houthi.

Kelompok yang didukung Iran dan berbasis di Yaman ini mengatakan pihaknya menargetkan kapal Marlin Luanda sebagai tanggapan terhadap “agresi Amerika-Inggris”.

AS dan Inggris sebelumnya melancarkan serangan udara terhadap sasaran Houthi sebagai tanggapan atas serangan terhadap kapal di wilayah Laut Merah.

Kapal angkatan laut Prancis, India, dan AS memberikan bantuan kepada kapal tersebut usai diserang, dikutip dari laman BBC, Minggu (28/1/2024).

Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps menyebut serangan itu “tidak dapat ditoleransi dan ilegal.”

“Adalah tugas kami untuk melindungi kebebasan navigasi di Laut Merah dan kami tetap berkomitmen terhadap tujuan tersebut,” katanya di X.

Marlin Luanda terdaftar sebagai Oceonix Services Ltd, sebuah perusahaan yang terdaftar di Inggris.

Ini adalah serangan terbaru terhadap pelayaran komersial oleh Houthi di dan sekitar Laut Merah. Kelompok tersebut mengatakan mereka menargetkan kapal-kapal di wilayah tersebut untuk mendukung warga Palestina di Gaza, tempat Israel memerangi Hamas.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Houthi mengklaim Marlin Luanda adalah kapal Inggris dan menjadi sasaran sebagai tanggapan atas “agresi Amerika-Inggris terhadap negara kami”.

Komando Pusat AS mengatakan “tindakan melanggar hukum ini tidak ada hubungannya dengan konflik di Gaza”.

“Baik kapal maupun awaknya tidak memiliki afiliasi apa pun dengan Israel. Houthi telah menembak tanpa pandang bulu ke Laut Merah, menargetkan kapal-kapal yang berdampak pada lebih dari 40 negara di seluruh dunia,” kata Centcom dalam sebuah pernyataan.

 

2 dari 4 halaman

Houthi Berkunjung ke Rusia, Bahas Upaya Penyelesaian Perang di Gaza

Delegasi Houthi melakukan kunjungan langka ke Moskow, Rusia dalam upaya menekan Amerika Serikat dan Israel agar mengakhiri perang Gaza.

Informasi ini disampaikan oleh juru bicara pemberontak Yaman, dikutip dari laman NDTV.com.

Juru bicara Houthi Mohammed Abdel Salam bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov untuk membahas konflik yang sedang berlangsung di Gaza.

Kelompok Houthi sejak pertengahan November 2023 sering melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah dalam upaya untuk menekan Israel agar mengakhiri perangnya di Gaza.

Serangan tersebut mendorong Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangkaian serangan balasan terhadap pemberontak yang didukung Iran tersebut.

Washington bahkan menetapkan Houthi sebagai organisasi teroris.

Abdel Salam mengatakan, pertemuan dengan Bogdanov membahas serangan AS dan Inggris terhadap Houthi dan menegaskan akan lebih mendesak bagi Amerika Serikat untuk menghentikan agresi di Jalur Gaza.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam keras serangan AS dan Inggris selama pertemuan dengan Houthi.

Rusia mengatakan bahwa serangan tersebut mampu mengacaukan situasi dalam skala regional.

3 dari 4 halaman

Amerika Serikat Update Status Houthi di Yaman Jadi Kelompok Teroris Global

Amerika Serikat (AS) pada Rabu (17/1/2024) menyatakan pemberontak Houthi di Yaman sebagai Kelompok Teroris Global yang Ditetapkan Secara Khusus (SDGT), langkah yang dilakukan di tengah berlanjutnya serangan mereka terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah.

Langkah, yang diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri AS dan Gedung Putih, tersebut membalikkan sebagian keputusan Kementerian Luar Negeri AS pada Februari 2021 yang menghapus penetapan SDGT.

"Hari ini, sebagai respons terhadap ancaman dan serangan yang terus berlanjut ini, AS mengumumkan penetapan Ansarallah, yang juga dikenal sebagai Houthi, sebagai Teroris Global yang Ditetapkan Secara Khusus," kata penasihat keamanan nasional Jake Sullivan, seperti dikutip dari CBS News.

"Penunjukan ini merupakan alat penting untuk menghalangi pendanaan teroris ke Houthi, semakin membatasi akses mereka ke pasar keuangan, dan meminta pertanggungjawaban mereka atas tindakan mereka."

Keputusan Kementerian Luar Negeri AS pada tahun 2021 juga menghapus penetapan kelompok tersebut sebagai organisasi teroris asing (FTO), dan penetapan pada Rabu tidak mengembalikan karakterisasi tersebut.

Penunjukan SDGT berbeda dari FTO karena mempunyai implikasi berbeda terhadap potensi penyaluran bantuan kemanusiaan. Label FTO dapat memicu sanksi bagi mereka yang memberikan dukungan material kepada kelompok yang ditunjuk.

4 dari 4 halaman

Implikasi Berbeda

Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan, "Penetapan SDGT memberikan fleksibilitas yang lebih baik untuk mencapai tujuan yang kita miliki, yaitu menjaga bantuan kemanusiaan serta kesejahteraan masyarakat Yaman yang lebih luas sambil tetap melawan serangan terorisme yang tidak dapat diterima yang dilakukan Houthi."

Sejak perang Hamas Vs Israel pada 7 Oktober, pemberontak Houthi telah melancarkan puluhan serangan drone dan rudal terhadap kapal dagang di Laut Merah dalam apa yang mereka katakan sebagai solidaritas terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Ketika ditanya oleh wartawan pada 12 Januari apakah Houthi adalah kelompok teroris, Presiden Joe Biden menjawab, "Saya kira memang demikian."

Pernyataan Biden tersebut muncul pada hari yang sama ketika pasukan AS dan Inggris, dengan dukungan dari Bahrain, Australia, Kanada, dan Belanda, melancarkan serangan udara putaran pertama mereka terhadap puluhan situs Houthi di Yaman.

Para pejabat AS, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken, telah memperingatkan selama berminggu-minggu mengenai konsekuensi yang tidak ditentukan bagi Houthi, sambil menekankan perlunya mencegah konflik Gaza meluas ke seluruh Timur Tengah.