Sukses

Serangan Drone Tewaskan 3 Prajurit AS di Timur Tengah, Biden Sebut Pelakunya Didukung Iran

Tiga puluh empat personel militer AS sedang dievaluasi atas kemungkinan cedera otak traumatik akibat serangan drone tersebut. Joe Biden menegaskan, pihaknya akan membalas.

Liputan6.com, Washington, DC - Tiga tentara Amerika Serikat (AS) tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan drone ke pangkalan AS di dekat perbatasan Yordania dengan Suriah.

Presiden Joe Biden mengatakan serangan itu dilakukan oleh "kelompok militan radikal yang didukung Iran". AS belum mengonfirmasi siapa dalang di balik serangan terbaru ini, namun Perlawanan Islam di Irak mengaku bertanggung jawab.

"Kami akan merespons," ujar Biden, seperti dilansir BBC, Senin (29/1/2024).

Ini merupakan serangan pertama yang menewaskan tentara AS di Timur Tengah sejak perang Hamas Vs Israel pecah pada 7 Oktober.

Yordania mengatakan serangan drone terjadi di Suriah, bukan di wilayahnya. Melansir Reuters, serangan drone dilaporkan terjadi pada Minggu (28/1) pagi.

Presiden Biden lebih lanjut mengatakan, "AS akan meminta pertanggungjawaban semua pihak yang bertanggung jawab pada waktu dan cara yang kami pilih."

Gedung Putih menjelaskan Biden diberi pengarahan pada Minggu pagi mengenai serangan itu oleh Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan pejabat lainnya.

"Jill dan saya bergabung dengan keluarga dan teman-teman kami yang gugur serta warga AS di seluruh negeri berduka atas kehilangan para pejuang ini dalam serangan yang keji dan sepenuhnya tidak adil ini," sebut pernyataan Biden.

2 dari 4 halaman

34 Tentara AS Kemungkinan Cedera Otak Traumatik

Nama-nama prajurit yang tewas dan terluka belum diumumkan karena para pejabat berupaya memberi tahu keluarga mereka.

Para pejabat AS mengatakan setidaknya 34 personel militer sedang dievaluasi atas kemungkinan cedera otak traumatik dan beberapa tentara yang terluka telah dievakuasi secara medis dari pangkalan untuk perawatan lebih lanjut.

Mereka juga menyebutkan bahwa serangan drone mengenai tempat tinggal, yang jika dikonfirmasi, bisa menjelaskan tingginya jumlah korban jiwa.

Komando Pusat AS (CENTCOM) dan Presiden Biden mengatakan serangan terjadi di sebuah pangkalan di timur laut Yordania, dekat perbatasan Suriah. Belakangan, pangkalan itu diketahui bernama Menara 22.

Namun, juru bicara pemerintah Yordania, Muhannad Moubaideen, mengatakan kepada TV pemerintah bahwa serangan drone menargetkan pangkalan al-Tanf di Suriah.

3 dari 4 halaman

AS Tegaskan Kehadirannya Tidak untuk Memperluas Konflik

Pada Desember 2023, para pejabat AS mengatakan bahwa pangkalan AS di Irak dan Suriah telah diserang setidaknya 97 kali sejak 17 Oktober.

Bulan lalu, AS melancarkan serangan udara terhadap kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Iran setelah tiga tentara AS terluka, salah satunya kritis, dalam serangan drone di sebuah pangkalan di Irak utara.

Sementara itu, dalam wawancara dengan ABC News yang disiarkan pada Minggu (28/1) pagi, Kepala Staf Gabungan Jenderal CQ Brown mengatakan bahwa tujuan AS di kawasan ini adalah untuk tidak memperluas konflik.

"Tujuannya adalah untuk menghalangi mereka dan kami tidak ingin melakukan eskalasi yang lebih besar yang mengarah pada konflik yang lebih luas di kawasan ini," tutur Brown.

4 dari 4 halaman

Solidaritas terhadap Gaza

Pasukan AS dan koalisi juga ditempatkan di Laut Merah setelah Houthi yang didukung Iran mulai menyerang kapal-kapal komersial di wilayah tersebut. Kelompok yang berbasis di Yaman itu mengatakan mereka menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai wujud dukungan terhadap warga Palestina di Gaza.

Militer AS sebelumnya mengatakan tindakan melanggar hukum ini tidak ada hubungannya dengan konflik di Gaza.

"Houthi telah melepaskan tembakan tanpa pandang bulu ke Laut Merah, menargetkan kapal-kapal yang berdampak pada lebih dari 40 negara di seluruh dunia," kata CENTCOM.

Video Terkini