Liputan6.com, Dhaka - Bangladesh pada Senin 30 Januari 2024 telah melaporkan kematian pertama tahun ini akibat Virus Nipah yang merusak otak, ketika seorang pria meninggal setelah meminum jus kurma mentah.
Virus ini, yang ditularkan ke manusia melalui kontak dengan cairan tubuh kelelawar, babi atau orang lain yang terinfeksi, pertama kali diidentifikasi pada tahun 1999 ketika terjadi wabah yang menyerang para petani dan orang lain yang melakukan kontak dengan babi di Malaysia.
Sejak itu penyakit ini telah menyebabkan wabah di Bangladesh, India dan Singapura, menewaskan lebih dari 160 orang di Bangladesh.
Advertisement
Kasus pertama di negara ini pada tahun 2024 dilaporkan di Manikganj, sekitar 50 km dari ibu kota Dhaka, kata Tahmina Shirin, Direktur Institut Epidemiologi, Pengendalian dan Penelitian Penyakit (IEDCR) Kementerian Kesehatan.
"Sampelnya dikirim untuk uji laboratorium dan hasilnya positif. Kami mengetahui bahwa orang tersebut meminum getah kurma mentah,” katanya kepada Reuters.
Kementerian Kesehatan telah memperingatkan masyarakat agar tidak mengonsumsi buah-buahan yang sebagian dimakan oleh burung atau kelelawar, dan mengonsumsi jus kurma mentah.
Sejauh ini belum ada pengobatan atau vaksin untuk Virus Nipah.
Sebanyak 10 orang di antara 14 orang yang terinfeksi Virus Nipah di Bangladesh meninggal pada tahun 2023, jumlah kematian tertinggi dalam tujuh tahun, menurut IEDCR.
Infeksi ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, batuk, dan kesulitan bernapas, yang kemungkinan besar akan diikuti dengan pembengkakan otak.
Tingkat kematiannya diperkirakan mencapai 40% hingga 75%, menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.
Kabar Lain Menyebut Ada 2 Pasien
Sebuah media di Bangladesh melaporkan bahwa dua pria telah meninggal karena infeksi Virus Nipah, dan pejabat setempat mengatakan keduanya telah mengonsumsi jus kurma mentah—yang diketahui merupakan faktor risiko tertular penyakit tersebut—sebelum mereka jatuh sakit.
Kasus-kasus ini merupakan yang pertama di Bagladesh pada tahun 2024 ini.
Menurut Business Post yang berbasis di Dhaka, salah satu pasien adalah seorang pria berusia 38 tahun yang dirawat di rumah sakit di Distrik Manikganj pada 16 Januari. Dua hari kemudian, ketika kondisinya memburuk, dia dipindahkan ke rumah sakit di Dhaka, tempat dia terjangkit Virus Nipah terkonfirmasi.
Pasien lainnya adalah seorang pria berusia 27 tahun dari distrik yang sama, yang awalnya dirawat dengan produk dari apotek setempat setelah gejalanya muncul dan dirawat di rumah sakit di Dhaka setelah kondisinya memburuk.
Bangladesh melaporkan 14 kasus pada tahun 2023, 10 di antaranya berakibat fatal, menjadikan kematian akibat virus di negara tersebut berada pada tingkat tertinggi dalam 5 tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia telah menetapkan penyakit ini sebagai penyakit prioritas untuk penelitian dan pengembangan. Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi) juga memprioritaskan Virus Nipah untuk pengembangan tindakan pencegahan.
Advertisement
Cegah Virus Nipah Masuk Indonesia, Ketua MPR: Wisatawan Asing Terutama dari India Perlu Terus Dimonitor
Sebelumnya, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Bambang Soesatyo mengingatkan Dinas Kesehatan masing-masing daerah untuk memonitor pelaku perjalanan atau wisatawan dari luar negeri, terutama dari India. Hal ini merupakan upaya untuk mendeteksi dini Virus Nipah yang kasusnya terjadi di India.
"Untuk terus memonitor kedatangan wisatawan atau pelaku perjalanan utamanya yang berasal dari India, dengan memperketat pemantauan atau skrining awal khususnya dengan riwayat perjalanan ke daerah wabah," kata pria yang karib disapa Bamsoet ini.
Bamsoet pun mengingatkan pemerintah Bali yang mana pelaku perjalanan atau wisatawannya terbanyak kedua dari India. Mengacu data Januari - Agustus 2023, ada 288,8 ribu kunjungan dari India.
Maka dari itu, ia juga meminta Dinkes Bali mengedukasi masyarakat soal Virus Nipah mulai dari upaya mencegah hingga mengobati bila terinfeksi virus ini.
"Meminta Kemenkes bersama Dinas Kesehatan Bali agar dapat menyampaikan panduan bagi masyarakat untuk mencegah serta mengobati sakit akibat Virus Nipah yang menular dari hewan ke manusia," kata Bamsoet dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com pada Senin (2/10/2023).
Di antaranya, mengingatkan masyarakat untuk dari menghindari mengonsumsi nira atau aren langsung dari pohonnya karena kelelawar dapat mengontaminasi sadapan cairan manis yang diperoleh dari batang tanaman, seperti tebu, sorgum, mapel, atau getah tandan bunga pada malam hari.
Kemudian, meminta masyarakat menghindari kontak dengan hewan ternak, seperti babi, kuda yang kemungkinan terinfeksi virus Nipah. Mengingat hingga saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit virus Nipah, namun gejalanya sudah bisa dideteksi secara dini.
Bamsoet Minta Kemenkes Siapkan Nakes yang Paham Virus Nipah.
Meski virus Nipah belum masuk Indonesia, Bamsoet menyarankan Kemenkes untuk menyiapkan tenaga kesehatan yang memahami virus Nipah.
"Sehingga upaya penanganannya dapat segera diupayakan sesuai dengan mekanisme pengobatan yang diperlukan, seperti terapi suportif dan simptomatik untuk meredakan gejala yang dialami," kata Bamsoet lagi.
Bamsoet juga minta Kemenkes bersama para pakar virus untuk terus memperkuat surveilans guna menghindari risiko penyebaran virus Nipah. Seperti diketahui virus Nipah yang sedang melanda India merupakan virus dengan angka kematian tinggi yakni mencapai 75 persen.
"Dengan harapan, virus Nipah tidak masuk dan merebak di Indonesia yang dapat menyebabkan kejadian luar biasa seperti yang terjadi di India," kata Bamsoet lagi.
Advertisement