Sukses

Delegasi Korea Utara Bakal Kunjungi Rusia, Bikin Negara Barat Ketar-ketir

Kedekatan Pyongyang dan Moskow kemudian menjadi sumber kekhawatiran negara-negara Barat.

Liputan6.com, Moskow - Delegasi Korea Utara dilaporkan akan mengunjungi majelis rendah parlemen Rusia pada 13 Februari, ungkap kantor berita negara RIA mengutip pernyataan seorang wakil dari oposisi Partai Komunis.

Dilansir CNA, Kamis (1/2/2024), anggota parlemen komunis Kazbek Taysaev juga mengatakan bahwa delegasi parlemen Rusia berencana melakukan perjalanan ke Korea Utara pada bulan Maret.

Rusia telah meningkatkan hubungan dengan Korea Utara dan negara-negara lain yang memusuhi Amerika Serikat, seperti Iran, sejak dimulainya perang dengan Ukraina. Kedekatan ini pun kemudian menjadi sumber kekhawatiran negara-negara Barat.

Presiden Rusia Vladimir Putin tahun lalu menerima undangan Kim Jong Un untuk mengunjungi Korea Utara, meski tanggal kunjungannya masih belum jelas. Kremlin mengatakan bulan lalu bahwa kunjungan Putin akan dilakukan dalam waktu dekat.

Selain itu, kedekatan keduanya juga semakin terbukti ketika Kremlin mengungkapkan bahwa Rusia akan mengembangkan hubungan dengan Korea Utara di semua bidang berdasarkan kesepakatan antara para pemimpin mereka pada September.

Ketika isolasi internasional terhadap Rusia semakin meningkat akibat perang Ukraina, para analis mengatakan Rusia telah melihat peningkatan nilai dalam hubungannya dengan Korea Utara.

2 dari 4 halaman

Pembangunan Satelit

Bagi Korea Utara, hubungan dengan Rusia tidak selalu sehangat saat masa kejayaan Uni Soviet, namun negara ini mendapat manfaat dari kebutuhan Rusia akan teman.

"Korea Utara adalah tetangga dan mitra terdekat kami, yang dengannya kami berniat mengembangkan lebih lanjut kemitraan di semua bidang," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya berjanji membantu Korea Utara membangun satelit.

"Dialog di semua tingkatan akan terus berlanjut ... Kami menantikan perundingan yang intens dan bermanfaat," ujar Peskov.

3 dari 4 halaman

Pengembangan Rudal Balistik

KCNA melaporkan pula bahwa Korea Utara terus mendorong pengembangan rudal balistik dan telah melakukan uji coba rudal hipersonik berbahan bakar padat dengan jangkauan menengah - tindakan yang dikutuk oleh Amerika Serikat (AS), Korea Selatan, dan Jepang.

Rusia dan Korea Utara sendiri membantah adanya kesepakatan terkait transfer senjata.

Peskov menuturkan lebih lanjut bahwa Rusia berharap kunjungan Presiden Putin ke Korea Utara, atas undangan Kim Jong Un, akan dilakukan di masa mendatang. Dia mengaku belum ada tanggal yang disepakati.

"Mengingat hubungan Rusia-Korea Utara berkembang dari segala sisi ... segala macam masalah dapat didiskusikan antara Lavrov dan Choe Son Hui," tutur Artyom Lukin, dari Universitas Federal Timur Jauh Rusia.

"Jika dia bertemu dengan presiden Rusia, ini mungkin merupakan indikasi lain Putin akan mengunjungi Pyongyang tahun ini."

4 dari 4 halaman

Kunjungan Menlu Korea Utara Mencakup Perundingan

Tanda yang mencolok dari hubungan yang semakin erat antara Rusia dan Korea Utara terjadi pada Juli, ketika Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi Pyongyang, tepatnya menghadiri pameran senjata yang mencakup rudal balistik.

Kunjungan tersebut dilanjutkan dengan lawatan Kim Jong Un ke Rusia, kunjungan luar negeri pertamanya sejak pandemi COVID-19.

"Singkatnya, Korea Utara merasa semakin tidak aman dan rentan dibandingkan Korea Selatan," kata Lukin.

"Rusia saat ini adalah satu-satunya kekuatan yang dapat membantu meningkatkan keamanan strategis militernya."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan kunjungan Menlu Choe Son Hui akan mencakup perundingan, namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

"Orang-orang Barat terus-menerus melontarkan cerita bahwa Rusia kembali berperilaku berbeda, tidak punya hak untuk berkomunikasi dengan Korea Utara," kata Zakharova di saluran TV pemerintah Rossiya-1 pada Minggu.

"Kami memiliki hak untuk melakukan apapun yang kami anggap perlu, dengan mempertimbangkan fakta bahwa kami terus-menerus menyatakan penghormatan terhadap hukum internasional."

Menlu Choe Son Hui pada Oktober mengatakan bahwa kritik AS dan sekutunya terhadap dugaan pengiriman senjata Korea Utara ke Rusia telah dipolitisasi dan diputarbalikkan, sambil mengatakan bahwa hubungan antara Moskow dan Pyongyang akan mencapai fase baru yang lebih tinggi.

Rusia dan Korea Utara belum berkomentar secara spesifik mengenai tuduhan Moskow menggunakan rudal Korea Utara di Ukraina.