Sukses

PBB Upayakan Bantuan Senilai Rp62,5 Triliun untuk Yaman

PBB meluncurkan permohonan bantuan sebesar US$4 miliar atau setara Rp62,5 triliun pada tahun ini untuk Yaman,

Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah mitranya pada Kamis (1/2) meluncurkan permohonan bantuan sebesar US$4 miliar atau setara Rp62,5 triliun pada tahun ini untuk Yaman, yang hancur akibat perang dan konflik selama hampir satu dekade.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa rencana respons kemanusiaan mereka pada 2024 “membutuhkan US$2,7 miliar untuk layanan bantuan penyelamatan jiwa dan perlindungan.”

Pernyataan tersebut menambahkan bahwa diperlukan dana tambahan sebesar US$1,3 miliar untuk pembangunan berkelanjutan, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (3/2/2024).

“Dukungan mendesak” diperlukan bagi lebih dari 18,2 juta warga sipil di Yaman, “yang menghadapi penderitaan luar biasa setiap hari selama lebih dari sembilan tahun akibat konflik, kejatuhan ekonomi, infrastruktur dan layanan publik yang sangat terganggu, serta perubahan iklim,” kata koordinator kemanusiaan PBB, Peter Hawkins.

“Kita tidak boleh mengabaikan rakyat Yaman. Saya memohon kepada para donor untuk dukungan mereka yang berkelanjutan dan mendesak, untuk menyelamatkan nyawa, membangun ketahanan, dan juga mendanai intervensi yang berkelanjutan,” tambah dia.

 

2 dari 2 halaman

Konflik Melanda Yaman Sejak Ada Pemberontak Houthi

Negara termiskin di semenanjung Arab itu telah dilanda konflik sejak pemberontak Houthi yang didukung Iran, menyerbu Sanaa pada 2014, mendorong intervensi militer yang dipimpin Arab Saudi untuk mendukung pemerintah sah, setahun kemudian.

Ratusan ribu orang tewas karena menjadi korban langsung pertempuran atau karena penyebab tidak langsung seperti kekurangan makanan, dalam apa yang disebut PBB sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

OCHA mengatakan bahwa “17,6 juta orang diperkirakan menghadapi kerawanan pangan akut pada tahun 2024.”

Yaman “mengalami tingkat kekurangan gizi tertinggi yang pernah tercatat, dan situasinya terus memburuk,” menurut laporan OCHA.