Liputan6.com, New York City - Rusia dan Tiongkok secara terang-terangan menuduh Amerika Serikat sebagai biang keladi pemicu ketegangan yang terjadi di Timur Tengah.
Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Senin (5/2) terkait serangan balasan yang baru-baru terjadi, dikutip dari laman NDTV, Selasa (6/2/2024).
Baca Juga
Militer AS menyerang puluhan sasaran di Suriah dan Irak pada Jumat malam hingga Sabtu, sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak pada 28 Januari 2024 di sebuah pangkalan di Yordania yang menewaskan tiga tentara AS.
Advertisement
Serangan tersebut menargetkan unit elit Iran dan kelompok militan pro-Iran, lalu menimbulkan kekhawatiran bahwa perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung di Gaza dapat berubah menjadi konflik regional.
“Jelas bahwa serangan udara Amerika Serikat sengaja ditujukan untuk memicu konflik,” kata Duta Besar Rusia Vasily Nebenzia.
Duta Besar Tiongkok Jun Zhang juga menyatakan bahwa "tindakan Amerika Serikat memperburuk lingkaran setannya di Timur Tengah."
Kemarahan atas tindakan Israel yang menghancurkan Gaza dimulai setelah serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober dan kini telah berkembang di Timur Tengah, memicu kekerasan yang melibatkan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman.
Seorang pejabat PBB menyerukan "semua pihak untuk mundur dari jurang konflik dan mempertimbangkan kerugian manusia serta ekonomi yang tidak dapat ditanggung akibatnya.
“Saya mengimbau Dewan untuk terus secara aktif melibatkan semua pihak untuk mencegah eskalasi lebih lanjut yang bisa memperburuk ketegangan yang merusak perdamaian dan keamanan regional,” kata Rosemary DiCarlo, wakil sekretaris jenderal urusan politik dan pembangunan perdamaian.
Serangan AS Dikecam Iran dan Suriah
Serangan Amerika Serikat menuai kecaman dari pemerintah Irak dan Suriah, dan juga dari Iran. Namun, menyangkal terlibat dalam serangan pesawat tak berawak bulan lalu.
“Setiap upaya yang mengaitkan tindakan ini dengan Iran atau angkatan bersenjatanya adalah menyesatkan, tidak berdasar dan tidak dapat diterima,” kata Duta Besar Iran Amir Saeid Iravani kepada Dewan Keamanan.
Sementara pihak Gedung Putih mengatakan bahwa pihaknya merencanakan tindakan pembalasan yang lebih besar.
“Biar saya perjelas, Amerika Serikat tidak menginginkan lebih banyak konflik di wilayah tersebut ketika kami secara aktif berupaya untuk menahan dan meredakan konflik di Gaza,” kata wakil duta besar Robert Wood.
Dia menambahkan: "Kami tidak bermaksud melakukan konflik langsung dengan Iran, namun kami akan terus mempertahankan personel kami dari serangan yang tidak dapat diterima. Titik."
Advertisement
Pejabat PBB Sebut Situasi Pangan dan Air di Gaza Sangat Buruk
Berbicara dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, Christian menambahkan, “Kondisi di Gaza semakin buruk dari hari ke hari.” Penduduk di wilayah kantong yang terkepung tersebut “benar-benar berada di ambang kelaparan.”
“Kami baru saja melakukan konvoi pagi ini untuk mencapai Rumah Sakit Nasser di mana pasien-pasien, para staf layanan kesehatan, semua orang di sana membutuhkan makanan. Tetapi masyarakat yang sangat membutuhkan pada dasarnya sudah mengambil persediaan tersebut. Seperti yang bisa kita sebut, ini adalah distribusi perbekalan yang dilakukan secara mandiri, yang betul-betul menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan itu," kata Lindmeier.
Serangan Israel terhadap Gaza, yang merupakan tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober, telah meratakan sebagian besar wilayah kecil di pesisir Laut Tengah tersebut. Akibatnya, 85% penduduk Gaza mengungsi, dan menyebabkan 25% penduduknya mengalami kelaparan, dikutip dari laman VOA Indonesia.
Serangan Israel di Tepi Barat
Ketika ditanya tentang serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki di mana pasukan Israel menyamar sebagai perempuan sipil dan petugas medis menyerbu rumah sakit pada Selasa dan menewaskan tiga militan Palestina, Christian mengatakan ia tidak mendengarnya.
Jadi, "Saya tidak bisa membenarkan atau menyangkal. Apapun, penyalahgunaan fasilitas medis dilarang. Tidak pernah boleh ada penyalahgunaan dalam bentuk atau cara apa pun terhadap fasilitas medis."
Militer mengatakan para militan menggunakan rumah sakit itu sebagai tempat persembunyian. Tetapi mereka tidak memberikan bukti.
Advertisement