Sukses

Target Pengurangan Emisi 2040 oleh Uni Eropa Dibayangi Protes Petani

Uni Eropa umumkan target iklim pada Selasa (6/2) dan berkomitmen untuk memangkas semua emisi gas rumah kaca pada tahun 2050.

, Jakarta - Pengumuman target emisi oleh Komisi Eropa pada Selasa (6/2) akan dibarengi rencana transisi energi yang lebih rinci. Blok beranggotakan 27 negara itu sebelumnya telah berkomitmen untuk memangkas semua emisi gas rumah kaca pada tahun 2050.

Tenggat lebih dekat juga telah ditetapkan pada tahun 2030, dengan target pengurangan sebanyak 55 persen dibandingkan level pencemaran tahun 1990.

Tenggat selanjutnya akan jatuh pada tahun 2040. Pada hari Selasa, Uni Eropa dijadwalkan mengumumkan target pengurangan baru. Namun menurut rancangan naskah yang bocor ke kalangan media, target yang ditetapkan adalah sebesar 90 persen, yang berarti hanya menegaskan komitmen lama untuk mempercepat laju dekarbonisasi antara tahun 2020-2030.

Agenda iklim kali ini mulai memasuki sektor sensitif, antara lain menyasar sektor pertanian dan industri tradisional. Rancangan naskah yang dipelajari Reuters antara lain menyebutkan, emisi non-CO2 dari sektor pertanian harus dipangkas sebanyak 30 persen dari level 1995 selambatnya pada tahun 2040, dikutip dari DW Indonesia, Rabu (7/2/2024).

Tapi sumber Reuters di Brussels mengatakan ada perdebatan intensif di tubuh komisi untuk menghilangkan klausul tersebut dari dalam naskah rekomendasi.

Perlawanan Petani

Penetapan target iklim di Brussels, Belgia, dibayangi aksi protes petani Eropa yang menentang pemotongan subsidi bahan bakar diesel di Jerman atau regulasi lingkungan yang lebih ketat di Prancis dan Belanda.

Dorongan dekarbonisasi dan pengurangan emisi yang terlalu kuat dikhawatirkan akan kian melambungkan elektabilitas dan popularitas partai-partai populis kanan mnjelang pemilu legislatif Eropa, Juni mendatang.

 

 

2 dari 3 halaman

Pendekatan Inklusif

Sejumlah kepala negara UE kini mengusulkan "masa jeda" dan menunda penyusunan aturan baru. Bulan lalu, Komisi Iklim UE Wopke Hoekstra mewanti-wanti bahwa Eropa harus tetap berdiri "di atas dua kaki," dengan komitmen iklim di satu sisi dan di sisi lain "memastikan adanya transisi yang adil demi melindungi daya saing pelaku usaha."

Jalan tengah antara perlindungan iklim dan stabilitas ekonomi menjiwai surat bersama yang dikirim oleh 11 negara anggota ke Brussels, termasuk dari Prancis, Jerman dan Spanyol. Dalam dokumen yang dilihat oleh kantor berita AFP itu, ke11 negara mendesak Komisi Eropa menetapkan "target iklim UE yang ambisius" untuk tahun 2040, melalui "transisi yang berkeadilan," dan "tidak memarjinalisasi siapapun, terutama warga yang paling rentan."

 

3 dari 3 halaman

Teknologi Penyimpanan Karbon Dikritik

Target iklim 2040 hanyalah sebuah rekomendasi. Adalah Komisi Eropa hasil pemilu 2024 ini yang nantinya harus mengubah rekomendasi tersebut menjadi sebuah Undang-undang. Polemik politik seputar dekarbonisasi sebabnya dipercaya akan menjadi jalan terjal bagi Eropa menuju KTT Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, bulan November mendatang.

Untuk memenuhi komitmen iklim, UE juga bertaruh pada teknologi penyimpanan karbon yang banyak dikritik karena belum benar-benar teruji. Walaupun terkesan ambisius, rencana pengurangan emisi tetap membutuhkan upaya raksasa dari semua pelaku usaha, mulai dari elektrifikasi hijau hingga pertanian berkelanjutan, yang saat ini menyumbang 11 persen emisi tahunan Uni Eropa.

Ironisnya, penolakan terbesar terhadap regulasi iklim yang lebih ketat datang dari Partai Rakyat Eropa, EPP, partainya Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

"Hal yang mudah untuk menetapkan sebuah angka," kata Peter Liese, kader EPP dan anggota Parlemen Eropa. "Kita bisa melihat betapa semakin ambisius rencananya. Tapi jauh lebih sulit mewujudkan transisi di industri dan masyarakat."

"Kita harus mengajak semua orang," ujarnya lagi, merujuk pada bantuan bagi keluarga miskin yang, misalnya, tidak mampu membeli mobil elektrik.

Peringatan serupa datang dari Elisa Giannneli dari kelompok advokasi iklim E3G. "Jika UE salah langkah maka kelompok populis dan konservatif yang akan mendiktekan arah sebaliknya di masa depan."