Sukses

Hamas Akui Merespons Positif Proposal Gencatan Senjata di Jalur Gaza

Proposal tersebut telah dikirim ke Hamas sekitar sepekan lalu, namun seorang perwakilan Hamas mengatakan mereka membutuhkan waktu hingga Selasa (6/2) untuk memberikan tanggapan karena ada bagian dari proposal itu yang tidak jelas dan ambigu.

Liputan6.com, Doha - Hamas mengatakan mereka memberikan tanggapannya terhadap proposal gencatan senjata baru di Jalur Gaza. Namun, rincian kesepakatan – yang ditetapkan oleh Israel, Amerika Serikat (AS), Qatar dan Mesir – itu belum dirilis.

Sebelumnya dilaporkan bahwa proposal itu mencakup gencatan senjata selama enam minggu, sementara akan ada lebih banyak sandera ditukar dengan tahanan Palestina.

Israel dan AS sama-sama mengatakan mereka sedang meninjau respons Hamas.

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken, yang saat ini berada di Timur Tengah, menuturkan dia akan membahas respons Hamas dengan para pejabat di Israel pada Rabu (7/2/2024). Demikian seperti dilansir BBC.

Meskipun Blinken tidak memberikan indikasi mengenai pandangan AS terhadap respons tersebut, Presiden Joe Biden menggambarkannya sebagai tindakan yang "sedikit berlebihan" dan menunjukkan bahwa para pemimpin Israel tidak akan dengan mudah menyetujui apa yang diminta Hamas.

Seorang pejabat senior Hamas menerangkan kepada BBC bahwa pihaknya telah menyampaikan "visi positif" sebagai tanggapan terhadap proposal gencatan senjata baru, namun meminta beberapa amandemen berkaitan dengan pembangunan kembali Jalur Gaza, pemulangan warga ke rumah mereka, dan suplai bagi mereka yang mengungsi.

Pejabat yang sama mengatakan Hamas juga meminta perubahan terkait perawatan mereka yang terluka, termasuk pemulangan mereka ke rumah dan pemindahan ke rumah sakit di luar negeri.

2 dari 3 halaman

Netanyahu Berada di Bawah Tekanan

Proposal tersebut telah dikirim ke Hamas sekitar sepekan lalu, namun seorang perwakilan Hamas mengatakan kepada Reuters mereka membutuhkan waktu hingga Selasa (6/2) untuk memberikan tanggapan karena ada bagian dari proposal itu yang tidak jelas dan ambigu.

Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al Thani menggambarkan tanggapan Hamas sebagai hal yang positif secara umum.

Selama gencatan senjata selama seminggu pada akhir November 2023, Hamas membebaskan 105 sandera Israel dan asing dengan imbalan pembebasan 240 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Penentuan waktu perjanjian baru dapat menjadi rumit karena klaim yang disampaikan awal pekan ini oleh para pejabat pertahanan Israel bahwa militer membuat kemajuan dalam memburu pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.

Bagaimana pun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berada di bawah tekanan domestik yang kuat untuk menjamin pembebasan sandera yang tersisa.

Meningkatnya krisis regional juga menambah urgensi yang dibawa Menlu Blinken ke Tel Aviv, ketika dia tiba untuk mendorong kemajuan dalam kesepakatan tersebut.

AS terus berupaya membendung eskalasi regional yang semakin meluas setelah serangan drone pekan lalu yang menewaskan tiga tentaranya di Yordania. Washington membalas peristiwa itu dengan serangan udara terhadap milisi yang didukung Iran di Suriah dan Irak serta memperingatkan serangan lebih lanjut.

3 dari 3 halaman

Kewajiban Moral

Kesepakatan gencatan senjata atas perang Hamas Vs Israel di Jalur Gaza dipandang AS sebagai cara paling realistis untuk mengurangi ketegangan lebih jauh.

Pada Selasa, Israel mengonfirmasi bahwa 31 dari 136 sandera yang tersisa di Jalur Gaza tewas. Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan keluarga mereka telah diberitahu dan pihak berwenang akan terus mendorong pemulangan para tawanan yang tersisa.

"Ini adalah kewajiban moral, kewajiban nasional dan kewajiban internasional dan ini adalah pedoman kami dan ini adalah bagaimana kami akan terus beroperasi," kata Hagari.