Liputan6.com, Jakarta - Senat AS, pada Rabu (7/2/2024), dilaporkan gagal memajukan proposal bipartisan untuk memperketat kendali migrasi di sepanjang perbatasan AS–Meksiko. Adapun rancangan undang-undang (RUU) tersebut juga mencakup bantuan militer senilai miliaran dolar untuk Ukraina dan Israel.
Melansir VOA Indonesia, Kamis (8/2), para anggota Partai Republik sudah lama menuntut regulasi lebih ketat untuk menghentikan arus masuk ribuan migran setiap harinya, yang melarikan diri dari kejahatan dan kemiskinan di tanah air mereka dan hendak mencari kehidupan lebih baik di Amerika Serikat. Tetapi pada akhirnya cukup banyak senator Republik yang menggagalkan prakarsa ini dengan menolak usulan untuk memperdebatkan RUU tersebut.
Baca Juga
Isu imigrasi yang selama ini tidak teratasi oleh Kongres dan juga beberapa presiden sebelumnya, secara cepat menjadi isu penting dalam kampanye pemilihan presiden 2024.
Advertisement
Donald Trump, calon kandidat presiden kuat dari Partai Republik, mendesak para anggota Republik di Kongres untuk menentang RUU kecuali jika semua syarat yang mereka minta untuk urusan imigrasi dikabulkan.
Kubu Demokrat sendiri menuduh Trump menginginkan kekacauan di perbatasan berlangsung terus sehingga ia bisa memanfaatkannya dalam kampanye melawan petahana Presiden Joe Biden.
Biden, pada konferensi pers hari Selasa (6/2), mengatakan dia akan menuntut pertanggungjawaban Trump atas masuknya lebih banyak migran ke wilayah AS.
Banyak Migran Masuk Secara Ilegal
Berdasarkan hukum yang berlaku saat ini, banyak migran yang masuk secara ilegal dan mengajukan suaka bisa tinggal di AS selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum pengadilan imigrasi mempertimbangkan suaka mereka.
Dengan mandeknya RUU imigrasi ini, Senat AS saat ini tengah mempertimbangkan rancangan undang-undang baru yang akan memberikan bantuan kepada Ukraina dan Israel tanpa menyertakan aturan soal imigrasi.
Advertisement
Bantuan untuk Ukraina
Terkait bantuan untuk Ukraina, Amerika Serikat (AS) pada Rabu (27/12/2023) mengumumkan mereka akan memberikan tambahan senjata dan peralatan senilai USD 250 juta atau sekitar Rp3,8 triliun kepada Ukraina.
Paket tersebut mencakup amunisi pertahanan udara, komponen sistem pertahanan udara lainnya, amunisi tambahan untuk sistem roket artileri mobilitas tinggi, amunisi artileri 155mm dan 105mm, amunisi anti-lapis baja, dan lebih dari 15 juta butir amunisi senjata kecil.
Komitmen AS Bantu Ukraina
Sebelumnya, Volodymyr Zelenskyy memohon agar Amerika Serikat (AS) mendukung lebih banyak bantuan ke Ukraina. Untuk itu, Zelenskyy mengunjungi para pemimpin AS di Washington DC dalam upaya terakhirnya mendapatkan bantuan sebesar USD 61 miliar yang mandek di Kongres.
Proposal pendanaan terbaru tersangkut politik partisan AS, di mana anggota Kongres dari Partai Republik bersikeras bahwa mereka hanya akan mendukung bantuan untuk Ukraina jika hal itu terkait dengan reformasi imigrasi secara menyeluruh.
Advertisement