Sukses

Putin ke AS: Stop Pasok Senjata ke Ukraina Maka Perang Berakhir

Putin mengakui bahwa dia belum berbicara dengan Presiden AS Joe Biden sejak sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin dalam wawancaranya dengan mantan pembawa acara Fox News, Tucker Carlson, mengatakan jika Amerika Serikat (AS) berhenti mengirim senjata ke Ukraina maka perang akan berakhir dalam beberapa minggu.

Ketika ditanya mengapa dia tidak menelepon Presiden Joe Biden dan mencari solusi terkait perang Ukraina, Putin membalas, "Apa yang perlu dilakukan? Hentikan pasokan senjata dan krisis ini akan berakhir dalam beberapa minggu."

Ditanya tentang kemungkinan konflik nuklir, Putin menjawab, "Itulah yang mereka bicarakan dan mereka berusaha mengintimidasi rakyat mereka sendiri dengan ancaman-ancaman ini ... orang pintar paham bahwa ini palsu, mereka mencoba memicu 'ancaman Rusia'."

Lebih lanjut, dalam wawancaranya Carlson bertanya apakah Putin akan menyerang Polandia, dia menuturkan, "Hanya dalam satu kasus, jika Polandia menyerang Rusia – kami tidak tertarik pada Polandia, Latvia, atau di mana pun."

"Ini benar-benar mustahil … terlibat dalam perang global bertentangan dengan akal sehat … dan perang global akan membawa umat manusia ke ambang kehancuran," tambahnya, seperti dilansir Independent, Sabtu (10/2/2024).

2 dari 3 halaman

Akui Belum Berbicara Lagi dengan Biden

Putin diyakini memberi Carlson waktu yang tidak terbatas untuk wawancara tersebut karena setelah dua jam, mantan pembawa acara berita kabel itulah yang memilih untuk mengakhirinya.

Dalam wawancara dengan Carlson, Putin mengungkapkan bahwa dia belum berbicara dengan Biden sejak sebelum invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

"Kami belum berbicara," ujarnya, namun dia menambahkan bahwa kontak tertentu masih dipertahankan.

Putin memerintahkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, delapan tahun setelah merebut wilayah Krimea, Luhansk, dan Donetsk di Ukraina. Ratusan ribu personel militer dan warga sipil Ukraina – dan sejumlah tentara Rusia – dilaporkan tewas selama dua tahun terakhir.

AS – bersama dengan Uni Eropa dan Inggris – telah menghabiskan miliaran dolar untuk mendukung Ukraina sejak invasi dimulai, baik dalam bentuk perangkat keras militer maupun bantuan keuangan untuk membantu menghentikan keruntuhan perekonomian negara tersebut ketika sedang diserang.

Namun, Partai Republik AS telah memblokir putaran pendanaan terbaru, meskipun ada klaim bahwa hal itu berarti pertahanan Ukraina akan runtuh.

3 dari 3 halaman

Respons Oposisi Rusia

Mikhail Khodorkovsky, seorang pengusaha, oligarki, dan pemimpin oposisi Rusia yang diasingkan, menulis di X alias Twitter, "Semua yang dilakukan Putin memiliki satu tujuan – untuk mempertahankannya berkuasa selama mungkin. Itu sebabnya dia membunuh jurnalis, itu sebabnya dia menginvasi Ukraina – dan itu juga alasan dia membiarkan Tucker Carlson mewawancarainya."

Putin dituduh memenjarakan Khodorkovsky pada tahun 2003 atas tuduhan yang dibuat-buat sebelum menyita perusahaan minyaknya.

"Meskipun Putin dan para propagandisnya mungkin menggambarkan Barat sebagai musuh publik nomor satu di Rusia, kenyataannya dia sangat membutuhkan perhatian dan persetujuan Barat. Mengapa? Karena itu memberinya legitimasi di dalam negeri," tulis Khodorkovsky pada Kamis malam.

"Orang-orang Rusia mungkin diajarkan untuk membenci Barat, namun pada saat yang sama, banyak dari mereka masih memandang Eropa dan AS sebagai panutan budaya. Mereka menonton film-film Barat, mereka membeli barang-barang Barat, mereka mengikuti tim olahraga Barat."

Khodorkovsky menambahkan, "Jadi, ketika seorang tokoh Barat memuji Putin, hal ini akan mendapat pengaruh besar di kalangan masyarakat Rusia dan hal ini berkontribusi pada peringkat persetujuan terhadap Putin. Dan Putin mengetahuinya."

Video Terkini