Liputan6.com, Gaza - Masyarakat yang tinggal di wilayah utara Gaza mengatakan bahwa anak-anak di sana tidak mendapat makanan selama berhari-hari karena izin masuknya bantuan semakin sulit. Akibatnya, beberapa warga terpaksa menggiling pakan ternak menjadi tepung sebagai salah satu cara bertahan hidup, meski stok biji-bijian juga dilaporkan semakin berkurang.
Dikatakan bahwa 300.000 orang yang diperkirakan tinggal di wilayah utara sebagian besar tidak mendapatkan bantuan, dan menghadapi risiko kelaparan yang semakin besar.
Baca Juga
Dilansir BBC, Minggu (11/2/2024), masyarakat juga menggambarkan bahwa mereka menggali tanah untuk mengakses pipa air, yang dimanfaatkan untuk minum dan mencuci.
Advertisement
Mahmoud Shalabi, seorang pekerja bantuan medis setempat di Beit Lahia, mengatakan orang-orang telah menggiling biji-bijian yang digunakan untuk pakan ternak menjadi tepung, namun stok biji-bijian tersebut kini habis.
"Orang tidak menemukannya di pasar," katanya. "Saat ini alat ini tidak tersedia di bagian utara Gaza dan Kota Gaza."
Shalabi juga mengatakan stok makanan kaleng sudah habis.
"Apa yang kami dapatkan sebenarnya berasal dari enam atau tujuh hari gencatan senjata [pada bulan November], dan bantuan apa pun yang diizinkan masuk ke utara Gaza sebenarnya telah dikonsumsi sekarang. Apa yang dimakan orang-orang saat ini pada dasarnya adalah nasi, dan hanya nasi."
Sulitnya Akses Bantuan Masuk
Badan koordinasi kemanusiaan PBB, Coordination of Humanitarian Affairs (Ocha), mengatakan lebih dari separuh misi bantuan di utara Gaza ditolak aksesnya bulan lalu, dan ada peningkatan campur tangan pasukan Israel dalam cara dan di mana bantuan disalurkan.
Hal tersebut kemudian dibantah oleh seorang juru bicara badan militer Israel yang bertugas mengoordinasikan akses bantuan di Gaza yang bulan lalu mengatakan, "tidak ada kelaparan di Gaza. Titik."
Badan tersebut, Cogat, berulang kali menyatakan tidak membatasi jumlah bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Gaza.
Advertisement
Terancam Risiko Kelaparan
Lebih jauh, Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan kepada BBC minggu ini bahwa empat dari lima konvoi bantuan terakhir ke wilayah utara telah dihentikan oleh pasukan Israel, yang berarti ada jeda dua minggu antara pengiriman ke Kota Gaza.
"Kami tahu ada risiko kelaparan yang sangat serius di Gaza jika kami tidak memberikan bantuan pangan dalam jumlah yang sangat besar secara rutin," kata kepala regional WFP, Matt Hollingworth.
PBB juga telah memperingatkan bahwa kekurangan gizi akut di kalangan anak-anak di wilayah utara telah meningkat tajam, dan kini berada di atas ambang batas kritis sebesar 15 persen.
Banyaknya Misi Bantuan yang Ditolak
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Ocha) mengatakan ada peningkatan tajam dalam jumlah misi bantuan yang ditolak aksesnya ke Gaza utara: 56 persen pengiriman ditolak aksesnya pada bulan Januari, naik dari 14 persen pada bulan Oktober hingga Desember.
Pernyataan tersebut juga mengatakan bahwa militer Israel "terkadang memerlukan pembenaran" mengenai jumlah bahan bakar yang ditujukan untuk fasilitas kesehatan, dan "mengenakan pengurangan jumlah bantuan, seperti jumlah makanan".
Advertisement