Liputan6.com, Rafah - Kementerian Luar Negeri RI menyebut pemerintah Indonesia mengutuk keras serangan udara ke penampungan warga Gaza di Rafah.
"Indonesia mengutuk keras serangan udara ke penampungan warga Gaza di Rafah, yang telah memakan korban jiwa, dan rencana serangan daratnya," demikian pernyataan Kemlu RI di akun X (sebelumnya Twitter).
Baca Juga
Kemlu RI menyebut bahwa serangan ini adalah bagian dari skenario besar Israel guna memaksa warga Palestina keluar dari tanahnya sendiri.
Advertisement
"Serangan tersebut diyakini merupakan bagian dari skenario besar Israel untuk memaksa bangsa Palestina keluar dari tanah mereka dan sekaligus menghilangkan masa depan kemerdekaan Palestina."
"Indonesia sekali lagi mendesak Dewan Keamanan PBB, untuk segera bertindak menghentikan serangan Israel tersebut. Hukum Humaniter Internasional harus ditegakkan."
AS Menentang Rencana Israel Menyerang Rafah
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) memperingatkan Israel bahwa melancarkan serangan militer ke Kota Rafah di Gaza Selatan tanpa perencanaan yang tepat akan menjadi bencana.
Gedung Putih menegaskan pihaknya tidak akan mendukung rencana operasi besar apa pun di Rafah tanpa mempertimbangkan pengungsi di sana. Pernyataan tersebut muncul sehari setelah pemimpin Israel mengatakan militer telah diberitahu agar bersiap beroperasi di Rafah.
Ratusan ribu warga Palestina di Jalur Gaza telah melarikan diri ke Rafah untuk menghindari perang Hamas Vs Israel.
Perlindungan Bagi Warga Sipil
"Militer Israel mempunyai kewajiban khusus ketika mereka melakukan operasi di sana atau di mana pun untuk memastikan bahwa mereka mempertimbangkan perlindungan bagi kehidupan sipil yang tidak bersalah," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Kamis (8/2/2024), seperti dilansir BBC, Jumat (9/2). "Operasi militer saat ini akan menjadi bencana bagi orang-orang tersebut dan itu bukanlah sesuatu yang kami dukung."
Kirby mengaku AS belum melihat adanya indikasi Israel akan melancarkan operasi besar di Rafah dalam waktu dekat.
Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Vedant Patel menggemakan komentar Kirby, dengan mengatakan, "Kami (AS) tidak akan mendukung upaya seperti ini tanpa perencanaan yang serius dan kredibel karena berkaitan dengan lebih dari satu juta orang yang berlindung di sana, serta tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap bantuan kemanusiaan dan keamanan keberangkatan warga negara asing."
Ketika ditanya BBC ke mana pengungsi di Rafah harus pergi jika terjadi operasi semacam itu, Patel mengatakan, "Itu adalah pertanyaan sah yang kami yakini harus dijawab oleh Israel."
"Kami tidak berhak menentukan hal-hal ini tetapi apa yang sebenarnya Anda sampaikan adalah mengapa penting untuk memastikan operasi ini dipikirkan sepenuhnya, terutama di wilayah di mana terdapat lebih dari satu juta orang yang mengungsi."
Advertisement
Peringatan yang Jelas bagi Israel?
Jarang sekali AS, sekutu utama dan pendukung militer Israel, berbicara tentang tahap serangan militer Israel di Jalur Gaza. Untuk itu, pernyataan kali ini dinilai merupakan peringatan yang jelas.
AS mengirimkan sekitar USD 3,8 miliar bantuan militer ke Israel setiap tahun, menjadikannya sebagai penerima pendanaan semacam itu yang terbesar di dunia.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 27.800 warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 dan setidaknya 67.000 lainnya terluka. Ada pun sekitar 1.300 orang diklaim tewas di Israel dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.