Liputan6.com, Islamabad - Partai mantan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif dan sekutunya pada Selasa (13/2/2024) malam mengumumkan bahwa mereka akan bersama-sama membentuk pemerintahan koalisi. Langkah tersebut mengakhiri ketidakpastian sejak pekan lalu ketika tidak ada partai yang memenangkan mayoritas dalam pemilu parlemen.
Perkembangan terakhir terjadi beberapa jam setelah partai-partai tersebut – semuanya merupakan saingan mantan Perdana Menteri Imran Khan yang dipenjara – bertemu di Islamabad.
Baca Juga
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Partai Rakyat Pakistan yang dipimpin mantan Presiden Asif Ali Zardari dan Liga Muslim Pakistan pimpinan Nawaz dan adiknya, Shehbaz Sharif, yang menggantikan Khan ketika dia digulingkan melalui mosi tidak percaya di parlemen pada tahun 2022.
Advertisement
Pada konferensi pers dengan Zardari dan politikus lainnya, Shebaz tidak mengatakan siapa yang akan menjadi pilihan bersama sebagai perdana menteri. Dalam sambutan singkatnya, dia hanya mengatakan pembicaraan koalisi berhasil.
"Kami telah memutuskan bahwa kami akan membentuk pemerintahan bersama," tutur Zardari, seperti dilansir AP, Rabu (14/2).
Juru bicara Liga Muslim Pakistan Marriyum Aurangzeb mengatakan bahwa Nawaz telah menominasikan Shebaz untuk menduduki jabatan perdana menteri.
Namun, mengutip The Economic Times, Shehbaz justru dilaporkan mengonfirmasi Nawaz akan kembali menjabat perdana menteri.
"Saya tegaskan hari ini bahwa dia akan menjadi perdana menteri untuk keempat kalinya," ujar Shehbaz pada Selasa.
Khan Menang Pemilu tapi...
Partai Liga Muslim Pakistan telah melakukan pembicaraan dengan Zardari dan sekutu lainnya pasca pemilu Majelis Nasional atau majelis rendah parlemen pada Kamis (8/2).
Meskipun kandidat yang didukung oleh Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf pimpinan Khan memenangkan 93 dari 265 kursi Majelis Nasional, hal itu tidak cukup untuk membentuk pemerintahan. Liga Muslim Pakistan pimpinan Sharif bersaudara dan Partai Rakyat Pakistan pimpinan Zardari masing-masing meraih 75 dan 54 kursi.
Kemenangan yang mengejutkan dari para kandidat yang didukung partai Khan merupakan kejutan bagi Nawaz, yang dianggap sebagai kandidat pilihan lembaga keamanan setelah dia kembali dengan mulus ke negara itu pada Oktober 2023.
Militer Pakistan selalu menjadikan dirinya sebagai penentu utama siapa yang akan menjadi perdana menteri.
Advertisement
Klaim Kecurangan
Langkah yang diambil oleh saingan Khan pada Selasa terjadi beberapa jam setelah partai Khan menolak mengadakan pembicaraan apa pun dengan mereka. Khan, yang saat ini menjalani hukuman penjara karena tuduhan korupsi dan pelanggaran undang-undang perkawinan, telah didiskualifikasi dari pencalonan pemilu.
Anggota partai Khan sendiri harus bersaing dalam pemungutan suara sebagai kandidat independen setelah Komisi Pemilihan Umum dan Mahkamah Agung mencabut simbol pemilu dari partainya, yang membantu pemilih yang buta huruf menemukan kandidat dalam surat suara. Mereka juga memberlakukan hambatan hukum lainnya.
Partai yang dipimpin Khan mengatakan pemungutan suara pada 8 Februari dicurangi untuk mencegah mereka meraih mayoritas di parlemen. Tuduhan tersebut dibantah oleh pejabat pemilu.
Berdasarkan konstitusi, Presiden Pakistan Arif Alvi akan mengadakan sidang perdana Majelis Nasional sebelum 29 Februari, sehingga anggota parlemen dapat dilantik. Parlemen kemudian akan memilih perdana menteri baru.