Liputan6.com, Jakarta - Ukraina membutuhkan hampir setengah triliun dolar AS untuk memenuhi biaya rekonstruksi akibat invasi Rusia, kata Bank Dunia, Uni Eropa, PBB dan pemerintah Ukraina pada Kamis (15/2).
Dan Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmygal mengatakan pada Kamis bahwa aset-aset Rusia yang disita harus menanggung sebagian besar anggaran itu.
Baca Juga
Kyiv berupaya mengerahkan sumber daya internasional untuk membantunya membangun kembali kota, jalan, jembatan, dan fasilitas energi yang hancur atau rusak akibat serangan Rusia selama dua tahun.
Advertisement
“Total biaya rekonstruksi dan pemulihan di Ukraina adalah 486 miliar dolar AS pada dekade berikutnya, naik dari perkiraan 411 miliar dolar AS satu tahun lalu,” kata Komisi Uni Eropa, yang merangkum laporan baru tersebut, dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (17/2/2024).
Penilaian ini disiapkan bersama oleh keempat organisasi tersebut.
Dikatakan bahwa Ukraina akan membutuhkan 15 miliar dolar AS pada 2024 saja untuk kebutuhan rekonstruksi yang paling mendesak, seperti perbaikan rumah dan jaringan transportasi penting.
Ukraina menyerukan negara-negara Barat untuk mencairkan sekitar 300 miliar dolar AS aset Rusia yang dibekukan, untuk mendanai pekerjaan perbaikan besar-besaran pada infrastrukturnya.
“Kebutuhan rekonstruksi terus meningkat selama setahun terakhir,” kata Shmygal, Kamis.
“Sumber daya utama bagi pemulihan Ukraina, adalah penyitaan aset-aset Rusia yang dibekukan di Barat,” tambahnya.
Laporan itu menemukan 10 persen perumahan di Ukraina telah rusak atau hancur dalam perang dua tahun tersebut.
Laporan ini juga menyoroti kerusakan parah terhadap lingkungan dan pertanian akibat ledakan di bendungan Kakhovka pada Juni lalu.
Laporan itu mengatakan, kerusakan “terkonsentrasi” di empat wilayah garis depan – Donetsk, Lugansk, Kherson dan Zaporizhzhia – yang diklaim Moskow telah dianeksasi; tetapi juga ada di sekitar ibu kota Kyiv dan di Kharkiv, wilayah timur laut Ukraina.
Ukraina Butuh 500 Ribu Tentara Baru untuk Lawan Rusia
Perang Rusia-Ukraina masih belum berhenti. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kini sedang mencari hingga setengah juta tentara tambahan untuk bertempur. Ia mengakui bahwa isu ini sensitif.
Saat ini, Ukraina sedang mengalami masalah aliran pendanaan, sebab bantuan dari Amerika Serikat diblokir oleh Partai Republik, sementara bantuan dari Uni Eropa diblokir oleh pemerintah Hungaria.
Dilaporkan BBC, Ukraina juga menghadapi kekurangan pasokan amunisi karena masih terus melawan invasi Rusia yang dimulai pada Februari 2022. Alhasil, ada ketakutan bahwa Rusia bisa mengalahkan Ukraina akibat persediaan senjata.
Angka tentara yang disebut Presiden Zelenskyy,yakni 450 ribu hingga 500 ribu orang, merupakan masukan dari para komandan militer Ukraina.
Advertisement
Produksi Drone 2024
Presiden Ukraina juga menambahkan bahwa negaranya akan bisa memproduksi drone pada 2024 mendatang. Ukraina masih menolak negosiasi perdamaian dengan Rusia, kecuali wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia dikembalikan.
Ibu Negara Ukraina Olena Elenska berkata bahwa Ukraina sangat terancam jika tidak mendapatkan dukungan dari Barat.
Di lain pihak, Presiden Rusia Vladimir Putin masih percaya diri bahwa ia bisa menang di pernag Ukraina. Namun, Putin mengakui bahwa tentara Rusia mengalami kendala di sistem pertahanan udara dan komunikasi, serta Rusia perlu menambah produksi drone.
Pada laporan-laporan sebelumnya, Rusia memakai narapidana sebagai tentara. Para pemuda Rusia berbondong-bondong pergi ke luar negeri setelah Vladimir Putin mengumumkan butuh prajurit-prajurit baru.