Sukses

Korea Selatan Pakai Jurus Subsidi Pembekuan Sel Telur Demi Tingkatkan Angka Kelahiran

Cara subsidi pembekuan sel telur dinilai oleh pemerintah Seoul menjadi cara paling praktis untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran, krisis bayi yang tengah terjadi di Korea Selatan.

Liputan6.com, Seoul - Ketika angka kelahiran di Korea Selatan mencapai titik terendah, pejabat kota Seoul mempunyai rencana untuk membantu dengan memberikan subsidi pembekuan sel telur. Namun, para ahli memperingatkan bahwa inisiatif ini tidak mungkin membalikkan penurunan demografis yang drastis.

Dengan tingkat kelahirannya yang hanya ada pada angka 0,7 untuk setiap perempuan pada akhir tahun 2003 lalu, Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan angka kelahiran terendah di dunia. Ini artinya, populasinya menua dan menyusut dengan cepat.

Pemerintah telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mencoba mendorong lebih banyak kelahiran, salah satunya melibatkan pemerintah Seoul menawarkan untuk mensubsidi biaya pembekuan sel telur.

Salah satu warga Korea Selatan, Jeong yang berusia 40-an, memutuskan untuk melakukannya.

"Saya merasakan tekanan untuk memiliki bayi karena usia saya, yang membuat saya mempertimbangkan untuk segera menikah," kata Jeong, seperti dikutip CNA, Senin (19/2/2024). 

"Ketika saya mencapai usia pertengahan 30-an, saya menyarankan kepada pria yang saya kencani agar kami menikah sesegera mungkin. Tapi itu tidak berhasil," tambah Jeong.

Meskipun perempuan lajang dapat membekukan sel telurnya, pada kenyataannya skema ini hanya akan membantu perempuan yang akan menikah, karena klinik yang menawarkan inseminasi intrauterin (IUI) dan fertilisasi in vitro (IVF) biasanya memerlukan surat nikah, sehingga prosedur ini hampir tidak mungkin dilakukan bagi para lajang atau pasangan sesama jenis untuk melakukan proses bayi tabung.

 

2 dari 3 halaman

Pertahankan Kesuburan Wanita

Pembekuan sel telur secara teoritis memungkinkan perempuan untuk mempertahankan kesuburan mereka, meskipun hal ini dianggap lebih mungkin berhasil jika perempuan menjalani prosedur ini sebelum kualitas sel telur mulai menurun tajam, biasanya pada usia 38 tahun ke atas.

Setelah membekukan telurnya, Jeong mengatakan dia tidak lagi merasa "cemas" menjadi lajang dan kehilangan bayi - dan siap menunggu sampai dia menemukan orang yang tepat.

"Sekarang saya punya telur beku sebagai asuransi, saya bisa meluangkan waktu," katanya.

3 dari 3 halaman

Cara Praktis

Cara ini, menurut pemerintah Seoul, menjadi solusi paling praktis untuk "berinvestasi dalam kemungkinan melahirkan anak di masa depan".

"Seiring dengan meningkatnya usia pernikahan dan kehamilan, dan semakin menonjolnya partisipasi perempuan dalam masyarakat, terdapat peningkatan minat di kalangan perempuan belum menikah yang ingin hamil dan melahirkan di masa depan," kata pemerintah.

Video Terkini