Sukses

2 Kapal Militer Iran di Laut Merah Jadi Target Serangan Siber AS

Pihak Amerika Serikat (AS) menyatakan telah melancarkan serangan siber pada awal Februari 2024, terhadap dua kapal militer Iran.

Liputan6.com, Teheran - Pihak Amerika Serikat (AS) menyatakan telah melancarkan serangan siber pada awal Februari 2024, terhadap dua kapal militer Iran. Sebagai bagian dari respons dari berbagai arah terhadap pembunuhan tiga tentara AS oleh proksi yang didukung Iran, demikian konfirmasi VOA yang dikutip Senin (19/2)

Seorang pejabat AS, yang berbicara kepada VOA tanpa menyebut nama karena sensitivitas operasional, mengatakan MV Behshad adalah salah satu kapal yang menjadi sasaran. Adapun kapal militer Iran sedang mengumpulkan informasi intelijen tentang kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden.

Sebuah sumber yang mengetahui serangan siber mengatakan sebuah fregat Iran juga menjadi sasaran.

Pejabat AS mengatakan serangan siber terhadap MV Behshad bertujuan untuk menghambat kemampuannya berbagi informasi penargetan dengan pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman. Kelompok tersebut telah menembakkan rudal ke jalur pelayaran internasional.

NBC News pertama kali melaporkan serangan terhadap kapal mata-mata Iran pada Kamis tetapi tidak melaporkan serangan siber terhadap kapal fregat Iran.

Pejabat AS biasanya tidak mengungkapkan operasi rahasia, termasuk serangan siber.

Awal Februari ini, penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan memperingatkan potensi upaya pembalasan yang "tidak terlihat untuk mengirimkan pesan yang sangat jelas bahwa ketika pasukan Amerika diserang, ketika orang Amerika terbunuh, kami akan merespons, dan kami akan merespons dengan tegas."

Sekretaris Pers Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder menolak berkomentar kepada VOA mengenai serangan itu, yang menurut seorang pejabat terjadi lebih dari seminggu yang lalu.

 

 

2 dari 3 halaman

Serangan ke Pasukan AS

Sejauh ini menurut Pentagon belum ada serangan terhadap pasukan AS di Irak, Suriah atau Yordania --sejak 4 Februari.

Sementara pasukan AS di Irak, Suriah dan Yordania diserang oleh militan yang didukung Iran lebih dari 160 kali sejak pertengahan Oktober 2023, tak lama setelah serangan Hamas terhadap Israel. Sebagian besar serangan tersebut menyebabkan sedikit atau tidak ada korban luka atau kerusakan, namun serangan pada akhir Januari 2024 di pangkalan Tower 22 di Yordania menewaskan tiga anggota militer Amerika dan melukai puluhan lainnya.

Di sisi lain, militan Houthi yang didukung Iran terus melanjutkan serangkaian serangan yang menargetkan jalur pelayaran internasional di Laut Merah dan Teluk Aden sebagai aksi solidaritas terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.

3 dari 3 halaman

Kala Iran Disebut Tidak Berperang dengan AS, Tapi Juga Tak Berdamai

Menurut riset teranyar lembaga penelitian konflik International Crisis Group, ICG, Iran pun diduga terlibat dalam serangan terhadap pangkalan militer AS di al Tanf, Suriah, akhir Januari lalu. Walupun begitu, tidak ada cara memastikan apakah serangan dikoordinasikan dengan Teheran.

Analisa ICG mencatat, Washington mencurigai niat Iran membebaskan koridor darat Timur-Barat yang menghubungkannya dengan Irak dan Suriah lewat jalan darat, selain jalur udara yang sudah ada. Melalui koridor tersebut, Iran diyakini akan mampu memasok senjata hingga ke pesisir Laut Tengah di Lebanon.

Iran sebaliknya ingin mencegah AS menguasai jalur darat Utara-Selatan dari Turki, Yordania hingga ke Teluk Akaba, tulis ICG, karena akan memutus jalur suplai dari Iran ke Timur Tengah.

 Azizi menilai, eskalasi serangan oleh Poros Perlawanan diniatkan untuk menggerakkan AS agar mendesak Israel menghentikan perang melawan Hamas di Jalur Gaza. Namun serangan terkoordinasi terhadap militer AS tidak seharusnya pula menelan korban jiwa. "Iran dan sekutunya paham, bahwa kematian serdadu akan mengundang reaksi yang lebih dramatis dari Washington. Dan Teheran tidak sedang menginginkan perang terbuka dengan AS."

Selengkapnya klik di sini...