Liputan6.com, Boston - Salah satu penumpang yang baru saja kembali dari kunjungan ke Republik Demokratik Kongo jadi sorotan saat bagasinya menarik perhatian anjing pelacak Bea Cukai AS. Ketika petugas keamanan memeriksa bagasi tersebut, mereka menemukan benda tak biasa dan memicu kecurigaan lebih lanjut dari pihak keamanan yakni mumi monyet.
Dilansir dari Associated Press (AP), Rabu (13/3/2024) mengutip salah satu petugas, diketahui bahwa penumpang tersebut melapor bagasinya berisi ikan kering, tetapi pemeriksaan di Bandara Boston menemukan empat ekor bangkai monyet yang mengalami dehidrasi.
"Wisatawan tersebut mengatakan alasan ia membawa monyet itu adalah untuk konsumsi pribadinya," kata Ryan Bisette, juru bicara Bea Cukai pada hari Minggu (11/2).
Advertisement
Daging mentah dan proses pengolahan yang kurang dari hewan liar atau yang biasa disebut "bushmeat" dan sudah dilarang di Amerika Serikat karena membawa ancaman virus mematikan.
"Potensi bahaya yang dibawa oleh daging mentah yang dibawa ke Amerika Serikat benar adanya. Bushmeat ini dapat mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit, termasuk virus Ebola" kata direktur Pelabuhan setempat untuk Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan, Julio Caravia.
Peristiwa ini terjadi Januari lalu tapi baru dipublikasikan pada awal Februari pada tanggal 9.
Pada hari Minggu (11/2), Bisette mengatakan bahwa tidak ada tuntutan yang diajukan, tetapi semua bagasi telah disita dan ditemukan hampir 4 kilogram daging hewan liar yang sudah ditandai untuk dimusnahkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat.
Ancaman Penyakit dari Daging Hewan Liar
Daging liar, biasanya didefinisikan sebagai daging dari hewan yang ditangkap di alam liar daripada di peternakan, telah menjadi perhatian utama dalam konteks kesehatan manusia dan keseimbangan ekosistem.
Meskipun di beberapa budaya daging liar merupakan bagian dari pola makan tradisional, penangkapan dan konsumsi daging liar telah berhasil menimbulkan sejumlah masalah dan penyakit yang kompleks bagi kesehatan manusia.
Salah satu ancaman utama yang terkait dengan daging liar adalah risiko penularan penyakit dari hewan ke manusia, yang dikenal sebagai zoonosis. Berdasarkan data dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Sebagian besar penyakit zoonosis disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang dapat ditularkan dari mengonsumsi satwa liar ke dalam tubuh manusia melalui kontak langsung atau melalui konsumsi daging yang terkontaminasi oleh virus-virus tersebut.
Dilansir dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (20/02) Di Indonesia sudah terdapat berbagai penyakit yang muncul, seperti antraks, Rabies dan Ebola yang kemungkinan juga terdapat dalam bangkai monyet yang dibawa oleh wisatawan tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga kebersihan dan memastikan makanan kita terproses dengan baik serta sudah layak makan.
Advertisement
Tindakan Lanjut oleh Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan
Dilansir dari Kementerian Keuangan Direktorat Jendral Bea dan Cukai dan Bea Cukai Tanjung Emas pada 20 Februari, Bea Cukai sebagai pengawas dan pelayanan di Bandara untuk memastikan barang aman dan perlindungan perbatasan dalam mencegah masuknya bahan-bahan berbahaya atau tidak sah ke suatu negara dan berwenang untuk melakukan pemeriksaan seperti body check terhadap penumpang apabila ditemukan kecurigaan.
Kejadian yang terjadi di Bandara Boston tersebut membuat Bea Cukai melakukan penyitaan terhadap bagasi penumpang yang mengandung daging hewan liar dan hal ini merupakan contoh tindakan yang diambil oleh Bea Cukai sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat dan keamanan pangan negara yang bersangkutan.
Daging hewan liar yang ditemukan dalam bagasi tersebut memiliki potensi untuk membawa berbagai penyakit zoonosis atau penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Karena itu, tindakan untuk menandai dan memusnahkan daging tersebut oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS adalah langkah yang tepat untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Pengumuman kejadian ini pada Jumat (9/2) juga menunjukkan transparansi dan akuntabilitas pihak berwenang dalam memberitahukan kepada masyarakat tentang tindakan yang diambil untuk menjaga keamanan dan kesehatan mereka. Ini memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya patuh terhadap peraturan dan regulasi yang berkaitan dengan impor dan ekspor barang-barang melalui perbatasan.
Perdagangan Satwa Liar dan Dampaknya
Perdagangan satwa liar merupakan industri yang melibatkan jual beli hewan-hewan yang hidup di alam liar, baik untuk kepentingan komersial, hobi, atau penggunaan lainnya. Meskipun ada perdagangan yang legal dan diatur, banyak aspek perdagangan satwa liar juga terlibat dalam aktivitas ilegal, seperti penangkapan ilegal
Perdagangan ini memiliki dampak yang luas, termasuk dampak ekonomis, dan sosial. dalam hal ekonomis pedagang satwa liar mengeksploitasi kelemahan aspek keuangan dan non-keuangan negara, sehingga memungkinkan kejahatan satwa liar berlanjut dan merusak integritas keuangan. Dilansir dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.
Salah satu dampak utama adalah terhadap populasi hewan liar itu sendiri. Praktik perburuan liar dan penangkapan ilegal dapat mengancam keberlangsungan hidup spesies-spesies tertentu, bahkan mengarah pada kepunahan. Kehilangan spesies hewan liar ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan menyebabkan kerugian yang cukup signifikan.
Untuk mengatasi masalah perdagangan satwa liar, diperlukan upaya yang berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga internasional, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Ini termasuk penguatan regulasi dan penegakan hukum, pendidikan masyarakat tentang pentingnya konservasi hewan liar adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Advertisement