Sukses

Israel Klaim Tangkap Ratusan Anggota Hamas di Rumah Sakit Nasser

IDF mengklaim bahwa beberapa orang yang mereka tangkap berpartisipasi dalam serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel.

Liputan6.com, Gaza - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku pada Senin (19/2/2024), mereka menangkap ratusan anggota Hamas yang bersembunyi di Rumah Sakit Nasser, termasuk beberapa di antaranya yang mereka sebut menyamar sebagai staf medis.

"Sebagai bagian dari aktivitas IDF di rumah sakit, kotak-kotak obat ditemukan dengan nama sandera Israel di dalamnya. Paket obat-obatan yang ditemukan masih disegel dan belum diserahkan kepada para sandera," ujar IDF, seperti dilansir CNN, Selasa (20/2).

IDF mengklaim bahwa beberapa orang yang mereka tangkap berpartisipasi dalam serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel. Militer Israel tidak mengatakan ke mana para tersangka dipindahkan, melainkan hanya mengonfirmasi bahwa mereka telah dipindahkan untuk menjalani penyelidikan lebih lanjut.

Otoritas kesehatan Jalur Gaza membantah klaim IDF, menyebutnya tidak benar. Mereka menegaskan, "Rumah sakit menyediakan layanan kepada warga sipil di Jalur Gaza."

Sementara itu, saksi mata juga menuturkan kepada CNN, pasukan Israel memaksa para dokter dan staf medis lainnya keluar Rumah Sakit Nasser membuka pakaian mereka dan membiarkan mereka menunggu berjam-jam dalam cuaca dingin sebelum lima dokter diizinkan kembali ke gedung untuk merawat pasien.

Saksi mata berbicara kepada CNN melalui telepon. Sumber tersebut mengatakan ketika IDF mengambil alih Rumah Sakit Nasser pekan lalu, mereka menyiarkan pesan yang berbunyi, "Dokter, keluarlah."

Saat petugas medis keluar dan disuruh melepas pakaian, mereka protes karena kondisi yang sangat dingin.

"Buka pakaian Anda," sebut saksi mengutip perintah tentara Israel seperti dilansir CNN, Selasa (20/2).

Para dokter kemudian menanggalkan pakaian mereka dalam cuaca dingin dan dibiarkan di luar selama beberapa jam sebelum pasukan Israel memilih lima dokter untuk kembali merawat pasien. Saksi mata tidak mengetahui apa yang terjadi pada dokter lainnya.

Tinggal lima dokter yang merawat puluhan pasien di gedung tua kompleks tersebut, kata seorang saksi mata, yang berada di dalam rumah sakit dan meminta untuk tidak disebutkan namanya.

2 dari 3 halaman

Bau Mayat Membusuk

Nasser adalah rumah sakit terbesar yang berfungsi di Gaza sebelum serangan IDF pekan lalu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kompleks medis Rumah Sakit Nasser, yang kini menampung sekitar 180 pasien dan 15 staf medis, tidak memiliki air keran atau listrik dan bergantung pada generator cadangan untuk memelihara mesin penyelamat nyawa.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengaku pihaknya menghadapi tantangan besar untuk mengirimkan bahan bakar ke rumah sakit di tengah aktivitas militer yang sedang berlangsung di wilayah tersebut.

Saksi mata mengungkapkan, udara dipenuhi bau mayat yang membusuk.

"Empat pasien meninggal dalam beberapa hari terakhir dan pasukan (Israel) tidak mengizinkan mereka mengeluarkan pasien dari gedung, baunya sangat menyengat," kata seorang saksi mata.

3 dari 3 halaman

Klaim Israel

Pada Minggu (18/2), WHO mengevakuasi 14 pasien yang membutuhkan oksigen. Sumber medis di Nasser mengatakan kepada CNN bahwa 16 pasien lagi dievakuasi pada Senin.

Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengabarkan pada Senin bahwa evakuasi pasien terus berlanjut di tengah kekurangan akut makanan, oksigen, dan pasokan medis dasar.

Otoritas kesehatan di Jalur Gaza menyatakan pada Minggu bahwa sekitar 70 petugas kesehatan di kompleks medis Rumah Sakit Nasser ditangkap pasukan Israel dan 80 pasien telah dipindahkan dari rumah sakit ke lokasi yang tidak diketahui.

IDF tidak segera menanggapi pertanyaan CNN tentang memaksa staf medis melepas pakaian mereka saat cuaca dingin, namun pernyataan tersebut serupa dengan laporan dari rumah sakit lainnya di Jalur Gaza yang dimasuki pasukan Israel.

CNN menyebut pihaknya telah melihat setidaknya satu contoh pria Palestina yang sebagian besar pakaiannya dilucuti dan ditahan oleh pasukan Israel.

Israel pernah mengatakan di masa lalu bahwa mereka melucuti pakaian karena takut yang bersangkutan menyembunyikan bahan peledak rakitan. IDF pun mengklaim mereka memperlakukan tahanan sesuai dengan hukum internasional.