Sukses

Hadiri Pertemuan G20, Menlu Retno Dorong Gencatan Senjata Permanen Segera di Jalur Gaza

Gencatan senjata kata Menlu Retno akan menjadi game changer paling fundamental untuk menghentikan pertumpahan darah dan krisis kemanusiaan, serta menciptakan situasi kondusif menuju negosiasi solusi dua negara.

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi melakukan lawatan kurang dari 30 jam ke Rio de Janeiro, Brasil, pada Rabu (2/2/2024) untuk menghadiri dua pertemuan, yakni pertemuan tingkat menlu G20 dan pertemuan tingkat menlu MIKTA (forum kerja sama Meksiko, Indonesia, Republik Korea, Turki, dan Australia).

Presidensi G20 Brasil merupakan lanjutan dari rangkaian kepemimpinan negara berkembang di G20 dan mengangkat tema "Building a Just World and a Sustainable Planet".

Dalam pernyataannya yang dilansir situs web Kementerian Luar Negeri RI, Menlu Retno mengatakan bahwa pertemuan para menlu G20 terbagi dalam dua sesi.

"Sesi pertama membahas mengenai peran G20 dalam menangani ketegangan internasional yang sedang berlangsung. Dan sesi ini membahas isu geopolitik dan peran kolektif dalam menyelesaikan ketegangan. Sementara sesi kedua membahas global governance reform atau reformasi tata pemerintahan global. Ini termasuk dalam prioritas presidensi G20 tahun ini," tutur Menlu Retno.

Singkatnya waktu di Brasil, membuat Menlu Retno hanya dapat menghadiri sesi pertama saja, yang berlangsung pada 21 Februari 2024. Sementara sesi kedua dihadiri oleh sherpa Indonesia yaitu Duta Besar Triansyah Djani.

"Karena saya harus terbang ke Den Haag untuk menyampaikan oral statement di depan International Court of Justice (ICJ/Mahkamah Internasional) mengenai Palestina."

Lebih lanjut Menlu Retno menjelaskan bahwa di dalam sesi pertama, dirinya mengangkat isu Jalur Gaza dan kekejaman Israel di Jalur Gaza.

"Isu ini penting untuk diangkat di G20, mengingat semua negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB (DK PBB) juga merupakan anggota G20. Saya sampaikan bahwa kekejaman Israel di Gaza yang telah berlangsung selama 138 hari telah melampaui segala logika pembenaran. Lebih dari 29 ribu orang Palestina, dan ratusan orang di Tepi Barat telah dibunuh oleh Israel," tegas Menlu Retno.

"Warga Gaza menghadapi ancaman genosida dan hidup dalam neraka kekejaman Israel. Tidak ada tempat bagi mereka untuk melarikan diri, tidak ada akses untuk kebutuhan sehari-hari, dan pendeknya, tidak ada harapan bagi mereka. Saya tegaskan kepada negara-negara G20, bahwa ini bukan hanya bencana kemanusiaan, tapi mimpi buruk geo-politik (geopolitical nightmare)."

2 dari 4 halaman

3 Hal yang Perlu Dilakukan terkait Perang di Jalur Gaza

Tidak hanya itu, kata Menlu Retno, dampak dari perang di Jalur Gaza sudah meluas kemana-mana dan mengancam stabilitas serta keamanan global.

"Di dalam pertemuan G20, saya tegaskan tiga hal terkait peran kolektif yang perlu dilakukan. Pertama terus mendorong gencatan senjata permanen dengan segera, bagaimanapun caranya. Ini akan menjadi game changer paling fundamental untuk menghentikan pertumpahan darah dan krisis kemanusiaan, serta menciptakan situasi kondusif menuju negosiasi two state solution. Dengan gencatan senjata kita mendorong Israel untuk berhenti melakukan pelanggaran hukum internasional yang terus dilakukan," jelas menlu perempuan pertama Indonesia itu.

Hal kedua yang dimaksud Menlu Retno adalah menghindari double standard atau standar ganda.

"Saya tekankan bahwa perlakuan kita kepada Palestina tidak boleh berbeda dengan perlakuan kita terhadap situasi-situasi yang lain. Saya meminta negara-negara G20 tidak tinggal diam menyaksikan Israel menghancurkan rumah sakit, sekolah, dan kamp pengungsi. Saya juga mendesak negara-negara G20 untuk meningkatkan dukungan bagi Palestina, termasuk untuk UNRWA dan justru bukan menghentikannya. Karena di saat inilah, Palestina memerlukan solidaritas dan bantuan kita," tutur Menlu Retno.

Poin ketiga adalah menurunkan ketegangan global dan mencegah eskalasi lebih lanjut.

"Saat ini, banyak sekali ketegangan dan konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia. Kita harus akui teknologi seperti senjata siber, drone, dan Artificial Intelligence (AI) juga menjadi ancaman baru bagi keamanan global. Oleh karena itu, Indonesia mendorong agar G20 dapat mengatasi masalah-masalah ini secara bersama. G20 harus bersatu dan harus menjadi katalis perubahan positif untuk setiap krisis," ungkap Menlu Retno.

Mengakhiri pernyataannya dalam pertemuan tingkat menlu G20, Menlu Retno menyatakan, "Negara-negara anggota G20 memiliki tanggung jawab untuk menjadi kontributor bagi perdamaian dan stabilitas dunia."

 

3 dari 4 halaman

Indonesia Serah Terima Keketuaan MIKTA ke Meksiko

Terkait MIKTA, Menlu Retno tidak hanya menghadiri, namun juga memimpin pertemuan tersebut mengingat Indonesia masih sebagai ketua MIKTA. Di akhir pertemuan, barulah Indonesia melakukan serah terima Keketuaan MIKTA dari Indonesia ke Meksiko.

Keketuaan Indonesia di forum MIKTA, yang telah berlangsung sepanjang tahun 2023, menoreh berbagai capaian termasuk pelaksanaan pertemuan para pemimpin MIKTA di New Delhi September tahun lalu.

"Pertemuan kali ini membahas mengenai situasi global dan bagaimana meningkatkan peran MIKTA sebagai positive force. Dan di dalam Pertemuan MIKTA, saya juga mengangkat mengenai situasi di Palestina. Saya sampaikan bahwa Indonesia sangat menyayangkan gagalnya upaya mencapai resolusi untuk gencatan senjata. DK PBB berulang kali gagal mencari jalan keluar dari krisis ini. Dan ini menunjukkan bahwa tidak semua negara berkomitmen menjalankan hukum internasional secara konsisten. Ada double standard yang diberlakukan," jelas Menlu Retno.

Pada pertemuan MIKTA, Menlu Retno menegaskan tiga peran MIKTA sebagai positive force.

"Pertama, penguatan peran sebagai middle powers. MIKTA harus memastikan bahwa suara MIKTA didengar. Dan dalam kaitan dengan Palestina keputusan sementara  Mahkamah Internasional menjadi panggilan untuk terus menjunjung tinggi hukum internasional. Yang Kedua memanfaatkan keberagaman sebagai kelompok cross-regional (lintas kawasan). MIKTA harus berkontribusi untuk meredakan ketegangan di kawasan masing-masing terutama sebagai convening power. Misalnya, saya berikan contoh, peran Indonesia dalam mencoba terus berkontribusi menjaga stabilitas dan perdamaian di Asia Tenggara," terang menlu RI.

Adapun yang ketiga adalah menghasilkan lebih banyak proyek konkret untuk mengatasi tantangan global.

"Realisasi proyek konkret MIKTA akan meningkatkan peran MIKTA dalam global governance. Indonesia berharap di bawah keketuaan Meksiko, MIKTA dapat memperbanyak proyek, seperti proyek peningkatan produktivitas pertanian dengan negara Afrika yang telah dilakukan Oktober tahun lalu. Indonesia juga mengusulkan pembentukan inovasi jaringan kesehatan digital MIKTA untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan," beber Menlu Retno,

Pertemuan MIKTA, ungkap Menlu Retno, menghasilkan joint communique, yang intinya berisi:

  • Komitmen bersama MIKTA sebagai positive force dalam penanganan tantangan global
  • Keprihatinan mendalam akan situasi bencana kemanusiaan di Gaza, kondisi di Ukraina dan juga di Semenanjung Korea
  • Pentingnya hukum internasional, sistem multilateral dan prinsip-prinsip Piagam PBB
  • Penguatan aksi bersama dan kolaborasi konkret MIKTA untuk berkontribusi bagi dunia
  • Meng-highlight berbagai capaian keketuaan Indonesia, termasuk 15 joint statements dan pelaksanaan MIKTA Leaders' Gathering yang pertama kali terjadi tahun lalu.
4 dari 4 halaman

14 Pertemuan Bilateral

Di sela-sela dua pertemuan, Menlu Retno melakukan 14 pertemuan bilateral, yaitu dengan Brasil, Arab Saudi, Afrika Selatan, Deputi Sekjen PBB, Norwegia, Prancis, Kanada, Korea Selatan, Mexico, Jepang, Amerika Serikat, Argentina, Mesir, dan Inggris.

Mengingat banyaknya pertemuan bilateral di sela-sela pertemuan G20 dan MIKTA maka sebagian besar pertemuan dilakukan dalam bentuk pull aside.

Sebagian besar pembicaraan pertemuan bilateral didominasi oleh isu Gaza, di mana Indonesia kembali menyampaikan prinsip-prinsip posisinya.

Dari Rio de Janeiro, Menlu Retno akan langsung bertolak menuju Den Haag untuk menyampaikan oral statement untuk mendukung advisory opinion di Mahkamah Internasional dan juga melakukan beberapa pertemuan lainnya.