Sukses

Feleti Teo Ditunjuk Sebagai Perdana Menteri Tuvalu, Taiwan Lega?

Feleti Teo adalah jaksa agung pertama di Tuvalu. Dia memiliki pengalaman puluhan tahun sebagai pejabat senior di organisasi perikanan regional dan pernah bekerja dengan Forum Kepulauan Pasifik, kelompok politik dan ekonomi utama di kawasan.

Liputan6.com, Funafuti - Tuvalu pada Senin (26/2/2024) mengumumkan mantan jaksa agung dan pejabat perikanan Feleti Teo sebagai perdana menteri baru, setelah dia dipilih tanpa lawan oleh anggota parlemen di negara Kepulauan Pasifik itu.

Mantan Perdana Menteri Kausea Natano kehilangan kursinya dalam pemilu pada 26 Januari yang diawasi ketat oleh Taiwan, China, Amerika Serikat, dan Australia, di tengah pergolakan geopolitik untuk mendapatkan pengaruh di Pasifik Selatan.

Tuvalu, dengan populasi sekitar 11.200 jiwa yang tersebar di sembilan pulau, adalah salah satu dari tiga sekutu Taiwan di Pasifik yang tersisa, setelah Nauru memutuskan hubungan bulan lalu dan beralih ke China, yang menjanjikan lebih banyak bantuan pembangunan.

Teo, seperti dilansir Reuters, menerima dukungan bulat dari 16 anggota parlemen.

Pria, yang menempuh pendidikan di Selandia Baru dan Australia, itu adalah jaksa agung pertama di Tuvalu. Dia memiliki pengalaman puluhan tahun sebagai pejabat senior di organisasi perikanan regional dan pernah bekerja dengan Forum Kepulauan Pasifik, kelompok politik dan ekonomi utama di kawasan.

Penangkapan ikan merupakan sumber pendapatan utama di Kepulauan Pasifik.

"Feleti Teo dideklarasikan oleh Gubernur Jenderal sebagai Perdana Menteri Tuvalu," kata sekretaris pemerintah Tuvalu Tufoua Panapa dalam pernyataannya.

Kabinet baru, kata Panapa, akan diumumkan pada upacara pengambilan sumpah akhir pekan ini.

Anggota parlemen Tuvalu, Simon Kofe, mengucapkan selamat kepada Teo melalui media sosial.

"Ini pertama kalinya dalam sejarah kita seorang perdana menteri dicalonkan tanpa lawan," kata dia.

2 dari 3 halaman

Diakui Teman oleh Taiwan

Hasil pemilu Tuvalu telah tertunda selama satu bulan karena cuaca buruk menghentikan kapal-kapal membawa anggota parlemen baru ke ibu kota untuk memilih perdana menteri. Hal tersebut menyoroti mengapa perubahan iklim merupakan isu politik utama di negara Kepulauan Pasifik itu.

Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan duta besarnya untuk Tuvalu, Andrew Lin, menyampaikan ucapan selamat dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen kepada Teo. Dia menambahkan bahwa Wakil Menteri Luar Negeri Tien Chung-kwang akan mengunjungi Tuvalu dalam waktu dekat.

"Teo adalah teman Taiwan dan telah berkunjung berkali-kali," sebut Kementerian Luar Negeri Taiwan sambil menambahkan relasi mereka stabil dan menjaga hubungan kedua pihak adalah konsensus luas di Tuvalu.

Taiwan sebelumnya mengatakan pihaknya sangat memperhatikan pemilu tersebut setelah menteri keuangan Tuvalu pada pemerintahan sebelumnya, Seve Paeniu, mengatakan masalah pengakuan diplomatik terhadap Taiwan atau China harus diperdebatkan oleh pemerintahan baru.

Ada juga seruan dari beberapa anggota parlemen untuk meninjau kembali kesepakatan luas yang ditandatangani dengan Australia pada November 2023, yang memungkinkan Canberra memeriksa kerja sama kepolisian, pelabuhan, dan telekomunikasi Tuvalu dengan negara-negara lain, dengan imbalan jaminan pertahanan dan mengizinkan warga negara yang terancam oleh kenaikan permukaan laut untuk bermigrasi.

Kesepakatan itu dipandang sebagai upaya untuk mengekang meningkatnya pengaruh China sebagai penyedia infrastruktur di Kepulauan Pasifik.

3 dari 3 halaman

Harapan Australia

Posisi Teo mengenai hubungan Taiwan, serta pakta keamanan dan migrasi Australia, belum dipublikasikan.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese telah menyampaikan via media sosial bahwa dia berharap dapat bekerja sama dengan Teo.

"Australia sangat menghargai hubungan kami dengan Tuvalu, sesuai dengan semangat Persatuan Falepili," tulisnya, mengacu pada pakta migrasi.