Sukses

Korea Selatan: Pabrik Amunisi Korea Utara Beroperasi Penuh Produksi Senjata untuk Rusia

Senjata dan peralatan militer, yang mencakup jutaan peluru artileri, kata menhan Korea Selatan pada Senin (26/2/2024), dikirim Korea Utara ke Rusia sebagai imbalan atas pengiriman makanan dan kebutuhan lainnya.

Liputan6.com, Seoul - Pabrik-pabrik amunisi Korea Utara beroperasi dengan kapasitas penuh memproduksi senjata dan peluru untuk Rusia. Demikian menurut Menteri Pertahanan (Menhan) Korea Selatan Shin Won-sik.

Perkiraan terbaru dari Korea Selatan memberikan petunjuk baru mengenai peran penting, namun sangat rahasia yang dimainkan Korea Utara untuk membantu memasok pasokan perang Rusia pada saat kebutuhan Ukraina akan pasokan militer yang penting tertahan di Kongres Amerika Serikat (AS).

Senjata dan peralatan militer, yang mencakup jutaan peluru artileri, kata menhan Korea Selatan pada Senin (26/2/2024), dikirim ke Rusia sebagai imbalan atas pengiriman makanan dan kebutuhan lainnya.

"Sejak Agustus, Pyongyang telah mengirimkan sekitar 6.700 kontainer ke Rusia, yang dapat menampung lebih dari 3 juta butir peluru artileri 152 mm atau lebih dari 500.000 butir peluncur roket ganda 122 mm," ungkap Menhan Shin Won-sik seperti dilansir CNN, Rabu (28/2).

"Sementara pabrik senjata Korea Utara (untuk ekspor non-Rusia) beroperasi dengan kapasitas 30 persen karena kekurangan bahan mentah dan listrik, pabrik-pabrik yang memproduksi senjata dan peluru artileri untuk Rusia beroperasi dengan kapasitas penuh."

Namun, dalam lembar fakta yang dirilis Jumat (23/2), Kementerian Luar Negeri AS mengatakan Korea Utara telah mengirimkan lebih dari 10.000 kontainer amunisi atau material terkait ke Rusia sejak September.

Pengiriman tersebut dilakukan pada saat genting dalam perang Ukraina, di mana pasukan Rusia melakukan serangkaian serangan di sepanjang garis depan yang hampir 1.000 kilometer panjangnya.

Rusia membutuhkan pasokan amunisi dan peluru baru untuk mempertahankan upaya perangnya setelah menderita banyak korban jiwa dan peralatan selama lebih dari dua tahun perang. Kedua belah pihak terus saling baku tembak setiap hari, sehingga melemahkan pasokan amunisi.

Kemajuan Rusia baru-baru ini di Avdiivka menunjukkan kemampuan mereka untuk melemahkan pasukan Ukraina meskipun menderita kerugian besar. Ukraina sendiri menghadapi tantangan di berbagai bidang, termasuk kesulitan dalam hal sumber daya manusia dan pasokan amunisi dari negara-negara Barat yang mulai menipis.

Presiden Volodymyr Zelenskyy, pejabat Ukraina, dan Barat lainnya mengatakan Avdiivka jatuh karena pasukan tidak memiliki cukup amunisi untuk mempertahankannya.

Zelenskyy menuturkan kepada CNN pekan ini bahwa jutaan orang bisa mati di Ukraina jika anggota parlemen AS tidak menyetujui permintaan bantuan senilai USD 60 miliar untuk Ukraina yang diajukan Presiden Joe Biden.

"Tanpa bantuan AS, Ukraina tidak hanya akan kesulitan mendapatkan kemajuan baru di medan perang, namun juga akan kesulitan mempertahankan diri pada tahun ini," kata Zelenskyy.

2 dari 3 halaman

Kekhawatiran AS

Pengiriman amunisi dari Korea Utara ke Rusia telah tercatat sejak sebelum pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu dengan rekannya Presiden Vladimir Putin pada September 2023 di Timur Jauh Rusia.

Pertemuan tersebut merupakan tanda yang jelas dari hubungan yang lebih erat antara kedua negara mengingat mereka sama-sama menghadapi isolasi internasional atas invasi Rusia ke Ukraina dan program senjata nuklir serta rudal balistik Korea Utara.

Korea Utara, yang telah menghadapi sanksi internasional selama bertahun-tahun atas program senjata nuklirnya, kekurangan uang, makanan, hingga teknologi rudal.

Laporan CNN sebelumnya menyebutkan bahwa para pejabat intelijen AS dilaporkan semakin khawatir mengenai meningkatnya hubungan antara Korea Utara dan Rusia serta implikasi jangka panjang dari kemitraan strategis tingkat baru antara kedua negara.

Menurut laporan yang diterbitkan awal bulan ini oleh inspektur jenderal Pentagon, sejak pertemuan puncak tersebut, Korea Utara kemungkinan telah memberi Rusia jutaan peluru artileri selama setahun terakhir.

AS dan sekutunya juga prihatin dengan teknologi yang dicari Korea Utara dari Rusia sebagai imbalan atas persenjataan.

Menurut dua pejabat AS, Korea Utara sedang mencari teknologi yang dapat meningkatkan kemampuan satelit dan kapal selam bertenaga nuklirnya.

3 dari 3 halaman

Peringatan untuk Korea Utara

Pada November 2023, Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan mengatakan Pyongyang telah mengekspor lebih dari 1 juta peluru ke Rusia dalam 10 pengiriman terpisah sejak awal Agustus untuk mendukung melawan Ukraina.

Para pejabat AS sebelumnya telah memperingatkan Korea Utara mereka akan membayar konsekuensinya jika negara tersebut memberikan senjata kepada Rusia untuk digunakan melawan Ukraina.

Gedung Putih mengonfirmasi bulan lalu bahwa Rusia telah menembakkan rudal Korea Utara ke kota-kota Ukraina.