Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan tengah mengamati bintik matahari atau sunspot yang diberi nama AR3590. Melansir laman Live Science pada Kamis (29/02/2024), bintik matahari AR3590 mengeluarkan tiga ledakan yang memicu badai matahari kelas X pada 21 Februari 2024 lalu.
Sunspot AR3590 menghadap ke Bumi dan berpotensi akan menimbulkan ledakan baru. Tingginya aktivitas magnetik di bintik tersebut, para ilmuwan mengkhawatirkan dampak jilatan api surya itu terhadap Bumi.
Sunspot AR3590 pertama kali muncul di permukaan matahari pada 18 Februari 2024 lalu. Ukurannya membengkak dengan sangat cepat menjadi bidang gelap yang beberapa kali lebih luas dari planet Bumi.
Advertisement
Baca Juga
AR3590 memuntahkan ledakan kelas X yang menjadi aktivitas lidah api matahari paling kuat. Para ilmuwan menyebut ledakan sunspot ini mencapai magnitudo X1,7 dan X1,8. Sehari setelahnya, bintik yang sama kembali melontarkan suar berkekuatan X6,3.
Tiga kali ledakan bintik matahari AR3590 diikuti pemadaman radio sementara di Bumi. Sejauh ini, jilatan kelas X dari fenomena tersebut tidak memicu lontaran massa koronal (CME), awan plasma bermagnet dari matahari.
Umumnya badai matahari kelas X akan melontarkan awan plasma ke Bumi. Kemudian, awan tersebut akan menghantam perisai magnet bumi, sehingga berpotensi memicu badai geomagnetik yang parah.
Dalam skenario terburuk itu, medan magnet bumi bisa terganggu dan dampaknya akan menjalar ke infrastruktur di darat. Badai matahari memang akan memicu munculnya aurora yang menakjubkan, namun di saat bersamaan satelit bisa berjatuhan kembali ke bumi.
Pantauan SpaceWeather yang disandur Live Science menyebut, ukuran AR3590 terus membesar hingga saat ini. Bahkan, telah mencapai ukuran dua kali lipat dari pertama kali ditemukan.
Bintik matahari tersebut menjadi sunspot terbesar dalam siklus matahari terbaru yang dimulai 2019. Para ahli memperkirakan medan magnet di AR3590 sedang tidak stabil dan masih menyimpan energi ledakan kelas X.
Diamati selama beberapa hari terakhir, sunspot tersebut hanya mengeluarkan jilatan matahari kelas M yang lebih lemah dibanding X. Situasi itu membuat para ilmuwan bimbang soal adanya sisa energi yang belum terlepas.
Ukuran AR3590 saat ini diperkirakan mencapai 60 persen dari ukuran sunspot raksasa yang pernah melanda bumi di pada 1859. Badai matahari atau disebut Peristiwa Carrington melemparkan CME ke bumi dan menyebabkan gangguan kelistrikan jangka panjang secara global.
Kejadian itu pun melenyapkan sebagian besar aset antariksa yang sedang mengorbit bumi. Peningkatan aktivitas badai matahari saat ini, menandakan bahwa bintang api itu sedang mendekati puncak ledakan dalam siklus 11 tahunnya atau sering disebut sebagai solar maksimum.
Meski bintik matahari AR3590 tidak cukup besar untuk memicu ledakan serupa Peristiwa Carrington. Namum, potensi lontaran CME ke angkasa masih bisa menimbulkan masalah.
Â
Mengingat Peristiwa Carrington, Badai Matahari Paling Menghancurkan
Badai matahari yang disebut sebagai Peristiwa Carrington terjadi pada 1 hingga 2 September 1859. Dikutip dari laman Space pada Kamis (29/02/2024), Peristiwa Carrington atau Carrington Event diabadikan oleh seorang astronom bernama Richard Carrington.
Badai matahari ini merupakan suar matahari pertama yang berhasil didokumentasikan. Carrington mendokumentasikan peristiwa ini menggunakan teleskop observatorium pribadinya dan membuat sketsa bintik matahari.
Menurut ilmuwan NASA, peristiwa ini adalah badai matahari terbesar yang didokumentasikan dalam 500 tahun terakhir. Hanya dalam 17,6 jam, muatan korona matahari melesat melintasi 93 juta mil antara Matahari dan Bumi.
Badai ini menyebabkan komunikasi telegraf global di seluruh dunia terganggu. Insinyur yang memantau mesin bahkan melihat percikan api di banyak peralatan.
Bahkan, kekacauan saat itu berlangsung selama 2 hari. Para ilmuwan menyebut Peristiwa Carrington begitu kuat, memicu badai geomagnetik di magnetosfer Bumi.
Peristiwa Carrington ini membawa kekuatan 10 miliar bom atom. Sementara itu, Lembaga administrasi kelautan dan atmosfer Amerika Serikat (NOAA) menyebutkan badai matahari Carrington memicu penampakan aurora besar yang dapat dilihat hingga Karibia.
Aurora yang dihasilkan oleh Peristiwa Carrington sangatlah terang, bahkan di malam hari. Di Australia, seorang penulis untuk Perth Daily News menceritakan bahwa 'pemandangan indah muncul dengan sendirinya, cahaya dari setiap warna keluar dari langit selatan'.
Di Pegunungan Rocky, aurora memancarkan begitu banyak cahaya. Akibatnya, para penambang bangun beberapa jam lebih awal, mengira sudah fajar, dan membuat sarapan.
(Tifani)
Advertisement