Sukses

China Berharap Hubungan Bilateral dengan AS Membaik Siapa pun Presidennya

China berharap hubungan bilateral dengan Amerika Serikat (AS) dapat membaik, siapa pun presidennya.

Liputan6.com, Beijing - China pada Senin (4/3/2024), berharap hubungan bilateral dengan Amerika Serikat (AS) dapat membaik, siapa pun yang berhasil memenangkan pemilihan presiden pada November.

Beijing dan Washington mengalami perbedaan pendapat dalam beberapa tahun terakhir mengenai berbagai isu penting, termasuk teknologi, perdagangan, hak asasi manusia, serta masalah terkait Taiwan dan klaim wilayah di Laut China Selatan.

Pada November, AS akan menyelenggarakan pemilihan presiden. Presiden AS saat ini, Joe Biden, kemungkinan akan kembali berhadapan dengan mantan Presiden Donald Trump dalam pertarungan untuk memperebutkan kursi nomor satu di Gedung Putih, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (5/3).

"Anda menyebutkan pemilihan presiden Amerika Serikat, ini adalah urusan internal Amerika Serikat," kata juru bicara parlemen Lou Qinjian pada konferensi pers sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai pemungutan suara tersebut.

“Tidak peduli siapa yang menjadi presiden, kami berharap Amerika Serikat dapat bekerja sama dengan China dan mengupayakan hubungan China-AS yang stabil, sehat, dan berkelanjutan,” kata Lou.

“Menstabilkan dan meningkatkan hubungan China-AS adalah sesuatu yang diikuti dan diharapkan oleh semua orang, katanya, seraya menambahkan: “Posisi China selalu konsisten.”

2 dari 3 halaman

Pengamat Kanada Soroti Rivalitas AS-China di Kawasan Indo Pasifik

Sebelumnya, Pengamat Kanada sekaligus Profesor Ilmu lmu Politik di Universitas Waterloo Andrew Cooper menyoroti isu rivalitas Amerika Serikat dan China di kawasan Indo Pasifik.

Menurutnya perhatian Kanada terhadap rivalitas dua kekuatan besar di kawasan tersebut berpusat pada gelombang perubahan yang terjadi di wilayah Asia dan posisi Kanada serta Indonesia yang tak ingin terjebak dalam satu pilihan.

"Terkait ketegangan yang sedang berlangsung (AS-China), saya rasa kedua negara (Kanada-Indonesia) memiliki kecenderungan serupa dalam artian tidak ingin terjebak di antara Amerika Serikat dan Tiongkok," kata Andrew Cooper dalam program Wawancara Khusus Kanal Global Liputan6.com, Jumat (24/11/2023).

3 dari 3 halaman

Kedekatan Kanada dan AS

"Maksud saya, jelas bahwa Kanada memiliki keterikatan yang kuat dengan Amerika Serikat dalam berbagai aspek, namun tetap menjaga pilihan lainnya, yakni hubungannya dengan Tiongkok. Ini tidak hanya tentang kepentingan ekonomi kami di Tiongkok."

Bukan tanpa alasan Kanada tetap menjaga hubungan baik dengan China. Menurut Andrew Cooper, Kanada memiliki populasi Tionghoa yang besar, serta koneksi di bidang pendidikan dan integrasi yang signifikan.

"Saya yakin tidak ada keinginan kuat untuk sepenuhnya bergantung pada Amerika Serikat dan memutus hubungan dengan Tiongkok secara total."

Andrew Cooper juga menilai bahwa Indonesia juga memiliki dinamika yang serupa dalam beberapa aspek.

"Mungkin Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan Tiongkok atau hubungan yang organik sejak tahun 1955, tetapi hubungan ini masih berlanjut hingga saat ini," kata Cooper.