Sukses

Israel Tuduh 450 Staf Badan PBB untuk Urusan Pengungsi Palestina Adalah Anggota Kelompok Militan di Gaza

Israel tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya.

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel meningkatkan kritiknya terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) pada Senin (4/3/2024), dengan mengatakan 450 karyawan UNRWA adalah anggota kelompok militan di Jalur Gaza.

Namun, Israel tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya.

"Lebih dari 450 pegawai UNRWA adalah anggota militer dari kelompok-kelompok teror di Gaza – 450 orang. Ini bukan suatu kebetulan belaka. Ini sistematis," klaim kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari, seperti dilansir AP, Selasa (5/3).

Penyandang dana internasional terbesar telah menangguhkan pendanaan sekitar USD 450 juta ratusan juta dolar untuk UNRWA, sejak Israel menuduh 12 stafnya ikut serta dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang diklaim menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 250 lainnya disandera di Jalur Gaza.

Serangan itu memicu invasi brutal Israel ke Jalur Gaza yang berpenduduk 2,3 juta orang, yang menurut otoritas kesehatan Gaza, telah menewaskan lebih dari 30.000 orang. Kelompok-kelompok bantuan mengatakan perang Hamas Vs Israel telah membuat sebagian besar penduduk wilayah Jalur Gaza mengungsi dan memicu bencana kemanusiaan.

UNRWA, yang mempekerjakan sekitar 13.000 orang di Jalur Gaza, adalah penyedia bantuan terbesar di wilayah tersebut.

Sebaliknya, dalam pernyataannya, UNRWA menuduh Israel menahan beberapa stafnya dan memaksa mereka, dengan menggunakan penyiksaan dan perlakuan buruk, untuk memberikan pengakuan palsu tentang hubungan antara badan tersebut, Hamas, dan serangan 7 Oktober.

"Pengakuan yang dipaksakan sebagai akibat dari penyiksaan ini digunakan oleh Pemerintah Israel untuk menyebarkan informasi yang salah tentang badan tersebut sebagai bagian dari upaya untuk membubarkan UNRWA," sebut badan PBB itu. "Hal ini menempatkan staf kami di Gaza dalam risiko dan mempunyai implikasi serius terhadap operasi kami di Gaza dan wilayah sekitarnya."

 

2 dari 3 halaman

Israel Vs Hizbullah

Juliette Touma, direktur komunikasi UNRWA, tidak memberikan komentar langsung mengenai tuduhan baru Israel.

"UNRWA mendorong entitas mana pun yang memiliki informasi mengenai tuduhan serius terhadap staf UNRWA untuk membagikannya kepada investigasi PBB yang sedang berlangsung," ujarnya.

Sementara itu, kekerasan berkobar antara Israel dan Lebanon, di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut.

Layanan penyelamatan Magen David Adom Israel menyebutkan sebuah rudal anti-tank yang ditembakkan ke Israel utara dari Lebanon menewaskan seorang pekerja asing dan melukai tujuh lainnya pada Senin. Kelompok militan Hizbullah di Lebanon tidak segera mengaku bertanggung jawab atas serangan hari Senin itu.

Beberapa jam kemudian, media pemerintah Lebanon melaporkan, serangan udara Israel ke Lebanon selatan menewaskan tiga paramedis dari unit kesehatan Hizbullah.

3 dari 3 halaman

Upaya AS Redakan Ketegangan

Utusan Amerika Serikat (AS) Amos Hochstein tiba di Beirut pada Senin untuk bertemu dengan para pejabat Lebanon dalam upaya meredakan ketegangan.

Bentrokan yang terjadi hampir setiap hari antara Hizbullah dan pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 200 pasukan Hizbullah dan setidaknya 37 warga sipil di Lebanon.

Sekitar 20 orang dilaporkan tewas di pihak Israel, termasuk warga sipil dan tentara.​