Sukses

Korea Utara Ancam Ambil Tindakan Militer untuk Respons Latihan Korea Selatan-AS

Korea Utara mengaku akan terus mengawasi tindakan musuh dan melakukan aktivitas militer yang bertanggung jawab untuk mengendalikan lingkungan keamanan yang tidak stabil di Semenanjung Korea.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara menyebut latihan militer Korea Selatan-Amerika Serikat (AS) yang sedang berlangsung merupakan sebuah rencana untuk menyerangnya. Pada Selasa (5/3/2024), Korea Utara pun mengancam akan mengambil langkah militer yang bertanggung jawab sebagai tanggapannya.

Peringatan Korea Utara datang sehari setelah pasukan Korea Selatan dan AS memulai pelatihan pos komando simulasi komputer tahunan mereka dan berbagai latihan lapangan selama 11 hari. Latihan tahun ini melibatkan 48 latihan lapangan, dua kali lipat dari jumlah yang dilakukan tahun lalu.

Dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah Korea Utara (KCNA) seperti dilansir AP, Rabu (6/3), Kementerian Pertahanan Korea Utara mengatakan pihaknya mengecam keras latihan militer AS dan (Korea Selatan) yang ceroboh karena semakin tidak menyamarkan ancaman militer mereka terhadap negara berdaulat dan upaya untuk menyerang negara tersebut.

Seorang juru bicara kementerian yang tidak disebutkan namanya mengatakan militer Korea Utara akan terus mengawasi tindakan petualang musuh dan melakukan aktivitas militer yang bertanggung jawab untuk mengendalikan lingkungan keamanan yang tidak stabil di Semenanjung Korea.

Juru bicara tersebut tidak menjelaskan tindakan apa yang akan diambil Korea Utara, namun para pengamat mengatakan Korea Utara kemungkinan akan melakukan uji coba rudal atau langkah-langkah lain untuk meningkatkan kemampuan perangnya.

2 dari 3 halaman

Penjelasan Korea Selatan

Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada Selasa (5/3) malam bahwa latihannya dengan AS adalah latihan defensif rutin. Pernyataan yang sama menyebutkan Korea Selatan akan memberikan tanggapan yang luar biasa jika Korea Utara melancarkan provokasi langsung terhadap mereka selama latihan tersebut.

Korea Utara selama ini memandang latihan militer besar-besaran yang dilakukan AS Cs sebagai latihan invasi, meskipun para pejabat Korea Selatan dan AS telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak berniat menyerang Korea Utara.

Sebelumnya, Korea Utara bereaksi terhadap latihan Korea Selatan-AS dengan meluncurkan rentetan rudal ke laut.

Pekan lalu, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa latihan militer tahun ini dengan AS dirancang untuk menetralisir ancaman nuklir Korea Utara dan akan melibatkan latihan penembakan, pengeboman, serangan udara, dan intersepsi rudal.

Kekhawatiran mengenai program nuklir Korea Utara semakin meningkat dalam dua tahun terakhir karena Korea Utara telah melakukan uji coba rudal dengan kecepatan tinggi dan secara terbuka mengancam akan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu. AS dan Korea Selatan sendiri telah memperluas latihan militer mereka dan meningkatkan pengerahan aset militer AS yang kuat seperti kapal induk dan pesawat pengebom berkemampuan nuklir sebagai responsnya.

3 dari 3 halaman

Penilaian Ahli

Tahun ini, Korea Utara melakukan enam putaran uji coba rudal dan latihan penembakan artileri. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan pula negaranya tidak akan mengupayakan rekonsiliasi dengan Korea Selatan.

Selain itu, Kim Jong Un membatalkan tujuan jangka panjang negaranya, yaitu unifikasi damai dengan Korea Selatan. Dia menuturkan Korea Utara akan mengambil sikap militer yang lebih agresif di sepanjang perbatasan laut yang disengketakan dengan Korea Selatan.

Para ahli menilai Korea Utara percaya bahwa persenjataan yang lebih besar akan memberikan pengaruh yang lebih besar dalam diplomasi di masa depan dengan AS. Mereka meyakini Korea Utara sangat ingin mendapatkan pengakuan internasional sebagai negara nuklir, sebuah status yang dianggap dapat membantu negara tersebut memperoleh keringanan sanksi ekonomi oleh AS Cs.

Korea Utara diperkirakan akan semakin meningkatkan ketegangan dengan lebih banyak uji coba rudal dan retorika perang tahun ini bertepatan dengan musim pemilu di AS dan Korea Selatan.