Sukses

Pria Lansia di Jerman Terima Vaksin COVID-19 Sebanyak 217 Kali

Peneliti menyimpulkan bahwa dosis vaksin COVID-19 secara berlebihan tetap tidak dianjurkan.

Liputan6.com, Berlin - Seorang pria berusia 62 tahun di Jerman telah menerima vaksin COVID-19 sebanyak 217 kali. Kasus ini tercatat dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases.

Dosis vaksin tersebut dibeli dan disuntikkan oleh dirinya sendiri dalam rentang waktu 29 bulan.

Kendati menerima dosis vaksin yang tidak sesuai dengan saran dokter, para peneliti dari Universitas Erlangen-Nuremberg mengatakan bahwa pria tersebut tampaknya tidak mengalami efek samping dari vaksin COVID-19 tersebut.

"Kami mengetahui kasusnya melalui artikel surat kabar," kata Dr Kilian Schober, dari departemen mikrobiologi universitas tersebut.

"Kami kemudian menghubunginya dan mengajaknya menjalani berbagai tes di Erlangen. Dia sangat tertarik melakukannya," lanjutnya, seperti dikutip BBC, Kamis (7/3/2024).

Pria tersebut pun diambil sampelnya berupa darah dan air liur. Para peneliti juga menguji beberapa sampel darah beku miliknya yang telah disimpan dalam beberapa tahun terakhir.

"Kami dapat menggunakan sampel ini untuk menentukan dengan tepat bagaimana sistem kekebalan bereaksi terhadap vaksinasi," ujar Schober.

 

2 dari 3 halaman

Tidak Ditemukan Efek Samping Apapun

Vaksin messenger ribonucleic acid (mRNA) bekerja dengan menunjukkan sedikit kode genetik dari virus ke sel-sel tubuh.

Sistem kekebalan tubuh kemudian harus mengenali dan mengetahui cara melawan COVID-19 jika seseorang benar-benar terinfeksi virus tersebut.

Schober pun khawatir bahwa simulasi berlebihan pada sistem kekebalan tubuh akibat doses berulang, kemungkinan akan membuat sel-sel tertentu lelah.

Namun, para peneliti tidak menemukan bukti mengenai hal ini pada pria berusia 62 tahun tersebut.

Selain itu, mereka juga tidak menemukan tanda-tanda pria tersebut pernah tertular COVID-19.

3 dari 3 halaman

Dosis Berlebihan Tetap Tidak Dianjurkan

Kendati demikian, mereka tetap menegaskan bahwa dosis vaksin berlebih tidak dianjurkan.

"Yang penting, kami tidak mendukung vaksinasi berlebihan sebagai strategi untuk meningkatkan kekebalan adaptif," ungkap para peneliti.

Dan hasil tes mereka terhadap pria berusia 62 tahun itu tidak cukup untuk membuat kesimpulan yang luas, apalagi memberikan rekomendasi kepada masyarakat umum.

"Penelitian saat ini menunjukkan bahwa vaksinasi tiga dosis, ditambah dengan pemberian vaksin rutin untuk kelompok rentan, tetap menjadi pendekatan yang terbaik," kata mereka melalui pernyataan resmi.

"Tidak ada indikasi bahwa diperlukan lebih banyak vaksin," lanjut pernyataan itu.

Vaksin COVID-19 dapat menimbulkan efek samping, dan yang umum terjadi adalah lengan yang sakit akibat suntikan.