Sukses

Paus Fransiskus Terlihat Kian Lemah, Tak Bisa Naik Mobil Kepausan dan Pakai Kursi Roda

Paus Fransiskus juga kembali meminta ajudannya untuk membacakan pidatonya dan tidak dapat kembali ke mobil kepausannya pada hari Rabu 6 Maret 2024.

Liputan6.com, Vatikan City - Paus Fransiskus kembali meminta ajudannya untuk membacakan pidatonya dan tidak dapat kembali ke mobil kepausannya pada hari Rabu 6 Maret 2024, karena masalah pernapasan dan mobilitas yang berkepanjangan terus berdampak pada Paus berusia 87 tahun itu.

Paus Fransiskus memimpin audiensi umum mingguannya, yang diadakan di luar ruangan untuk pertama kalinya tahun 2024 ini di St. Peter’s Square (Lapangan Santo Petrus) yang dingin. Namun, seperti dilaporkan Associated Press (AP)Kamis (7/3/2024), ia meminta seorang ajudannya membacakan catechism lesson, seperti yang ia lakukan selama beberapa hari terakhir.

Dalam rekaman video yang beredar, terlihat Paus Fransiskus kesulitan menaiki mobil kepausannya sehingga sang ajudan menempatkannya di kursi roda. Lalu mendorongnya menyapa orang-orang yang hadir di St. Peter’s Square.

Rabu (6/3) lalu, Paus Fransiskus ke rumah sakit untuk menjalani tes diagnostik yang tidak ditentukan, yang hasilnya belum diumumkan. Dia mengalami sakit pada musim dingin ini karena apa yang dia dan Vatikan katakan sebagai flu, serangan bronkitis, dan flu.

Akhir tahun 2023 lalu, Paus Fransiskus menjalani pemeriksaan CAT scan dan menyingkirkan kemungkinan adanya pneumonia, namun Paus Fransiskus masih terpaksa membatalkan perjalanan ke Negara Teluk karena penyakit bronkitis akut dan menular yang parah.

Paus Fransiskus juga menderita patah tulang lutut dan radang ligamen yang mulai tahun 2022 mendorongnya untuk menggunakan kursi roda. Namun dia biasanya berhasil berjalan dengan tongkat atau alat bantu jalan dan bantuan para ajudannya untuk membawanya ke posisi berdiri.

Namun pada hari Rabu (6/3), Paus Fransiskus terlihat tidak mampu menaiki beberapa anak tangga untuk menaiki mobil pausnya di akhir audiensi, bahkan ketika sedang memegang handrails (pegangan). Para ajudan segera membawa kembali kursi rodanya dan dia kembali duduk. Dia kemudian menyapa penonton sebelum meninggalkan piazza.

Paus asal Argentina ini pernah mengalami pengangkatan sebagian paru-parunya saat masih muda karena infeksi pernafasan, dan dia sering berbicara dengan berbisik bahkan saat tidak sakit. Pada tahun 2021, sebagian usus besarnya diangkat dan tahun lalu menjalani operasi untuk memperbaiki hernia perut dan menghilangkan jaringan parut usus.​

2 dari 4 halaman

Paus Fransiskus Berduka: Anak-Anak Gaza yang Tewas Adalah Yesus Kecil

Sementara itu, sebelumnya Paus Fransiskus memberikan perhatian kepada Jalur Gaza dalam pesan Natal di tahun 2023. Pontifex turut berduka atas meninggalnya ana-anak di Jalur Gaza. Perang di Gaza telah menewaskan lebih dari 20 ribu orang. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (26/12), Paus Fransiskus mengatakan dalam pesan Natalnya pada Senin (25/12) bahwa anak-anak yang tewas dalam perang, termasuk di Gaza, adalah “Yesus-Yesus kecil masa kini” dan bahwa serangan Israel di sana menuai “panen mengerikan“ warga sipil yang tak bersalah.

Dalam pidato Urbi et Orbi (Kepada Kota dan Dunia) Hari Natalnya, Paus Fransiskus juga menyebut serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh militan Hamas sebagai tindakan “mengerikan” dan kembali menyerukan pembebasan sekitar 100 sandera yang masih ditawan di Gaza.

Berbicara dari balkon tengah Basilika Santo Petrus kepada ribuan orang di lapangan di bawahnya, ia kembali mengecam industri persenjataan, dengan mengatakan industri itu pada akhirnya mengendalikan “boneka perang.”

Paus Fransiskus (87) yang merayakan Natal ke-11 dalam masa kepausannya ini, menyerukan diakhirinya konflik, baik politik, sosial maupun militer, di berbagai tepat, termasuk di Ukraina, Suriah, Yaman, Lebanon, Armenia dan Azerbaijan, dan ia membela hak-hak para migran di seluruh dunia.

“Berapa banyak orang-orang tak bersalah yang dibantai di dunia kita! Di rahim ibu mereka, dalam pengembaraan yang dilakukan dalam keputusasaan dan dalam upaya mencari harapan, dalam kehidupan anak-anak itu yang masa kecil mereka dihancurkan oleh perang. Mereka adalah Yesus-Yesus kecil masa kini,” ujarnya.

Ia memberi perhatian terutama terhadap Tanah Suci, termasuk Gaza, di mana, menurut para pejabat kesehatan Palestina, serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 78 orang dalam salah satu malam paling mematikan di wilayah kantong yang terkepung itu dari pertempuran 11 pekan Israel dengan Hamas.

“Semoga perdamaian tiba di Israel dan Palestina, di mana perang menghancurkan kehidupan orang-orang itu. Saya merangkul mereka semua, terutama komunitas Kristen Gaza dan seluruh Tanah Suci,” kata Paus Fransiskus.

Paus Fransiskut turut mengatakan bahwa, “hatinya berduka atas para korban serangan keji tanggal 7 Oktober” dan sekali lagi menyerukan pembebasan para sandera.

“Saya memohon diakhirinya operasi militer dengan panen korban warga sipil tak bersalah yang mengerikan, dan menyerukan solusi bagi situasi kemanusiaan yang menyedihkan dengan membuka penyediaan bantuan kemanusiaan,” ujarnya.

Pekan lalu, sebuah organisasi yang didukung PBB mengatakan dalam sebuah laporan bahwa seluruh 2,3 juta populasi Gaza menghadapi krisis kelaparan dan bahwa risiko bencana kelaparan meningkat setiap hari.

3 dari 4 halaman

Paus Fransiskus Sebut Solusi 2 Negara Jawaban Konflik Panjang Israel-Palestina

Vatikan, yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan Otoritas Palestina, percaya bahwa solusi dua negara merupakan satu-satunya jawaban bagi konflik panjang di sana.

Paus Fransiskus menyerukan “dialog terus menerus antara para pihak, didukung oleh kemauan politik dan dukungan masyarakat internasional.”

Paus Fransiskus, yang mendedikasikan satu paragraf pesannya mengenai

Perdagangan senjata, mengatakan, “Dan bagaimana kita dapat berbicara tentang perdamaian, kalau produksi, penjualan dan perdagangan senjata sedang meningkat?”

Ia menyerukan lebih banyak lagi investigasi mengenai perdagangan senjata.

“Ini harus dibahas dan ditulis, untuk menjelaskan kepentingan dan laba yang menggerakkan para boneka perang,” ujarnya.

4 dari 4 halaman

Paus Fransiskus Ingin Dimakamkan di Roma Bukan Vatikan, Tempatnya Sudah Disiapkan

Di sisi lain, Paus Fransiskus sempat mengatakan dia ingin dimakamkan di Basilika St. Mary Major di Roma bukan di Gua Vatikan atau kompleks makam kepausan yang terletak di bawah Basilika St. Petrus seperti para pendahulunya. Dengan demikian dia bisa berada dekat ikon favoritnya: Perawan Maria.

Fransiskus, yang akan berusia 87 tahun pada hari Minggu, juga menuturkan dia tidak pernah berpikir untuk mengundurkan diri tahun ini meskipun memiliki serangkaian masalah kesehatan. Dia mengaku telah mengonfirmasi perjalanan ke Belgia tahun depan dan sedang mempertimbangkan kunjungan ke Polinesia dan negara asalnya, Argentina.

 "Memang benar bahwa semua perjalanan kini dipertimbangkan kembali," kata Paus Fransiskus kepada N+ dari stasiun televisi Meksiko Televisa, seperti dilansir AP, Kamis (13/12/2023). "Jika jaraknya dekat, itu bisa dilakukan. Jika jaraknya lebih jauh maka akan dipikirkan kembali. Ada batasannya."

Ini adalah wawancara pertama Paus Fransiskus sejak pemimpin umat Katolik itu mengumumkan menderita bronkitis akut, yang memaksanya membatalkan perjalanan bulan ini ke Dubai untuk berpartisipasi dalam konferensi iklim PBB.

Paus Fransiskus, yang salah satu paru-parunya diangkat saat masih muda, mengatakan dia sekarang sudah pulih dan merasa baik-baik saja.

Meski paus adalah tugas seumur hidup, Fransiskus menegaskan kembali kemungkinan pengunduran dirinya dan mengatakan dia harus bersiap menghadapi segala kemungkinan.

"Saya meminta Tuhan untuk mengatakan cukup, pada titik tertentu, hanya jika memang itu kehendak-Nya," tutur Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus telah mengatakan jika dia pensiun, seperti yang dilakukan Paus Benediktus XVI pada tahun 2013, dia ingin tinggal di luar Vatikan di suatu tempat di Roma di kediaman para pensiunan uskup. Paus Fransiskus telah lama menekankan perannya sebagai uskup Roma dan memiliki devosi khusus pada ikon Perawan Maria yang dipajang di Basilika St. Mary Major dekat stasiun kereta utama Roma.

Misalnya, setelah setiap perjalanan, Paus Fransiskus pergi ke basilika untuk berdoa di hadapan Salus populi Romani (Keselamatan umat Roma) - sebuah lukisan bergaya Bizantium yang menampilkan gambar Maria, mengenakan jubah biru, menggendong bayi Yesus.

"Ini adalah pengabdian saya yang luar biasa," kata Paus Fransiskus, sambil menambahkan bahwa dia telah memutuskan ingin dimakamkan di dekat basilika (St. Mary Major). "Tempatnya sudah disiapkan."