Sukses

15 Maret 1981: Pembebasan 147 Sandera di Pakistan Airways, Barter dengan 54 Napi

15 Maret 1981 tepat 43 tahun yang lalu, penumpang dan awak pesawat Pakistan Airways yang disandera selama hampir dua minggu telah dibebaskan di Suriah.

Liputan6.com, Damaskus - 15 Maret 1981 tepat 43 tahun yang lalu, penumpang dan awak pesawat Pakistan Airways yang disandera selama hampir dua minggu telah dibebaskan di Suriah. 

Mereka dibebaskan setelah pemerintah Pakistan menyetujui permintaan para pembajak untuk membebaskan 54 orang dari penjara.

Ke-147 orang di dalam pesawat tersebut dibebaskan setelah para mantan tahanan itu tiba di Damaskus.

Boeing 720 milik Pakistan Airways diambilalih di bawah todongan senjata oleh tiga pria selama penerbangan internal dari Karachi ke Peshawar pada 2 Maret.

Mereka memaksa sang pilot untuk terbang ke Afghanistan di mana mereka membunuh salah satu penumpang pesawat tersebut, seorang diplomat Pakistan, Tariq Rahim, demikian mengutip dari BBC.com, Jumat (15/3/2024).

Pembajakan tersebut dipimpin oleh seorang pria yang diidentifikasi sebagai Islamullah Khan dan disebut sebagai bagian dari kelompok Al Zulfikar yang ingin menggulingkan Jenderal Zia ul-Haq.

Sementara itu, menurut upi.com, Kelompok organisasi Al Zulfikar ini adalah organisasi yang diambil dari nama mendiang Perdana Menteri Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto yang dieksekusi oleh pemerintahan Presiden Mohammed Zia ul-Haq. 

Kelompok Al Zulfikar mengaku bertanggung jawab atas serangan bom pada 16 Februari saat kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Katachi, dan diketahui memiliki kaki tangan di Libya dan Afghanistan.

"Para penumpang dan awak pesawat menderita tekanan mental yang parah," ujar Jenderal M. Rahim Khan, sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Pakistan. 

"Pramugari yang dibebaskan sangat menderita dan dia mengatakan penumpang lainnya juga mengalami kondisi yang sama," tambahnya.  

2 dari 4 halaman

Tuduhan Terjadinya Hal Ini

Jenderal Zia yang berkuasa pada 1977 melalui kudeta, menggulingkan Zulfikar Ali Bhutto, pemimpin Partai Rakyat Pakistan.

Zulfikar Ali Bhutto digantung pada tahun 1979 setelah dinyatakan bersalah atas pembunuhan lawan politiknya setelah persidangan yang secara luas dikutuk sebagai persidangan yang tidak adil.

Sementara itu, penguasa Pakistan menuduh putra Zulfikar Ali Bhutto, Martazo Bhutto bersengkokol dengan para pembajak. 

Jenderal Zia mengatakan Martazo Bhutto yang tinggal di London telah terbang ke Bandara Kabul untuk menemui orang-orang tersebut setelah mereka mengambil alih kendali jet tersebut.

Tiga warga Amerika, satu warga Kanada, dan satu warga Swedia termasuk di antara penumpang yang dibebaskan.

Mereka dikatakan tidak terluka tetapi menderita kelelahan mental dan fisik.

Para pembajak mengatakan orang Amerika adalah agen CIA dan mengancam akan membunuh mereka serta meledakkan pesawat.

3 dari 4 halaman

Pasca-Kejadian Pembajakan

Setelah pembajakan tersebut, anggota Partai Rakyat Pakistan ditangkap. 

Rakyat Pakistan merasa ngeri dengan pembunuhan diplomat Tariq Rahim, dan dugaan dukungan kepada Partai Rakyat Pakistan terhadap para pembajak membuat mereka kehilngan banyak dukungan rakyat. 

Pada tahun 1986, putri Zulfikar Ali Bhutto, Benazir Bhutto, kembali dari pengasingan untuk memimpin Partai Rakyat Pakistan dalam kampanye pemilu baru.

Pada tahun 1988 Jenderal Zia meninggal secara misterius dalam kecelakaan udara.

Belakangan di tahun yang sama dengan kepergian Jenderal Zia, Benazir Bhutto memimpin Partai Rakyat Pakistan meraih kemenangan dalam pemilihan umum. 

Namun, Benazir Bhutto diberhentikan pada 1990 karena dituduh melakukan korupsi dan tidak kompeten. 

4 dari 4 halaman

Kejadian Serupa Pembajakan Pesawat Ethiopia

Kejadian pembajakan pesawat juga pernah terjadi pada bulan November tahun 1996 di Ethiopia.

Sebuah pesawat Ethiopian Airlines Boeing 767 yang membawa 175 orang dibajak di Afrika Timur pada Sabtu, 23 November 1996. Tragis, pesawat itu kehabisan bahan bakar dan jatuh ke laut lepas pantai di Kepulauan Comoro.

Mengutip The New York Times, Selasa (22/11/2022), sekitar 54 orang selamat dari kecelakaan pesawat itu, kata Ahmed Chanfi, wakil manajer di bandara internasional Moroni.

Ethiopian Airlines menyebutkan korban tewas sebanyak 58 orang, dengan sedikitnya 16 orang terluka.

Menurut laporan, pesawat itu juga membawa penumpang dari luar negeri, termasuk warga negara AS, Israel, Inggris, dan Italia.

Pesawat jatuh sekitar pukul 15.20 waktu setempat di dekat Galawa Beach Hotel, 25 mil (40 km) sebelah utara ibu kota, Moroni, di pulau utama Grande Comore.

Lokasi itu cukup sulit dijangkau. Proses evakuasi dari tim penyelamat terhalang oleh laut yang ganas dan risiko hiu.