Sukses

Geng Kriminal Bersenjata di Haiti Rusuh, Layanan Kesehatan di Ambang Kehancuran

Pasokan medis dan rumah sakit di Haiti merupakan salah satu fasilitas paling terdampak akibat kerusuhan geng kriminal bersenjata.

Liputan6.com, Port-au-Prince - Layanan sistem kesehatan di Haiti di ambang kehancuran, di tengah pemberontakan oleh geng yang mendesak Perdana Menteri Ariel Henry untuk mengundurkan diri. Akibatnya, para korban luka akibat kekerasan kesulitan mendapatkan perawatan medis.

Dalam dua minggu terakhir, rumah sakit-rumah sakit dibakar, dokter-dokter dibunuh, dan persediaan medis paling dasar kini habis. Hanya satu rumah sakit umum di ibu kota Haiti yang masih beroperasi, bahkan rumah sakit tersebut juga diperkirakan akan segera ditutup.

"Sistem layanan kesehatan di Port-au-Prince pada dasarnya tidak ada," kata Mackynzie Archer, seorang konsultan yang memberikan nasihat kepada LSM medis terkemuka di Haiti, seperti dilansir The Guardian, Senin (18/3/2024). 

"Segala sesuatunya memburuk dengan cepat."

Pertempuran antara geng-geng bersenjata lengkap dan pasukan keamanan telah melumpuhkan ibu kota Haiti dalam aksi kekerasan terburuk yang pernah terjadi di negara Karibia tersebut dalam beberapa dekade.

Anggota geng kriminal bersenjata menyerang kantor polisi, gedung-gedung pemerintah dan bandara internasional, hingga mencapai tujuan mereka agar Henry mengumumkan akan mengundurkan diri setelah dewan transisi ditunjuk.

2 dari 3 halaman

Kelaparan Meluas

Selain layanan kesehatan yang runtuh, sekitar 1,4 juta warga Haiti berada di ambang kelaparan dan lebih dari 4 juta orang membutuhkan bantuan makanan. Menurut kelompok bantuan, terkadang mereka hanya makan sekali sehari atau tidak makan sama sekali.

"Haiti sedang menghadapi kelaparan massal dan berlarut-larut," ujar Direktur Program Pangan Dunia PBB (WFP) untuk Haiti Jean-Martin Bauer kepada AP.

Dia mencatat bahwa Croix-des-Bouquets, di bagian timur ibu kota Haiti, memiliki tingkat malnutrisi yang sebanding dengan zona perang mana pun di dunia.

Para pejabat berusaha untuk segera mengirimkan makanan, air, dan pasokan medis ke tempat penampungan sementara dan tempat-tempat lain ketika kekerasan geng kriminal bersenjata mencekik kehidupan di seluruh Port-au-Prince dan sekitarnya, dengan banyak orang terjebak di rumah mereka.

Hanya sedikit organisasi bantuan yang mampu memulai kembali kerja mereka sejak 29 Februari, ketika geng-geng kriminal bersenjata mulai menyerang lembaga-lembaga penting, membakar kantor polisi, menutup bandara internasional utama dengan tembakan, dan menyerbu dua penjara yang mengakibatkan lebih dari 4.000 narapidana kabur.

3 dari 3 halaman

Stok Makanan Habis

Kekerasan geng kriminal bersenjata memaksa Perdana Menteri Ariel Henry untuk mengumumkan pada Selasa (12/3) pagi bahwa dia akan mengundurkan diri setelah dewan transisi dibentuk, namun geng-geng kriminal bersenjata yang menuntut pemecatannya terus melanjutkan serangan mereka di beberapa komunitas.

Bauer dan pejabat lainnya mengungkapkan bahwa geng-geng kriminal bersenjata memblokir jalur distribusi dan melumpuhkan pelabuhan utama, sementara gudang WFP kehabisan biji-bijian, kacang-kacangan, dan minyak sayur.

"Kami memiliki persediaan untuk berminggu-minggu. Maksud saya berminggu-minggu, bukan berbulan-bulan," kata Bauer.

"Itu membuat saya takut."

Video Terkini