Sukses

Serangan Udara Pakistan Hantam Perbatasan Afghanistan dan Tewaskan 8 Orang, Taliban Geram

Pakistan dituduh membunuh delapan perempuan dan anak-anak dalam serangan udara ke Afghanistan.

Liputan6.com, Kabul - Taliban menuduh Pakistan membunuh delapan perempuan dan anak-anak dalam dua serangan udara semalam di Afghanistan.

Laporan BBC, Senin (18/3/2024), menyebut bahwa juru bicara pemerintah Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan serangan "sembrono" itu menghantam rumah-rumah di dekat perbatasan dengan Pakistan sekitar pukul 03:00 waktu setempat (22:30 GMT).

Sementara itu, pihak Pakistan belum berkomentar. Namun hal ini terjadi setelah Presiden Asif Ali Zardari berjanji akan "menanggapi dengan tegas" kematian tujuh tentara yang dibunuh oleh militan tak dikenal pada hari Sabtu (16/3).

Berbicara pada pemakaman dua tentara pada hari Minggu (17/3), Presiden Zardari menambahkan bahwa pembalasan akan terjadi “terlepas dari siapa atau dari negara mana” kelompok tersebut berasal.

Serangan hari Sabtu (16/3) terhadap pos militer terjadi di dekat perbatasan Afghanistan di Waziristan utara. Pakistan mengatakan serangan-serangan tersebut diluncurkan dari Afghanistan – salah satu dari peningkatan jumlah serangan dalam beberapa bulan terakhir, kata militer.

Dalam sebuah pernyataan kepada televisi, militer Pakistan mengatakan Afghanistan adalah “tempat berlindung yang aman” bagi para militan, dan menuduh serangan tersebut mendapat “dukungan dan bantuan penuh” dari Taliban. Mereka tidak menyebutkan serangan udara tersebut.

Namun seorang pejabat pemerintah setempat – yang meminta untuk tidak disebutkan namanya – secara terpisah mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa serangan Senin (18/3) pagi di Provinsi Khost dan Paktika merupakan pembalasan atas kematian hari Sabtu (16/3).

Taliban kemudian mengumumkan pasukannya telah menargetkan militer Pakistan di sepanjang perbatasan.

 

2 dari 3 halaman

Jubir Taliban Peringatkan Pakistan

Juru bicara pemerintah Taliban Zabihullah Mujahid telah memperingatkan Pakistan untuk tidak "menyalahkan Afghanistan atas kurangnya kendali dan masalah di wilayahnya sendiri" dalam sebuah pernyataan yang dirilis di X (sebelumnya Twitter).

"Insiden seperti itu dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk yang tidak dapat dikendalikan oleh Pakistan,” tambah Mujahid.

Mujahid mengatakan serangan itu menghantam “rumah-rumah warga sipil”, menewaskan lima perempuan dan tiga anak-anak.

 

3 dari 3 halaman

Ketegangan Pakistan dan Afghanistan Meningkat Sejak Taliban Berkuasa Tahun 2021

Ketegangan meningkat antara Afghanistan dan Pakistan sejak Taliban kembali menguasai negara itu pada tahun 2021.

Akhir tahun 2023 lalu, Pakistan memaksa ratusan ribu warga Afghanistan meninggalkan Pakistan, dengan alasan mereka tidak memiliki dokumen yang diperlukan untuk tinggal. Kelompok Hak Asasi Manusia mengkritik kebijakan tersebut dan mengatakan bahwa hal tersebut mengakibatkan banyak pengungsi dan pencari suaka terpaksa meninggalkan negara mereka.

Sedangkan para menteri sementara pada saat itu berpendapat bahwa hal ini dilakukan karena alasan keamanan.

Beberapa analis berpendapat bahwa kelompok-kelompok tersebut mengambil keuntungan dari kembalinya Taliban, namun Taliban membantah menjadi tuan rumah bagi kelompok-kelompok militan, AFP melaporkan.