Liputan6.com, Jakarta - Base Camp gunung Everest berada 17.600 kaki atau sekitar 5.364 meter di atas permukaan laut, dan perjalanan standar pulang-pergi adalah sejauh 80 mil atau sekitar 128.748 meter.
Namun, hal tersebut tidak menghalangi para orang tua ini untuk membawa keluarga mereka termasuk para bocil (bocah kecil) untuk mendaki gunung tersebut.
Baca Juga
Yang pertama ada keluarga Laddha, ketika putrinya, Arishka, baru berusia 6 tahun, Dimple Laddha membawanya ke Base Camp gunung Everest, semikian mengutip dari nbcnews.com, Sabtu (23/3/2024).
Advertisement
Base Camp tersebut terletak pada ketinggian 5.364 meter, di mana konsetrasi oksigen hampir 50% lebih rendah daripada di permukaan laut.
Suhu musim dingin bisa turun di bawah titik beku di malam hari.
Pendakian standar sejauh 80 mil atau sekitar 128.748 meter ini sering dicoba oleh atlet dan pencari petualangan selama 10 hingga 12 hari.
Dimple Laddha mengatakan bahwa selama dua tahun sebelum perjalanan mereka pada bulan April 2024, ia dan Arishka sering jalan kaki sejauh 5 mil atau sekitar 8 kilometer di dekat rumah mereka di Pune, India.
Ia akhirnya memutuskan bahwa putrinya sudah siap untuk menghadapi tantangan ke Gunung Everest.Â
"Anak-anak pada umumnya memiliki banyak energi," kata Dimple Laddha.
"Saya pikir tugas orang tua adalah mengarahkan energi tersebut ke arah yang benar," tambahnya.
Saat Dimple Laddha merencanakan perjalanan, ia mencari tau di Google apakah anak-anak kecil pernah pergi ke Base Camp Gunung Everest sebelumnya. Lalu menemukan bahwa seorang anak perempuan berusia 4 tahun berhasil menyelesaikan pendakian tersebut.
Sebenarnya, keluarga Dimple Laddha adalah salah satu dari sedikit keluarga yang telah mencoba perjalanan tersebut dengan anak-anak kecil dalam beberapa tahun terakhir.Â
Â
Mengukur Minat sang Anak lewat Tontonan Youtube
Dimple Laddha yang melakukan trek dengan Arishka sebagai bagian dari sebuah kelompok pendaki gunung, mengatakan bahwa ia menghubungi kelompok tersebut untuk meminta saran tentang apakah seorang anak berusia 6 tahun bisa menghadapinya.
Mereka berkata, 'umumnya kami tidak menyarankan anak di bawah usia 12 tahun untuk melakukannya... tetapi kita bisa mencoba,'" katanya.
Untuk mengukur minat Arishka, Dimple mengatakan bahwa ia menunjukkan padanya video YouTube tentang pendakian tersebut.
"Ia sangat bersemangat, meskipun ia terlalu muda untuk memahami pentingnya itu. Tetapi ia memberi lampu hijau," kata Dimple.
Dalam perjalanan tersebut, Dimple mengatakan bahwa Arishka membutuhkan istirahat setiap 15 hingga 20 menit, sehingga mereka sering tertinggal dari kelompok dengan seorang pemandu. Tetapi Arishka menikmati menyeberangi jembatan kabel tinggi dan menyaksikan salju pertamanya, kata ibunya.   Â
"Pendaki lain yang kami temui di jalan, mereka semua terinspirasi oleh Arishka," kata Dimple. "Mereka berkata, 'Jika seorang gadis sekecil dia bisa melakukannya, maka kita pasti bisa melakukannya.'"
Merekapun sampai di Base Camp dalam delapan hari.
Advertisement
Keluarga Matulis Membawa Anak Mereka yang Berusia 2 Tahun
Sementara itu Pasangan dari Skotlandia menjadi berita utama pada awal tahun 2024 ini karena telah mencapai Base Camp pada musim gugur dengan membawa anak mereka yang berusia 2 tahun.
Chris dan Cindy Matulis melakukan trek dengan empat anak mereka pada tahun 2022, ketika pekerjaan Chris memberinya cuti enam bulan.
"Kami benar-benar perlu memanfaatkan momen ini," kata Cindy, yang telah melakukan perjalanan keliling dunia dengan keluarganya, yang sekarang berbasis di New Hampshire.
Ia menggambarkan perjalanan itu sebagai 'waktu bonding yang paling utama.'
Anak bungsunya, Hazel, berusia 2 tahun saat melakukan trek tersebut.
Sementara itu, puluhan ribu orang melakukan perjalanan ke Base Camp Gunung Everest setiap tahun, tetapi menurut Wilderness Medical Society, siapa pun yang tidak terbiasa dengan ketinggian tinggi menghadapi risiko mengalami penyakit gunung akut.
Pada ketinggian di atas 8.200 kaki atau sekitar 2.499 meter, tekanan udara yang rendah dan kadar oksigen yang rendah dapat menyebabkan sakit kepala, kelelahan, mual, dan sesak napas.
Dalam kasus yang jarang terjadi, kondisi ini dapat mengancam jiwa.
Dr. Scott McIntosh, seorang profesor kedokteran darurat di University of Utah dan anggota Wilderness Medical Society, mengatakan bahwa tambahan beban membawa balita bisa membuat orang tua lebih rentan terhadap penyakit gunung akut.
Anak-anak kecil juga mungkin kesulitan mengungkapkan jika mereka sedang merasa sakit selama berada di trek, dan suhu dingin, lebih dari pada ketinggian, dapat menjadi tantangan utama bagi mereka.   Â
Â
Keluarga David Sifra
Keluarga lain yakni keluarga David Šifra, seorang petualang berusia 51 tahun yang tinggal di Malaysia dengan istri dan anak-anaknya, juga mengatakan bahwa ia melihat Zara, anaknya mengembangkan rasa kebanggaan di jalur tersebut ketika orang-orang memberinya selamat.
Tantangan terbesar, katanya, adalah membuat putrinya tetap berada dalam sleeping bag-nya.
"Di malam hari, dia selalu mencoba keluar," kata David.
"Saya hanya menaruhnya kembali dan dia berteriak, 'Biarkan aku pergi! Biarkan aku pergi!'"
Anak-anaknya terbiasa melakukan pendakian sejauh 3 hingga 6 mil setiap hari, kata David, jadi dia tidak khawatir tentang kekuatan mereka. Tetapi seorang dokter memberi tahu dia untuk berhati-hati tentang suhu, yang sedikit di atas titik beku di malam hari pada saat itu.
Keluarga Å ifra membutuhkan 18 hari untuk mencapai Base Camp, setelah memulai perjalanan lebih ke barat dari pendakian standar, di sebuah kota bernama Jiri.
David mengatakan bahwa Zara "sekarang begitu kuat secara mental—ia berbicara langsung dengan orang dewasa."
Â
Advertisement