Sukses

Kamora Freeland Si Pilot Wanita Termuda di New York, Usianya Baru 17 Tahun

Kamora Freeland bangga menjadi salah satu dari kurang dari 1% pilot wanita berkulit hitam.

Liputan6.com, Staten Island - Seorang gadis dari Staten Island, Kamora Freeland, awalnya tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang pilot

Sejak kecil, ia bercita-cita untuk menjelajahi lautan sebagai ahli biologi laut. Namun, nasib mengarahkannya menjadi seorang pilot di usia 17 tahun. Kini ia telah terbang di atas awan pada ketinggian lebih dari 5.500 kaki atau sekitar 1.676 meter.

"Dulu aku mendapatkan lisensi pilot sebelum mendapatkan lisensi mengemudi," ujar Kamora sambil tertawa seperti dilansir dari New York Post, Kamis (28/3/2024).

Kamora menjadi pilot termuda di Negara Bagian New York dan salah satu pilot berlisensi termuda dalam sejarah Amerika Serikat pada tanggal 26 Februari, yang memungkinkannya untuk mengendalikan pesawat tunggal dengan maksimal 12 penumpang.

Ia diberi penghargaan Proclamation of Achievement (Proklamasi Prestasi) oleh Anggota Majelis Charles Fall dan Senator Negara Bagian Jessica Scarcella-Spanton di Albany sebagai pengakuan atas prestasinya dalam penerbangan.

Meskipun merasa rendah hati atas penghargaan tersebut, Kamora, seorang lulusan Kingsborough Early College Secondary School di Bensonhurst ini menyatakan bahwa ia tidak pernah bermimpi menjadi seorang pilot. Namun, setelah pengalaman penerbangan pertamanya, ia merasa terkesan dan yakin bahwa ia bisa menjadikan penerbangan sebagai profesi hidupnya. 

Sementara ibunya, Lakema, yang berusia 47 tahun dan memiliki empat anak, menjadi motivator bagi Kamora setelah menemukan United Youth Aviators pada Agustus 2019. 

Program tersebut didirikan oleh petugas NYPD, Milton Davis dan Clet Titus, yang bertujuan untuk mengajarkan prosedur penerbangan kepada remaja berusia 13 hingga 18 tahun dibawah bimbingan instruktur penerbangan yang bersertifikat FAA.

2 dari 4 halaman

Diawali dari Inisiatif Sang Ibu

Sang ibu, Lakema, diam-diam mendaftarkan putrinya yang saat itu masih berusia 12 tahun untuk belajar pilot, meskipun awalnya Kamora tidak pernah menunjukkan minat untuk menjadi seorang pilot.

Bahkan ketika putrinya yang masih muda tersebut masuk daftar tunggu, Lakema masih gigih menelepon penyelenggara setiap tiga bulan untuk memperjuangkan pendaftaran anaknya yang berbakat itu, hingga pada akhirnya Kamora diterima di UYA pada usia 15 tahun.

"Yang saya sukai dari Kamora adalah ia belajar dari kesalahannya dan dengan cepat memperbaiki dirinya sendiri di kokpit," ujar Titus.

Selama pelatihan 18 bulan di Bandara Republic di Long Island, Farmingdale, Kamora diajari tentang dasar-dasar penerbangan, bagaimana pesawat berfungsi, dan pentingnya memahami tren cuaca dan perhitungan.

Mengemudikan pesawat Cesna 172 G1000 atau pesawat Piper low-wing telah menjadi hal yang sangat biasa bagi Kamora.

"Kamora serius dalam menerbangkan pesawat," kata Davis. 

"Kecerdasannya, dedikasinya, dan kematangannya jauh melampaui usianya, menjadikannya seorang pilot yang fenomenal," tambahnya. 

3 dari 4 halaman

Kurangnya Pilot Muda Berlisensi

Menjadi pilot muda yang menjelajahi langit bukanlah hal yang umum dilakukan, meskipun tentu ada dorongan bagi mereka yang berusia antara 16 dan 19 tahun untuk mengejar lisensi pilot.

Laporan terbaru melalui Pilot Insitute menemukan bahwa terdapat kurang dari 4% dari pilot berusia antara 16 dan 19 tahun dengan lisensi, yang benar-benar memilih untuk meniti karir dalam penerbangan.

Menurut peraturan Federal Aviation Administration (FAA), usia kelayakan untuk mendapatkan sertifikat pilot adalah 16 tahun, sementara anak muda yang ingin mengendalikan glider atau balon udara dapat memperoleh izin pada usia 14 tahun.

Mack Rutherford, yang menjadi sorotan pada tahun 2020 karena pada usia 15 tahun, ia telah menjadi pilot termuda di dunia, layaknya Kamora. Pencapaiannya semakin mengesankan ketika dua tahun kemudian pada Agustus 2022, di usia 17 tahun, ia menjadi penerbang termuda yang berhasil terbang sendirian mengelilingi dunia.

4 dari 4 halaman

Berharap Prestasinya Dapat Menginspirasi Orang

Kamora, baru-baru ini menyelesaikan misi "cross country solo flight" yang berlangsung selama hampir dua jam. Ia berhasil meluncur dan mendarat di tiga bandara lokal selama satu perjalanan dan dianggap siap mengikuti jejak Rutherford.

Sebagai salah satu dari sedikit pilot perempuan Afrika Amerika di AS, dimana hanya 5% dari kapten penerbangan adalah perempuan dan kurang dari 1% pilot tersebut adalah orang berkulit hitam, ia berharap prestasinya yang luar biasa ini akan menginspirasi perubahan dalam industri penerbangan.

"Saya bersyukur memiliki prestasi ini," kata pengembara muda itu.

Pada musim gugur, ia dikabarkan akan belajar ekonomi sebagai mahasiswa baru di Spelman College di Atlanta, dimana ia telah memperoleh beasiswa penuh dari presiden.

"Saya ingin orang sebaya saya dan di komunitas saya tahu bahwa tidak ada yang tidak mungkin," kata Kamora.

"Anda benar-benar bisa menembus setiap rintangan." tambahnya.