Sukses

Mengenal Arrokoth, Asteroid 'Manusia Salju dari Luar Angkasa'

Arrokoth berhasil menarik perhatian para astronom karena memiliki bentuk yang unik.

Liputan6.com, Jakarta - 486958 Arrokoth atau yang dikenal dengan istilah 2014 MU69 dan Ultima Thule adalah nama resmi dari salah satu asteroid yang berada di wilayah sabuk Kuiper. Nama Aarakoth diambil dari bahasa Pohwatan yang berarti “langit”.

Arrokoth berhasil menarik perhatian para astronom karena memiliki bentuk yang unik. Batu asteroid ini serupa dengan bentuk boneka salju yang kerap di buat oleh anak-anak di Bumi.

Bahkan, para iIlmuwan menyebut Arrokoth sebagai manusia salju merah. Dikutip dari laman NASA pada Kamis (28/03/2024), sebelum memiliki nama resmi Arrokoth, asteroid ini sempat dikenal dengan nama tidak resminya, yaitu Ultima Thule.

Nama itu memiliki arti “melampaui batas dunia yang dikenal”. Nama tersebut dipilih berdasarkan voting yang dibuka oleh NASA. Sayangnya, nama ini pada akhirnya diganti karena memicu beberapa kontroversi karena memiliki hubungan dengan Thule Society, cikal bakal partai Nazi.

Nama Arrokoth akhirnya dipilih sebagai nama resmi dari asteroid yang memiliki kode 2014 MU69. Arrokoth yang dalam bahasa Pohwatan merefleksikan inspirasi yang datang saat melihat jauh ke langit, momen di mana kita membayangkan bintang-bintang dan dunia yang jauh melampaui pemahaman kita.

 

2 dari 3 halaman

Kuiper Belt

Arrokoth adalah sebuah asteroid atau planet kecil, tetapi lebih besar daripada meteoroid. Arrokoth merupakan satu di antara objek-objek yang ada di sabuk Kuiper (Kuiper Belt Objects).

Objek lainnya yang terletak di sabuk ini adalah planet katai Pluto. Sabuk Kuiper adalah sebuah wilayah di Tata Surya yang berjarak 30 sampai 50 SA dari Matahari.

Objek-objek di dalam sabuk kuiper juga sering disebut objek trans-Neptunian, karena semua objek tersebut terletak setelah planet Neptunus. Asteroid Arrokoth pernah dikunjungi New Horizon.

New Horizon adalah sebuah wahana antariksa yang memiliki misi utama untuk mengambil data di dekat Pluto dan satelit-satelit alaminya. Setelah menyelesaikan misinya pada 2015, wahana antariksa ini masih berada dalam mode aktif.

New Horizon berkesempatan untuk memotret salah satu objek yang lain yang berada di wilayah sabuk kuiper yaitu Arrokoth. Ilmuwan memotret Arrokoth karena objek tersebut berada di posisi yang pas dan dekat dengan New Horizon.

Alhasil, Arrokoth kini menjadi objek antariksa paling jauh yang pernah dikunjungi dan dipotret oleh wahana antariksa. Objek ini dipotret New Horizon pada bulan Januari 2019.

Dengan kata lain, sekitar 3,5 tahun setelah New Horizon menyelesaikan misinya di planet Pluto. Tidak seperti planet, asteroid pada dasarnya memang memiliki bentuk seperti bebatuan kecil yang tidak beraturan dan tersusun dari es.

Dikutip dari laman Astronomy Picture of The Day pada Kamis (28/03/2024) ilmuwan memiliki teori bahwa alasan Arrokoth memiliki bentuk yang mirip manusia salju. Asteroid ini memiliki bagian atas yang lebih kecil, dikarenakan objek tersebut pada awalnya merupakan dua objek yang terpisah dan saling mengorbit satu sama lain (objek biner).

Tidak seperti objek-objek lain yang menyatu melalui tabrakan dramatis, ilmuwan berteori bahwa kedua objek yang membentuk Arrokoth pada awalnya saling mengorbit dalam damai. Kemudian, lama kelamaan keduanya saling tarik menarik dan menyatu dan membentuk sebuah objek antariksa yang kini kita kenal sebagai Arrokoth.

3 dari 3 halaman

Salju Merah

 Jika manusia salju yang kita kenal memiliki warna seputih salju, maka kita bisa menyebut Arrokoth sebagai manusia salju merah. Ilmuan mengkonfirmasi Arrokoth memiliki permukaan berwarna merah, warna yang mengingatkan kita pada planet Mars.

Asteroid ini tersusun dari es metanol dan molekul organik lainnya yang belum bisa terindentifikasi secara pasti. Arrokoth adalah salah satu saksi pembentukan Tata Surya.

Berdasarkan hasil perhitungan ilmuwan, asteroid di sabuk Kuiper ini sudah berusia kurang lebih 4,5 miliar tahun. Hampir sama tuanya dengan galaksi Bima Sakti.

Usia Arrokoth yang sangat tua itu tentu saja menjadikannya salah satu objek prasejarah. Melansir Space Kamis (28/03/2024), ilmuwan meyakini bahwa data yang didapatkan dari Arrokoth akan memberikan beberapa gambaran mengenai asal usul Tata Surya dan proses pembentukannya.

(Tifani)