Liputan6.com, Tokyo - Para ahli Jepang dan Tiongkok mengadakan diskusi mengenai air limbah yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang rusak, kata Kementerian Luar Negeri Jepang pada Sabtu malam (30/3/2024).
Pembicaraan pertama ahli dari kedua belah pihak diumumkan sejak Tokyo mulai melepaskan air ke laut tahun lalu.
Baca Juga
Jepang dan Tiongkok berselisih mengenai pembuangan air limbah nuklir, yang digunakan untuk mendinginkan reaktor setelah krisis tahun 2011, dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu (31/3).
Advertisement
Jepang bersikeras bahwa zat tersebut telah ditangani dengan aman, namun Tiongkok mengkritik pelepasan tersebut dan melarang impor makanan laut Jepang.
"Dialog antara para ahli Jepang dan China mengenai pembuangan air olahan ke laut (oleh pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima) diadakan di Dalian, Tiongkok pada 30 Maret untuk bertukar pandangan mengenai masalah teknis," kata Kementerian Luar Negeri Tokyo dalam sebuah pernyataan.
Pengumuman tersebut muncul setelah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada November 2023 dan mengatakan diskusi berbasis sains akan dilakukan di tingkat ahli.
Jepang secara bertahap mulai membuang sebagian dari 1,34 juta ton air limbah yang terkumpul sejak bencana di Pasifik pada bulan Agustus, sehingga memicu pertikaian diplomatik dengan Tiongkok dan Rusia, yang keduanya melarang impor makanan laut.
China Sebut Jepang Perlakukan Laut Sebagai Saluran Pembuangan Sampah
Tiongkok menuduh Tokyo memperlakukan laut sebagai "saluran pembuangan", namun Jepang menegaskan pembuangan limbah tersebut aman, sebuah pandangan yang didukung oleh badan atom PBB.
Kishida meminta Tiongkok pada KTT Asia-Pasifik bulan November di San Francisco untuk membuat “penilaian obyektif” terhadap keamanan makanan laut Jepang, yang merupakan industri besar di negara tersebut.
Jepang mulai melepaskan air limbah yang telah diolah karena fasilitas nuklirnya kehabisan ruang untuk membangun lebih banyak tangki air, dan Jepang perlu memberikan ruang untuk tugas yang jauh lebih berbahaya yaitu membuang bahan bakar radioaktif dan puing-puing dari tiga reaktor yang terkena dampak.
Advertisement