Liputan6.com, Quito - Menteri Dalam Negeri Ekuador Monica Palencia menyebut bahwa sejumlah orang yang tergabung dalam kelompok bersenjata telah menyerang sekelompok orang di kota pesisir Guayaquil, menewaskan delapan orang dan melukai delapan lainnya. Peristiwa tersebut merupakan insiden terbaru dari rangkaian aksi kekerasan yang berlangsung di negara Amerika Selatan tersebut.
Dilansir VOA Indonesia, Senin (1/4/2024), sekitar pukul 19.00 waktu setempat pada Sabtu (30/3), kelompok bersenjata tiba dengan sebuah kendaraan di sebuah kawasan permukiman di selatan. Mereka lalu menembaki sekelompok orang, menewaskan dua di antaranya.
Pihak kementerian itu mengatakan kepada media bahwa enam orang lainnya kemudian meninggal di sebuah pusat kesehatan karena "luka yang serius."
Advertisement
Tidak ada kelompok yang segera mengaku bertanggung jawab atas insiden itu.
Pada Januari 2023, Presiden Ekuador Daniel Noboa mendeklarasikan status gawat darurat yang memperbolehkan operasi permanen pasukan keamanan yang terdiri atas polisi dan militer.
Sebagai tambahan, jam malam selama lima jam diberlakukan di tempat-tempat dengan insiden tertinggi seperti Guayaquil.
Ekuador telah melewati tingkat kematian akibat kekerasan dengan rasio 40 korban tewas dalam setiap 100.000 penduduk pada akhir tahun 2023. Menurut kepolisian setempat, angka tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di wilayah itu.
Pembunuhan Massal Sebelumnya
Dilansir AP, ini merupakan pembunuhan massal kedua dalam beberapa hari terakhir.
Pada Jumat (29/3) lima orang yang diculik dan dibunuh di provinsi pesisir Manabi oleh geng bersenjata.
Polisi mengatakan, ada tanda-tanda bahwa para korban adalah wisatawan yang secara tidak sengaja terjebak dalam sengketa perdagangan narkoba setempat.Â
Dalam kejadian itu, kelompok bersenjata telah menculik total 11 orang. Polisi mengatakan enam orang lainnya, termasuk lima anak di bawah umur, berhasil diselamatkan dan diserahkan kepada keluarga mereka.
Polisi menyebut bahwa dua tersangka ditangkap pada Sabtu pagi.
"Pembunuhan di Manabi mengingatkan kita bahwa pertempuran terus berlanjut," kata Presiden Ekuador Daniel Noboa di jaringan media sosial X, sebelumnya Twitter, pada hari Sabtu.
"Narkoterorisme dan sekutunya mencari ruang untuk menakut-nakuti kita, namun mereka tidak akan berhasil," kata Noboa.Â
Advertisement
Terjadi Peningkatan Kekerasan
Ekuador pernah dianggap sebagai benteng perdamaian di Amerika Latin, namun dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan serangan kekerasan.
Noboa mengumumkan keadaan darurat pada bulan Januari, yang mengatur operasi permanen oleh pasukan keamanan yang terdiri dari polisi dan militer. Selain itu, jam malam selama lima jam diberlakukan di daerah dengan tingkat insiden tinggi seperti Guayaquil.
Menurut polisi, Ekuador melampaui tingkat 40 kematian akibat kekerasan per 100.000 penduduk pada akhir tahun 2023 dan menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan.