Liputan6.com, Seoul - Korea Utara melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah (IRBM) ke perairan lepas pantai timurnya pada hari Selasa, (2/4/2024). Demikian disampaikan militer Korea Selatan.
Laporan AP menyebutkan, menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan rudal diluncurkan dari daerah dekat Pyongyang dan terbang sekitar 600 kilometer sebelum mendarat di laut antara Semenanjung Korea dan Jepang.
Baca Juga
Tantang Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Jay Idzes Tegaskan Timnas Indonesia Punya Peluang Menang
Pemain Jepang Dipayungi Sekuriti Saat Hujan, Warganet Singgung Bahrain yang Ragukan Keamanan Bertanding di Indonesia
Tak Singgung 3 Poin, Shin Tae-yong Usung Ambisi Ini Jelang Timnas Indonesia vs Jepang
Juru bicara Kepala Staf Gabungan Lee Sung Joon menuturkan peluncuran tersebut kemungkinan merupakan tindak lanjut dari uji coba mesin bahan bakar padat yang dibuat untuk rudal hipersonik jarak menengah baru pada Maret. Jika disempurnakan, kata para ahli, senjata semacam itu dapat mencapai pusat militer Amerika Serikat (AS) di Pasifik, Guam, dan sekitarnya.
Advertisement
Lee tidak merinci mengapa Korea Selatan menilai rudal tersebut sebagai IRBM atau apakah rudal tersebut diterbangkan kurang dari kapasitasnya, namun mengungkapkan bahwa Korea Utara kemungkinan sedang bereksperimen dengan teknologi hulu ledak baru.
Kementerian Pertahanan Jepang memberikan rincian lebih lanjut dalam penilaiannya, dengan mengatakan bahwa rudal tersebut terbang sekitar 650 kilometer dan mencapai ketinggian maksimum 100 kilometer sebelum mendarat di perairan di luar zona ekonomi eksklusif Jepang. Militer Jepang belum memastikan apakah yang ditembakkan Korea Utara rudal jarak menengah atau yang lainnya.
Ini adalah peluncuran pertama yang diketahui oleh Korea Utara sejak 18 Maret, di mana pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengawasi latihan sistem artileri yang dirancang untuk menargetkan ibu kota Korea Selatan.
Meski rudal telah mendarat, namun penjaga pantai Jepang tetap memperingatkan agar kapal-kapal yang melewati wilayah tersebut berhati-hati.
AS, Korea Selatan dan Jepang Pertajam Strategi Pencegahan
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengonfirmasi tidak ada kerusakan terkait uji coba rudal Korea Utara. Dia mengatakan peluncuran rudal yang sering dilakukan Korea Utara mengancam perdamaian dan keselamatan tidak hanya Jepang tetapi juga kawasan dan keamanan internasional.
Ketegangan di kawasan ini meningkat sejak tahun 2022, di mana Kim Jong Un disebut memanfaatkan invasi Rusia ke Ukraina sebagai distraksi untuk mempercepat uji coba rudal dan senjata lainnya. AS dan Korea Selatan meresponsnya dengan memperluas latihan gabungan dan latihan trilateral yang melibatkan Jepang serta mempertajam strategi pencegahan yang dibangun berdasarkan aset-aset strategis AS.
Ada kekhawatiran bahwa Korea Utara akan semakin meningkatkan tekanan bertepatan dengan Pilpres AS dan Korea Selatan.
Setelah uji coba mesin IRBM berbahan bakar padat pada 19 Maret, Kim Jong Un menyatakan nilai strategis senjata tersebut akan sama pentingnya dengan rudal balistik antarbenua yang menargetkan daratan AS.
Advertisement
Ambisis Korea Utara dari Rudal Hipersonik hingga Satelit
Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Utara berfokus pada pengembangan lebih banyak senjata dengan bahan bakar padat bawaan. Senjata-senjata tersebut lebih mudah untuk dipindahkan dan disembunyikan serta dapat diluncurkan lebih cepat daripada rudal berbahan bakar cair, yang perlu diisi bahan bakarnya sebelum diluncurkan dan tidak dapat diisi bahan bakarnya dalam jangka waktu yang lama.
Kim Jong Un juga menargetkan pengembangan rudal hipersonik yang dapat mengalahkan sistem pertahanan rudal musuh-musuhnya. Senjata lain yang telah diuji Korea Utara tahun ini termasuk rudal jelajah dan peluncur roket ganda super besar yang ditujukan untuk menargetkan Seoul.
Uji coba terbaru pada Selasa terjadi dua hari setelah Korea Utara menegaskan kembali rencananya untuk meluncurkan beberapa satelit mata-mata tahun ini.
Kim Jong Un menggambarkan satelit sebagai hal yang penting untuk memantau pergerakan militer AS dan Korea Selatan serta meningkatkan ancaman rudal berkemampuan nuklirnya. November lalu, Korea Utara meluncurkan satelit mata-mata militer ke orbit untuk pertama kalinya.