Korea Utara menarik semua pekerjanya, total 53 ribu orang, dan menangguhkan operasi di zona industri bersama dengan Korea Selatan. Sembari menyalahkan pihak asing sebagai "penghasut perang" di tengah kondisi yang makin memanas di Semenanjung Korea.
"Kami akan menarik semua pekerjangan dari zona industri Kaesong," kata Kim Yang-Gon, pejabat senior partai berkuasa Korut seperti disiarkan kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA).
Pyongyang juga akan membekukan sementara operasi di zona tersebut dan mengkaji, "apakah akan terus mempertahankan keberadaannya atau menutupnya," kata Kim, merujuk pada Kaesong yang terletak 10 kilometer dari perbatasan, di wilayah Korut.
"Bagaimana situasi yang akan berkembang di masa depan sepenuhnya akan tergantung pada sikap penguasa Korea Selatan," kata Kim, yang menyalahkan tindakan Korsel, juga AS yang telah dinilai telah menghina martabat Korut.
Kaesong dibangun pada 2004 sebagai sebuah simbol kerjasama ekonomi lintas batas. Menjadi sumber uang penting bagi Korut yang miskin, dari pajak dan pendapatan, juga potongan dari gaji 53 ribu pekerjanya. Omzet tahun 2012 mencapai US$ 469,5 juta. Dengan akumulasi sejak tahun 2004 mencapai US$ 1,98 miliar.
Sebelumnya, Pyongyang telah menutup akses Korsel ke Kaesong sejak Rabu pekan lalu, memaksa 13 dari 123 perusahaan Korsel yang beroperasi di sana menghentikan produksi. Para pekerja Korea Utara diantaranya bekerja untuk ShinWon, perusahaan garmen Korsel.
Sementara, Kementerian Unifikasi Korsel mengatakan bahwa penarikan sepihak "tidak dapat dibenarkan dengan dalih apapun dan Korea Utara harus bertanggung jawab atas segala konsekuensinya".
"Pemerintah Korsel akan bersikap tenang tapi tegas dalam menangani tindakan tak bijaksana Korea Utara. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menjamin keamanan bangsa dan perlindungan hak milik kami," kata seorang juru bicara kementerian.
Teguran Keras China
Semenanjung Korea telah terjebak ketegangan militer yang meningkat drastis sejak uji coba nuklir ketiga Korut pada bulan Februari lalu, yang berbuntut sanksi kuat dari Dewan Keamanan PBB.
Kementerian Pertahanan Korsel Senin kemarin mengakui adanya aktivitas yang terdeteksi dari situs uji coba nuklir Korut, Punggye-ri. Namun, itu merupakan aktivitas "rutin", bukan sinyal persiapan akhir pengujian nuklir keempat Korut.
Apapun yang sedang dilakukan negeri yang dipimpin Kim Jong-un itu, sebuah peluncuran rudal akan sangat provokatif. Apalagi, China, satu-satunya sekutu Korut telah memberi teguran keras.
"Tidak ada yang boleh untuk menjerumuskan suatu wilayah, bahkan seluruh dunia, ke dalam kekacauan hanya demi tujuan egois," tegas Presiden China, Xi Jinping.
Sementara, Amerika Serikat, yang kenyang dengan ancaman Korut melonggar. AS, menawarkan konsesi dikalibrasi dengan menunda uji coba rudal balistik antar-benua yang direncanakan sebelumnya. (Ein)
"Kami akan menarik semua pekerjangan dari zona industri Kaesong," kata Kim Yang-Gon, pejabat senior partai berkuasa Korut seperti disiarkan kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA).
Pyongyang juga akan membekukan sementara operasi di zona tersebut dan mengkaji, "apakah akan terus mempertahankan keberadaannya atau menutupnya," kata Kim, merujuk pada Kaesong yang terletak 10 kilometer dari perbatasan, di wilayah Korut.
"Bagaimana situasi yang akan berkembang di masa depan sepenuhnya akan tergantung pada sikap penguasa Korea Selatan," kata Kim, yang menyalahkan tindakan Korsel, juga AS yang telah dinilai telah menghina martabat Korut.
Kaesong dibangun pada 2004 sebagai sebuah simbol kerjasama ekonomi lintas batas. Menjadi sumber uang penting bagi Korut yang miskin, dari pajak dan pendapatan, juga potongan dari gaji 53 ribu pekerjanya. Omzet tahun 2012 mencapai US$ 469,5 juta. Dengan akumulasi sejak tahun 2004 mencapai US$ 1,98 miliar.
Sebelumnya, Pyongyang telah menutup akses Korsel ke Kaesong sejak Rabu pekan lalu, memaksa 13 dari 123 perusahaan Korsel yang beroperasi di sana menghentikan produksi. Para pekerja Korea Utara diantaranya bekerja untuk ShinWon, perusahaan garmen Korsel.
Sementara, Kementerian Unifikasi Korsel mengatakan bahwa penarikan sepihak "tidak dapat dibenarkan dengan dalih apapun dan Korea Utara harus bertanggung jawab atas segala konsekuensinya".
"Pemerintah Korsel akan bersikap tenang tapi tegas dalam menangani tindakan tak bijaksana Korea Utara. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menjamin keamanan bangsa dan perlindungan hak milik kami," kata seorang juru bicara kementerian.
Teguran Keras China
Semenanjung Korea telah terjebak ketegangan militer yang meningkat drastis sejak uji coba nuklir ketiga Korut pada bulan Februari lalu, yang berbuntut sanksi kuat dari Dewan Keamanan PBB.
Kementerian Pertahanan Korsel Senin kemarin mengakui adanya aktivitas yang terdeteksi dari situs uji coba nuklir Korut, Punggye-ri. Namun, itu merupakan aktivitas "rutin", bukan sinyal persiapan akhir pengujian nuklir keempat Korut.
Apapun yang sedang dilakukan negeri yang dipimpin Kim Jong-un itu, sebuah peluncuran rudal akan sangat provokatif. Apalagi, China, satu-satunya sekutu Korut telah memberi teguran keras.
"Tidak ada yang boleh untuk menjerumuskan suatu wilayah, bahkan seluruh dunia, ke dalam kekacauan hanya demi tujuan egois," tegas Presiden China, Xi Jinping.
Sementara, Amerika Serikat, yang kenyang dengan ancaman Korut melonggar. AS, menawarkan konsesi dikalibrasi dengan menunda uji coba rudal balistik antar-benua yang direncanakan sebelumnya. (Ein)