Sukses

Tak Hanya Bumi, 6 Tempat di Alam Semesta Ini Juga Memiliki Hujan

Selain bumi, ada beberapa planet di tata surya dan di luar Bima Sakti yang juga memiliki hujan. Meski, hujan yang dimiliki planet-planet ini tak seperti bumi.

Liputan6.com, Jakarta - Hujan merupakan fenomena alam yang umum terjadi di planet Bumi. Namun rupanya, bumi bukan satu-satunya planet yang memiliki hujan?

Selain bumi, ada beberapa planet di tata surya dan di luar Bima Sakti yang juga memiliki hujan. Meski, hujan dimiliki planet-planet ini tak seperti bumi.

Dikutip dari laman Space pada Rabu (03/04/2024), berikut tempat-tempat di alam semesta yang memiliki hujan.

1. Hujan Asam di Venus

Venus kerap disebut-sebut sebagai kembaran bumi. Selain ukurannya yang hampir sama, planet terpanas di tata surya ini juga memiliki hujan seperti bumi.

Namun, hujan di planet Venus terbuat dari asam sulfat. Ketika tercampur dengan sulfur dioksida dari permukaan Venus, akan berubah menjadi hujan asam.

Hal ini diperburuk dengan fakta bahwa Venus memiliki suhu hingga 462 derajat Celcius. Dengan suhu tersebut, apa pun yang berbentuk cair akan menguap sebelum bisa mencapai permukaan, termasuk hujan asam.

 

2 dari 3 halaman

Hujan Berlian

2. Hujan Berlian di Jupiter, Saturnus, dan Neptunus

Hujan juga turun di planet Jupiter, Saturnus, dan Neptunus. Ketiga planet tersebut adalah planet gas dengan atmosfer yang padat.

Di tiga planet ini, hujan turun dalam bentuk berlian berdiameter 1 sentimeter. Hal ini karena di bagian atas atmosfer planet-planet ini petir 10.000 kali lebih terang dan kuat dibandingkan dengan bumi.

Petir inilah yang akhirnya mengubah gas metana jadi awan jelaga. Namun tekanan yang kuat pada akhirnya membuat awan jelaga turun sebagai berlian.

Seperti Venus, hujan berlian tidak pernah sampai ke permukaan dan berubah menjadi helium cair.

3. Hujan Kaca di Planet HD 189733b

Tidak kalah dengan planet-planet tata surya, para eksoplanet pun memiliki hujan. Salah satunya adalah planet HD 189733b.

Planet ini berjarak sekitar 63 tahun cahaya dari bumi. Planet HD 189733b memiliki hujan kaca yang sangat berbahaya.

Selain pecahan kaca yang tajam, kecepatan angin di planet ini juga sangat tinggi yakni 5.400 mil per jam. Bahkan tanpa hujan kaca pun, planet ini tetap berbahaya.

Planet HD 189733b terletak sangat dekat dengan bintang induknya, alhasil suhu di sana pun sangat panas yakni 900 derajat Celcius.

4. Hujan Batu di Planet COROT-7b

Planet COROT-7b adalah planet berbatu seperti bumi. Menariknya, hujan di planet ini juga turun berupa batu berukuran kecil.

Hujan batu di planet ini disebabkan oleh atmosfer yang mengandung besi, silikon monoksida natrium, dan kalium.

 

3 dari 3 halaman

Hujan Metana

5. Hujan Metana di Titan

Meski Titan bukanlah sebuah planet, ukuran dan karakteristik Titan hampir serupa dengan bumi. Menariknya, satelit alami Saturnus ini juga memiliki fenomena hujan.

Meskipun, hujan cair yang turun di Titan bukanlah air melainkan metana cair. Hujan ini akan membasahi permukaan Titan dan membentuk danau metana.

Namun karena suhunya yang sangat dingin yakni minus 179 derajat Celcius, danau metana ini akan membeku dalam waktu singkat. Terakhir, hujan metana di Titan hanya terjadi setiap 1.000 tahun sekali.

6. Hujan Besi di Planet WASP-76 b dan WASP-121 b

Para ilmuwan menemukan hujan besi di permukaan planet WASP-76 b dan WASP-121 b. Temuan elemen terberat itu pun dapat mengungkap kondisi eksotis yang ditemukan dalam dua planet yang disebut Jupiter panas tersebut.

Dua planet tersebut diperkirakan berisikan gas dan mengorbit dekat dengan bintang mereka. Selain itu, pasang surut planet itu seringnya terkunci dengan permukaan bintang yang panas menjadi siang hari, dan yang cukup dingin menjadi malam hari.

Karena mengorbit sangat dekat dengan bintangnya, dua planet seukuran Jupiter itu mengitari bintangnya beberapa hari lebih singkat dibandingkan Bumi. Alhasil, temperatur di planet itu juga bisa mencapai 1.000 derajat celsius.

Planet sebesar Jupiter ini punya suhu permukaan pada siang hari terbilang cukup panas, hingga mampu menguapkan besi dan turun sebagai hujan pada malam hari. Persis seperti proses hujan yang terjadi di bumi.

Para peneliti mengatakan, suhu di WASP-76b kini mungkin lebih panas dari prediksi sebelumnya. Dugaan ini timbul karena penemuan kalsium terionisasi yang membutuhkan suhu sangat panas untuk membentuknya.

(Tifani)