Sukses

Israel Setuju Buka Sementara Koridor Kemanusiaan ke Gaza Utara Usai Dihardik AS

Sebelum mengumumkan pembukaan koridor ini, PM Netanyahu lebih dulu teleponan dengan Presiden Biden. Keduanya berbincang selama 30 menit.

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel mengumumkan pada hari Jumat (5/4/2024) bahwa mereka akan mengizinkan pengiriman bantuan ke Gaza Utara yang kelaparan. Langkah ini diumumkan beberapa jam setelah Amerika Serikat (AS) memperingatkan kebijakannya terhadap Israel dapat berubah.

Dalam percakapan telepon selama 30 menit pada hari Kamis, (4/4), Presiden Joe Biden mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa kebijakan AS terhadap Israel bergantung pada perlindungan warga sipil dan pekerja bantuan di Jalur Gaza. Beberapa jam kemudian, pada tengah malam di Yerusalem, Israel mengumumkan akan membuka lebih banyak jalur bantuan ke Jalur Gaza yang diblokade.

"Kabinet perang Israel mengizinkan pengiriman sementara bantuan melalui Pelabuhan Ashdod dan penyeberangan darat Erez, serta peningkatan pengiriman dari negara tetangga Yordania di penyeberangan Kerem Shalom," demikian diumumkan kantor Netanyahu, seperti dilansir CNA, Jumat (5/4).

Gedung Putih dengan cepat menyambut baik pengumuman Israel, menyebutnya atas permintaan presiden (Biden) dan mengatakan bahwa tindakan itu sekarang harus dilaksanakan secara penuh dan cepat.

Israel mendapat tekanan internasional yang semakin besar atas tingginya jumlah korban jiwa dalam perang Hamas Vs Israel. Sekutu utamanya, AS tidak luput memberikan teguran keras.

Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan 33.037 orang. Tidak hanya itu, bencana kelaparan pun menghantui. Organisasi nirlaba asal Inggris, Oxfam, menyebutkan warga Palestina di Gaza Utara harus bertahan hidup dengan rata-rata hanya 245 kalori per hari – kurang dari sekaleng kacang-kacangan – sejak Januari.

Badan-badan amal telah berulang kali menuduh Israel membatasi bantuan kemanusiaan dan menargetkan konvoi pekerja kemanusiaan. Dalam tragedi yang membuat marah dunia, tujuh pekerja kemanusiaan dari World Central Kitchen (WCK) yang mendistribusikan makanan di Jalur Gaza tewas dalam serangan Israel pada Senin (1/4).

"Serangan terhadap pekerja kemanusiaan dan situasi kemanusiaan secara keseluruhan tidak dapat diterima," kata Biden kepada Netanyahu, menurut rangkuman pembicaraan keduanya yang dirilis Gedung Putih.

Dalam kesempatan yang sama, Biden menegaskan pula bahwa kebijakan AS terkait Jalur Gaza akan ditentukan oleh penilaian AS terhadap tindakan segera Israel atas serangkaian langkah spesifik, konkret, dan terukur untuk mengatasi kerugian sipil, penderitaan kemanusiaan, dan keselamatan pekerja bantuan kemanusiaan.

Selain itu, Biden menggarisbawahi pentingnya gencatan senjata segera untuk menstabilkan dan memperbaiki situasi kemanusiaan dan melindungi warga sipil yang tidak bersalah. Biden mendesak Netanyahu untuk mengizinkan para perundingnya membuat kesepakatan gencatan senjata tanpa penundaan agar dapat memulangkan sandera.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengakui rasa frustrasi Biden yang semakin besar terhadap Netanyahu, namun menegaskan kembali bahwa dukungan AS terhadap keamanan Israel sangat kuat.

2 dari 2 halaman

Tekanan dari Dalam Negeri

Di dalam negeri, Netanyahu menghadapi tekanan kuat dari keluarga para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza. Tidak hanya itu, dia juga semakin terpojok oleh gerakan protes anti-pemerintah.

Anggota kabinet perang Benny Gantz, saingan utama Netanyahu, telah menuntut agar pemilu diadakan pada September. Seruan Gantz ditolak oleh partai sayap kanan Netanyahu, Partai Likud.

Di Jalur Gaza, pengeboman Israel yang tiada henti telah menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut, meruntuhkan sistem rumah sakit dan mendorong 2,4 juta warga Palestina menderita kekurangan makanan, air, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya.

Badan amal medis, Doctors Without Borders (MSF), menuduh Israel secara sistematis menghancurkan sistem layanan kesehatan Jalur Gaza, menggambarkan adegan pembantaian di luar kemampuan rumah sakit mana pun.

MSF mengatakan anak-anak muncul di rumah sakit dengan luka tembak akibat serangan drone, sementara banyak pasien tertimpa reruntuhan dan menderita luka bakar parah.

"Tidak ada sistem layanan kesehatan di dunia yang mampu mengatasi volume dan jenis cedera, serta kondisi medis yang kita lihat setiap hari," kata wakil manajer program MSF untuk Timur Tengah Amber Alayyan.