Liputan6.com, Gaza - Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh mengonfirmasi bahwa tiga putra dan empat cucunya tewas dalam serangan udara di Jalur Gaza.
Media yang terkait dengan Hamas menyebutkan mobil yang ditumpangi putra-putranya dihantam via serangan udara di Kamp Al-Shati dekat Kota Gaza.
Baca Juga
Bagaimanapun, Haniyeh menegaskan insiden itu tidak akan mengubah tuntutan Hamas dalam pembicaraan yang bertujuan mencapai kesepakatan gencatan senjata atas perang di Jalur Gaza.
Advertisement
Militer Israel mengatakan mereka yang tewas adalah anggota sayap militer Hamas.
Keluarga tersebut dilaporkan sedang dalam perjalanan ke acara keluarga untuk menandai hari pertama Hari Raya Idul Fitri. Demikian seperti dilansir BBC, Kamis (11/4/2024).
Haniyeh mengaku kepada penyiar Al Jazeera bahwa tiga putranya – Hazem, Amir, dan Muhammad – tetap berada di Jalur Gaza selama perang Hamas Vs Israel terjadi.
Sebuah pernyataan dari Hamas kemudian menyatakan empat cucu Haniyeh – Mona, Amal, Khaled dan Razan – termasuk di antara mereka yang tewas dalam apa yang mereka sebut serangan "berbahaya dan pengecut".
Haniyeh mengisahkan dia mendengar berita itu ketika dia sedang mengunjungi warga Palestina yang terluka yang dibawa untuk dirawat di ibu kota Qatar, Doha, yang merupakan tempat tinggal pemimpin Hamas.
"Musuh akan berkhayal jika berpikir bahwa menargetkan anak-anak saya, pada klimaks perundingan (gencatan senjata) dan sebelum gerakan (Hamas) mengirimkan tanggapannya, akan mendorong kami mengubah posisi," ujarnya kepada Al Jazeera.
Sementara itu, dalam pernyataan via saluran Telegram Hamas, Haniyeh bersyukur kepada Tuhan atas "kehormatan" yang diberikan kepadanya melalui apa yang disebutnya "kemartiran anak dan cucunya".
Proposal Gencatan Senjata Terbaru
Militer Israel mengatakan mereka telah "melenyapkan tiga anggota sayap militer Hamas di Jalur Gaza tengah", dan menambahkan bahwa mereka adalah putra Ismail Haniyeh. Pernyataan itu tidak menyebutkan laporan kematian cucu Haniyeh.
Ketika tekanan internasional untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata meningkat, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengirim Direktur CIA William Burns untuk putaran perundingan terakhir di Kairo.
Proposal terbaru, yang menurut Hamas sedang dianalisis, dilaporkan mencakup pembebasan 40 sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza dengan imbalan 900 warga Palestina dari penjara Israel.
Advertisement
Bukan Kematian Anggota Keluarga Pertama
Haniyeh secara luas dianggap sebagai pemimpin Hamas secara keseluruhan dan telah menjadi anggota terkemuka gerakan tersebut sejak tahun 1980. Dia terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 dan Kementerian Luar Negeri AS menetapkannya sebagai teroris pada tahun 2018.
Ini bukanlah anggota keluarga Haniyeh pertama yang terbunuh dalam perang. Seorang anak laki-laki lainnya dilaporkan tewas pada Februari, sementara saudara laki-laki dan keponakannya dibunuh pada Oktober, diikuti oleh seorang cucunya pada November.
Kelompok bersenjata pimpinan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, diklaim pihak Israel menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.
Israel mengatakan bahwa dari 130 sandera yang masih berada di Jalur Gaza, setidaknya 34 orang tewas.
Menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, lebih dari 33.000 warga Jalur Gaza, sebagian besar warga sipil, tewas dalam serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober.