Sukses

AS: China Berikan Dukungan Signifikan bagi Industri Pertahanan Rusia

Pasca invasi ke Ukraina, Rusia kini disebut telah cukup berhasil membangun kembali militernya ke tingkat yang sama sebelum perang.

Liputan6.com, Washington, DC - China membantu Rusia meningkatkan basis industri pertahanannya dalam skala besar, sehingga Rusia kini melakukan ekspansi paling ambisius dalam manufaktur militer sejak era Uni Soviet saat perang Ukraina berlanjut. Demikian menurut sejumlah pejabat senior Amerika Serikat (AS).

Dukungan yang diberikan China mencakup sejumlah besar peralatan mesin, mesin drone dan turbojet serta teknologi untuk rudal jelajah, mikroelektronik, dan nitroselulosa, yang digunakan Rusia untuk membuat propelan senjata.

"Perusahaan China dan Rusia juga telah bekerja sama untuk memproduksi drone di Rusia," ujar salah satu pejabat AS tersebut seperti dilansir CNN, Minggu (14/4/2024).

Dukungan dari China disebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap kemampuan Rusia untuk melanjutkan serangannya terhadap Ukraina, sementara militer Ukraina dilanda kekurangan peralatan dan senjata. Tantangan bagi Ukraina diperburuk oleh Partai Republik di Kongres AS yang terus menghalangi pemungutan suara mengenai paket bantuan militer baru ke Kyiv.

"Salah satu langkah paling mengubah keadaan yang tersedia bagi kami saat ini untuk mendukung Ukraina adalah dengan membujuk China agar berhenti membantu Rusia membangun kembali basis industri militernya. Rusia akan kesulitan mempertahankan upaya perangnya tanpa masukan dari China," kata seorang pejabat senior pemerintahan AS, seraya menambahkan bahwa material dari China mengisi kesenjangan kritis dalam siklus produksi pertahanan Rusia.

2 dari 3 halaman

Kemitraan China-Rusia Semakin Dalam

Baru minggu ini Jenderal Chris Cavoli, komandan Komando Eropa AS, mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Rusia cukup berhasil dalam membangun kembali militernya sejak menginvasi Ukraina lebih dari 2 tahun yang lalu, dan kapasitasnya sebagian besar telah "berkembang kembali" ke tingkat yang sama sebelum perang. Para pejabat AS kini memperjelas bahwa China bertanggung jawab atas peningkatan pesat tersebut.

"Sebagai bukti semakin dalamnya kemitraan China-Rusia, pada tahun 2023, 90 persen impor mikro-elektronik Rusia berasal dari China, yang digunakan Rusia untuk memproduksi rudal, tank, dan pesawat terbang," kata salah seorang pejabat AS.

Produksi peluru artileri Rusia yang meningkat pesat, ungkap pejabat AS, sebagian besar disebabkan oleh nitroselulosa yang berasal dari China.

Di luar perangkat keras pertahanan, China disebut membantu Rusia meningkatkan kemampuan satelit dan ruang angkasa lainnya untuk digunakan di Ukraina.

Dukungan dari China merupakan kompensasi atas kemunduran signifikan yang dialami industri pertahanan Rusia pada awal perang Ukraina akibat sanksi AS dan kontrol ekspor.

Presiden Joe Biden sudah menyampaikan kekhawatiran mengenai dukungan China terhadap basis industri pertahanan Rusia melalui panggilan telepon dengan Presiden Xi Jinping pada awal bulan ini, setelah pejabat lain berulang kali menyampaikan kekhawatiran tersebut kepada rekan-rekan mereka dari China. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengangkat masalah ini dengan sekutu AS selama kunjungannya ke Eropa baru-baru ini.

Bagaimanapun, China dinilai masih terus menghindari pemberian persenjataan mematikan kepada Rusia, sebagaimana telah diperingatkan oleh AS sejak awal perang Ukraina.

3 dari 3 halaman

Upaya AS Cegah Dukungan Lebih Lanjut terhadap Rusia

Para pejabat AS mengatakan sangat penting bagi AS dan sekutunya membujuk China menghentikan praktik mendukung Rusia, meskipun keberhasilannya sulit diukur.

Awal bulan ini, selama kunjungannya ke China, Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyampaikan peringatan mengenai "konsekuensi signifikan" jika perusahaan-perusahaan China memberikan dukungan kepada Rusia atas perang Ukraina.

Pemerintahan Biden juga telah mengeluarkan perintah eksekutif yang menargetkan bank-bank negara ketiga yang memfasilitasi dukungan kepada basis industri pertahanan Rusia dan setelah tindakan tersebut, AS telah menghubungi bank-bank di seluruh dunia untuk membangun sistem kepatuhan agar tidak terjebak dalam perdagangan ini secara tidak sengaja, yang akan mengakibatkan sanksi AS.

Video Terkini