Sukses

HEADLINE: Iran dan Israel Saling Serang, Ancaman Perdamaian Timur Tengah?

Iran menyatakan bahwa pembalasannya pada Sabtu (13/4/2024) sudah cukup, namun Israel dilaporkan tengah mempertimbangkan tanggapan.

Liputan6.com, Jakarta - Sabtu, 13 April 2024, menandai sejarah baru dalam permusuhan Iran dan Israel. Hari itu, terjadi serangan langsung pertama Iran terhadap Israel.

"Pada hari ini (14/4), Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran dalam hal menjalankan hak wajarnya untuk membela diri seperti yang diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB dan sebagai tanggapan pembalasan terhadap agresi militer berulang-ulang rezim zionis, di mana menyebabkan kesyahidan para penasihat militer resmi Iran yang secara resmi hadir di Suriah atas undangan pemerintah Suriah dan beraktivitas di sana; serangkaian serangan militer dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Iran terhadap pangkalan militer rezim zionis," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran yang diterima Liputan6.com pada Minggu.

Iran menyatakan serangan tersebut merupakan balasan atas serangan militer Israel terhadap fasilitas diplomatik Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April. Dari tujuh pejabat Iran yang tewas, dua di antaranya adalah jenderal.

"Republik Islam Iran menggunakan kesempatan ini untuk menekankan kembali kepatuhannya terhadap prinsip-prinsip dan tujuan Piagam PBB serta hukum internasional. Begitu juga Iran menegaskan tekad tegasnya untuk mempertahankan kedaulatan, integritas, wilayah, dan kepentingan nasionalnya terhadap berbagai bentuk penggunaan ilegal kekuatan dan agresi," sebut Kemlu Iran.

"Tindakan defensif Republik Islam Iran dalam menjalankan haknya untuk membela diri menunjukkan pendekatan bertanggung jawab Iran terhadap perdamaian dan keamanan regional dan internasional pada saat tindakan ilegal dan genosida yang dilakukan oleh rezim apartheid zionis terhadap bangsa Palestina dan agresi militer terhadap pemerintah negara-negara di kawasan dengan tujuan memperluas api peperangan terus dilakukan rezim zionis."

Kemlu Iran menambahkan, "Apa bila diperlukan maka Republik Islam Iran tidak akan ragu untuk mengambil tindakan yang lebih defensif untuk melindungi kepentingan sahnya dari tindakan militer agresif dan penggunaan kekuatan ilegal."

Mengutip NPR, seorang pejabat senior militer Iran menyatakan "operasi" terhadap Israel telah berakhir dan tidak akan ada lagi serangan yang terjadi.

Sementara itu, dilansir BBC, Israel melalui menteri kabinet perangnya, Benny Gantz dilaporkan mempertimbangkan respons atas serangan Iran pada waktu yang tepat.

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dilansir AP menuturkan Iran meluncurkan lebih dari 300 rudal dan drone peledak, namun 99 persen di antaranya berhasil dicegat dengan bantuan sekutu.

Menyebut hasil itu sebagai keberhasilan strategis yang sangat signifikan, Hagari merinci Iran menembakkan 170 drone peledak, lebih dari 30 rudal jelajah, dan lebih dari 120 rudal balistik. Dari jumlah tersebut, beberapa rudal balistik mencapai wilayah Israel, menyebabkan kerusakan kecil pada pangkalan udara.

2 dari 4 halaman

Pengamat: Suhu Timur Tengah Meningkat, Negara Arab Terbagi Dua

Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai serangan balasan Iran ke Israel dapat meningkatkan suhu politik di kawasan Timur Tengah. Menurutnya, Iran melakukan hal itu bukan secara gegabah, melainkan telah mengantongi dukungan dari negara-negara sekutunya.

Di sisi lain, Iran diperkirakan juga menyadari bahwa terlibat dalam konflik bersenjata langsung dengan menyerang wilayah Israel maka akan turut melibatkan kekuatan global lainnya.

"Jadi tanpa ada dukungan dari negara-negara yang menjadi sekutunya, seperti Rusia bahkan China, tampaknya Iran tentu tidak seberani itu melakukan serangan. Hal lain juga mengindikasikan titik kesabaran Iran dimulai dari terbunuhnya Qasem Soleimani beberapa tahun lalu yang merupakan komandan tertinggi Pasukan Quds. Waktu itu Iran akan melakukan serangan balik tapi tidak dilakukan," kata Yon kepada VOA Indonesia.

Yon menilai eskalasi konflik akan membagi dua negara-negara Arab. Pertama, ada negara-negara yang mendukung perlawanan terhadap Israel, seperti Iran, Suriah, Lebanon, dan Yaman. Di sisi lain, ada juga negara-negara Arab yang enggan terlibat dan menolak wilayahnya digunakan sebagai pangkalan militer jika Amerika Serikat (AS) terlibat dalam pertempuran.

Eskalasi konflik ini, sebut Yon, akan bergantung pada apakah akan ada serangan balasan Israel langsung ke wilayah Iran. Yon mengatakan jika itu terjadi, kemungkinan Rusia dan China tidak akan tinggal diam.

Terkait dukungan Gedung Putih terhadap Israel, Yon menuturkan perlunya untuk melihat sejauh mana dukungan diberikan. Jika ancaman dari AS dapat mencegah Iran dari terlibat langsung dalam konflik dengan Israel maka pendekatan diplomasi akan menjadi lebih diperlukan.

Jika Iran terus menyerang dalam waktu beberapa hari ke depan, kata Yon, bisa saja AS mengerahkan militernya. Namun, kondisi domestik AS mungkin tidak mendukung langkah tersebut karena hal itu akan dianggap membantu Israel yang sedang menghadapi musuhnya, bukan ancaman langsung terhadap AS.

Yon menyebutkan pesan dari serangan Iran ke Israel hari ini adalah gempuran militer Israel ke Jalur Gaza sudah cukup dan harus segera dihentikan. Bila Israel bisa mundur dari Jalur Gaza, Iran akan menghentikan serangan. Pesan lainnya adalah serangan Iran itu akan mengancam lalu lintas perdagangan global, yakni di Selat Hormuz dan Laut Merah.

3 dari 4 halaman

AS Tidak Akan Terlibat dalam Serangan Balasan Israel

Presiden Joe Biden dan anggota senior tim keamanan nasionalnya, yang berusaha menahan risiko perang regional yang lebih luas, dilaporkan telah mengatakan kepada rekan-rekan Israel mereka bahwa AS tidak akan berpartisipasi dalam tindakan ofensif apa pun terhadap Iran. Laporan tersebut disampaikan pejabat AS yang mengetahui isu ini.

Dalam percakapan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Sabtu malam seperti dikutip CNN, Biden disebut berusaha menggambarkan keberhasilan Israel dalam mencegat serangan Iran sebagai sebuah kemenangan besar dan menunjukkan kemampuan militer Israel yang unggul, sehingga tanggapan Israel lebih lanjut tidak diperlukan. Terlebih, tidak ada kerusakan signifikan di Israel.

Senada dengan Biden, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada hari Minggu bahwa kemampuan untuk mencegah kerusakan yang meluas adalah sebuah demonstrasi "superioritas militer" Israel dan bukti bahwa Iran bukanlah "kekuatan militer seperti yang mereka klaim".

"Ini adalah keberhasilan yang luar biasa, benar-benar membuktikan superioritas militer Israel dan yang juga penting, superioritas diplomatik mereka bahwa mereka mempunyai teman-teman di kawasan, bahwa mereka mempunyai di seluruh dunia yang bersedia membantu mereka," kata Kirby kepada Jake Tapper dari CNN.

Bagaimanapun, seorang pejabat AS lainnya membocorkan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah meminta mitranya dari Israel, Menteri Yoav Gallant, untuk memberi tahu AS jika Israel akan merespons serangan Iran.

4 dari 4 halaman

Upaya Cegah Konflik Meluas

Ketika para pejabat AS menekankan kepada rekan-rekan Israel mereka bahwa keputusan akhir mengenai bagaimana menanggapi Iran ada di tangan Israel sendiri, pada saat bersamaan Biden berupaya mencegah eskalasi konflik yang lebih luas.

Pada hari Minggu, Biden bertemu dengan para pemimpin G7 untuk membahas "tanggapan diplomatik terpadu" – dengan penekanan pada tindakan non-militer yang akan membatasi prospek perang yang lebih luas.

Dalam pernyataan bersama yang dirilis setelah pertemuan virtual, para anggota G7, yakni AS, Inggris, Kanada, Prancis, Jepang, Jerman, dan Italia mengutuk keras serangan langsung dan belum pernah terjadi sebelumnya oleh Iran terhadap Israel. Mereka juga menyatakan solidaritas dan dukungan penuh kepada Israel dan rakyatnya serta menegaskan kembali komitmen terhadap keamanan Israel.

"Dengan tindakannya, Iran telah melangkah lebih jauh menuju destabilisasi kawasan dan berisiko memicu eskalasi regional yang tidak terkendali. Ini harus dihindari," demikian bunyi pernyataan G7.

Seorang pejabat senior pemerintah AS kemudian menggambarkan pertemuan para pemimpin G7 dan diskusi mereka tentang Iran "konstruktif". Dia menggarisbawahi komitmen dukungan berkelanjutan untuk Israel.

"Kami berkomitmen untuk membela Israel. Kami tidak akan menjadi bagian dari respons apa pun yang mereka lakukan. Itu adalah kebijakan yang sangat konsisten," kata pejabat senior pemerintah AS tersebut.

Apakah Netanyahu akan mengikuti saran AS itu masih menjadi tanda tanya besar, namun pertemuan Kabinet Perang Israel pada Senin (15/4), seperti dikutip dari CNN, belum menyimpulkan keputusan tentang bagaimana Israel akan merespons serangan Iran.

 

Video Terkini