Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat melalui Badan Antariksa dan Penerbangan (NASA) akan kembali mengirimkan astronaut ke bulan sebelum 2030. Pada misi kali ini, NASA akan menggandeng astronaut Jepang untuk sampai ke bulan.
Dikutip dari laman Space pada Rabu (17/04/2024), kerjasama ini merupakan bagian dari perjanjian baru antara pemerintah AS dan Jepang. Presiden AS Joe Biden mengumumkan perjanjian tersebut dalam kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida ke Gedung Putih beberapa waktu yang lalu.
Hingga saat ini, hanya ada 12 orang yang pernah mendarat di bulan dan semuanya adalah astronaut AS. Mereka menjelajahi Bulan sebagai bagian dari program Apollo milik NASA yang berlangsung antara 1969 hingga 1972.
Advertisement
Baca Juga
NASA kembali menghidupkan program pendaratan astronaut di bulan melalui misi Artemis. Misi ini juga akan membawa astronaut internasional dari luar AS.
Meski belum diketahui apakah misi Artemis yang akan diikuti astronaut dari Jepang. Misi Artemis 2 dijadwalkan meluncur pada September 2025.
Misi Artemis 2 akan membawa astronaut Kanada bernama Jeremy Hanson sebagai komandan misi. Hansen dan tiga astronaut NASA Lainnya akan terbang ke bulan.
Mereka akan kembali ke bumi sebagai awak pertama yang mengendarai kapsul Orion. Namun, perjalanan Artemis 2 hanya sampai ke orbit bulan dan tidak mendarat ke permukaan.
Sejauh ini, astronaut Jepang yang dipastikan akan menjadi astronaut internasional pertama yang mendarat di satelit alami bumi tersebut. Misi Artemis 3 dijadwalkan terbang pada September 2026.
Misi ini akan menandakan kembalinya astronaut ke bulan sejak era Apollo. NASA sebelumnya mengatakan misi ini akan melibatkan astronaut perempuan dan orang non-kulit putih untuk mendarat di Bulan.
Â
Astronaut Baru dan Mobil Bulan
Saat ini badan antariksa Jepang (JAXA) memiliki lima astronaut aktif yaitu Satoshi Furukawa, Akihiko Hoshide, Kimiya Yui, Takuya Onishi dan Norishige Kanai. Pada 2023, mereka merekrut dua astronaut baru yaitu Makoto Suwa dan Ayu Yoneda untuk dilatih mengikuti misi ke bulan di masa depan.
Selain membawa astronaut Jepang, misi Artemis juga akan membawa rover atau kendaraan penjelajah buatan Jepang ke Bulan. Kendaraan bernama Lunar Cruiser ini diperkirakan akan siap pada 2031 untuk digunakan oleh awak astronaut Artemis 7 dan akan beroperasi selama 10 tahun.
Lunar Cruiser merupakan produksi produsen otomotif asal Jepang, Toyota. Mengembangkan Lunar Cruiser bersama JAXA sejak 2019, Toyota memproyeksikan akan mengirim kendaraan tersebut menjelang misi Artemis.
Lunar Cruiser dirancang untuk berfungsi sebagai kendaraan berkemah di bulan. Kendaraan ini memberikan fasilitas bagi astronot untuk berkemah dan beraktivitas di dalam tanpa harus mengenakan pakaian antariksa karena tekanan udara yang terkontrol.
Kendaraan ini diharapkan mampu membawa dua astronaut hingga 20 kilometer per hari dan akan melakukan berbagai tugas seperti mensurvei tanah dan sumber daya bawah tanah di daerah sekitar kutub selatan bulan. Pengembang menargetkan umur operasionalnya akan sekitar 10 tahun, dengan total jarak tempuh sekitar 100.000 kilometer.
Â
Advertisement
Misi Jepang untuk Mendarat ke Bulan
Dikutip dari laman resmi JAXA pada Rabu (17/04/2024), JAXA menjalankan misi melalui pendarat bulan bernama SLIM (Smart Lander for Investigating Moon) yakni teleskop sinar-X XRISM pada doubleheader luar angkasa. Roket H-2A Jepang yang membawa pendarat bulan SLIM dan teleskop luar angkasa XRISM lepas landas dari Pusat Luar Angkasa Tanegashima pada 6 hingga 7 September 2023.
Kedua pesawat ruang angkasa tersebut dikerahkan sesuai jadwal, secara berurutan kurang dari satu jam setelah lepas landas. Proyek SLIM ini bertujuan untuk mencapai sistem penyelidikan ringan dalam skala kecil.
SLIM merupakan pesawat ruang angkasa kecil yang berukuran tinggi hanya 2,4 meter, panjang 2,7 meter, dan lebar 1,7 meter. Saat lepas landas, beratnya sekitar 1.540 pon (700 kilogram), tetapi sekitar 70p persen dari berat tersebut adalah propelan (bahan pendorong).
SLIM berhasil mendarat di permukaan bulan pada 19 Januari 2024. Sayangnya SLIM menghadapi masalah setelah bersentuhan langsung dengan debu permukaan bulan.
Pesawat ruang angkasa ini sedang turun menuju tempat pendaratannya di dekat tepi kawah Shioli. Kemudian, salah satu dari dua pendorong utamanya mengalami kegagalan.
Hal ini menyebabkan SLIM terjungkal ke atas. Akibatnya, panel surya SLIM pada awalnya berada pada sudut yang salah dan tidak dapat mengisi daya.
Dijuluki "Penembak Jitu Bulan", pesawat ruang angkasa ini dirancang menggunakan sistem navigasi baru yang memungkinkan pendaratan yang presisi. Hal ini dibuktikan dengan akurasi SLIM yang mengesankan ketika mendarat dalam jarak 100 meter dari targetnya.
Pendaratan SLIM ini menjadikan Jepang sebagai negara kelima yang mendaratkan wahana antariksa di Bulan. Selama pendaratannya, teknologi navigasi SLIM menentukan lokasinya saat menjelajah dengan membandingkan gambar real-time dari kameranya dengan foto satelit bulan.
Setelah beroperasi kembali, SLIM akan melanjutkan misinya untuk menganalisis komposisi batuan olivin. Olivin adalah ebuah mineral yang umum ditemukan di kerak bulan dengan menggunakan kamera spektral multi-band.
Kamera ini menangkap gambar di luar panjang gelombang cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia.
(Tifani)