Liputan6.com, Stony Brook - Para peneliti mengungkap bahwa burung memiliki kemampuan luar biasa untuk menavigasi tujuannya dengan akurasi yang spektakuler. Mereka dapat merasakan perubahan kecil dalam tekanan udara dan bahkan dapat "melihat" cahaya yang terpolarisasi.
Para biolog di Universitas Negeri New York di Stony Brook menemukan bahwa dengan melekatkan sepasang kumparan kecil di sekitar kepala merpati homing dan mengubah medan magnet yang diterapkan, mereka dapat mengubah orientasi penerbangan burung-burung tersebut.
Baca Juga
Temuan ini menunjukkan bahwa burung memiliki sistem sensorik yang sangat sensitif yang memungkinkan mereka untuk merespons dengan tepat terhadap perubahan lingkungan, termasuk perubahan kecil dalam medan magnetik bumi.
Advertisement
Kemampuan ini membantu burung dalam navigasi mereka, yang seringkali melibatkan perjalanan jauh selama migrasi atau pencarian makanan. Seperti yang dilansir dari Science News, Kamis (6/6/2024)
Burung terlihat menggunakan berbagai petunjuk sensorik untuk menavigasi -- mulai dari melihat posisi matahari, bintang, dan markah tanah hingga mencium udara dan bahkan mendeteksi medan magnetik bumi.
Ilmuwan masih terus memahami detail dari indera magnetik burung. Selama ini, sel-sel kaya zat besi dalam paruh telah diduga berfungsi sebagai kompas internal. Namun, studi terbaru telah menyarankan bahwa protein di retina yang disebut kriptokrom memungkinkan burung merasakan medan magnetik bumi.
Dalam uji coba laboratorium, kriptokrom dari burung robin migran sangat responsif terhadap medan magnetik.
Kemampuan Terbang Burung Tergantung Anatomi
Kemampuan terbang burung telah berabad-abad mengundang penasaran manusia. Berbagai cara telah ditempuh untuk menyelidiki kemampuan burung menjelajah angkasa.
Pakar biologi Ken Dial dari Laboratorium Universitas Montana di Fort Missoula, Amerika Serikat, mencoba mengungkap misteri itu. Dia menyelidiki kemampuan terbang burung dengan menggunakan kamera video dan sinar x.
Dial mengaku sempat kesulitan ketika memulai penelitian. Apalagi untuk mengejar seekor hewan yang terbang dengan kecepatan 60 sampai 80 kilometer per jam dengan membawa perlengkapan penelitian. Namun Dial tak patah semangat.
Bersama rekannya, Matt Bundle, sebuah terowongan angin dirakit. Ketika burung terbang melalui terowongan itu, Dial dapat menghitung kecepatannya. Caranya, dengan menggunakan kamera berkecepatan tinggi dan sinar x. Dengan kamera, Dial bisa menyelidiki mekaisme terbang burung. Sementara sinar x memotret gerakan burung dengan kecepatan 300 frame per detik.
Di akhir penelitiannya, Dial dan tim mengambil kesimpulan: energi yang dihabiskan burung untuk terbang tergantung pada anatominya. Artinya, semakin besar burung itu, semakin banyak juga energi yang diperlukan. Barangkali itulah yang menyebabkan di dunia ini sekarang terdapat banyak burung kecil dan begitu sedikit burung berukuran besar.
Advertisement
Cara Burung Bernapas di Dalam Telur
Pernahkah Anda bertanya, bagaimana seekor burung atau bernapas saat mereka masih berada di dalam telur?
Namun, sebelum menjawab pertanyaan tersebut Anda perlu tahu dahulu seperti apa kemampuan yang dimiliki oleh sebuah cangkang telur, dikutip dari laman Mentalfloss.
Telur burung bercangkang keras mengandung albumen di dalamnya ada putih telur dan kuning telur. Sel telur yang telah dibuahi, atau embrio, berkembang di dalam kuning telur dan memakannya, serta albumen.
Hewan yang berkembang di dalam induknya, seperti mamalia, mendapatkan oksigen dari induknya lewat tali pusar. Telur burung tidak memiliki cara yang jelas untuk menyerap oksigen dan membuang karbon dioksida.
Namun telur, sekali lagi, dapat mengatur semuanya.
Tepat di bawah cangkang telur terdapat dua selaput. Saat telur diletakkan oleh induknya, suhunya sangat hangat, dan saat dingin, kandungan di dalam telur sedikit menyusut.
Kedua membran terpisah sedikit dan menciptakan kantong kecil atau kantung udara.
Saat bayi burung tumbuh, ia mengembangkan allantois, yaitu kantong berongga yang tumbuh di bagian bawah usus anak ayam. Dari sana, kantong tersebut menyatu dengan membran kedua (korion) yang ada di sekitar kuning telur, membentuk membran korioallantois.Â
Cara kerjanya mirip dengan jaringan paru-paru, yaitu menghubungkan sistem peredaran darah bayi burung dengan udara di luar telur.
Saat embrio berkembang, ia menghirup oksigen melalui membran tersebut dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2). Bagian allantois yang berlubang juga dapat digunakan untuk menyimpan limbah yang mengandung nitrogen.
Jenis Burung Hias Populer di Indonesia
Jenis burung hias di Indonesia sangat beragam. Setiap jenis burung hias memiliki karakteristik dan corak tubuhnya masing-masing yang membuatnya menjadi spesial serta berbeda dari burung satu dengan yang lainnya.
Bagi penggemar burung, jenis burung hias merupakan hewan peliharaan yang banyak diidolakan. Tak heran bila penggemar burung mencari jenis burung hias yang unik dan bahkan yang memiliki suara merdu.
Berikut ini ulasan mengenai jenis burung hias di Indonesia yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber:
1. Kacer
Jenis burung kacer termasuk burung kicau yang paling sering dilombakan. Burung kacer juga terkenal bukan hanya karena kicauannya namun juga karena penampilan dan perilakunya. Burung kacer banyak mendiami dataran rendah sampai ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
Burung ini bisa bersarang di lubang pohon atau ceruk di dinding. Kacer atau kucica kampung merupakan burung kicau yang banyak ditemukan di daerah Asia Selatan dan Asia tenggara. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam dan putih dengan ekor panjang.
Ekor kucica akan terangkat ke atas jika melompat di tanah atau sedang bertengger. Makanan kacer termasuk serangga dan invertebrata lainnya. Meski pemakan serangga, burung ini juga bisa memakan nektar, reptil, lintah, kelabang, bahkan ikan.
2. Cucak Rowo
Cucak Rowo atau cucak rawa merupakan salah satu jenis burung kicau yang termasuk dalam suku Pycnonotidae. Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus zeylanicus. Cucak rowo menyebar di dataran rendah dan perbukitan di Semenanjung Malaya, Sumatra (termasuk Nias), Kalimantan, dan Jawa bagian barat.
Seperti namanya, cucak rowo biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di sekitar sungai, atau di tepi hutan. Burung ini sering bersembunyi di balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang khas. Siulannya jernih, jelas, berirama baku yang merdu. Di alam, burung ini memangsa aneka serangga, siput air, dan berbagai buah-buahan yang lunak. Harga terbaru cucak rowo bisa mencapai Rp 6 jutaan.
3. Cucak Ijo
Cucak Ijo juga dikenal dengan nama Cica-daun besar. Cucak Ijo tidak tergolong burung cucak-cucakan, melainkan lebih ke murai.
Cica-daun besar bertubuh sedang, dengan panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 22 cm. Burung ini terutama hidup di puncak-puncak pohon yang tinggi di hutan primer, hutan sekunder dan hutan bakau, menyukai tajuk pohon yang berdaun lebat, dan ditemukan sendirian, berpasangan atau dalam kelompok campuran.
Cica-daun besar menyebar di Semenanjung Malaya, Sumatra, dan pulau-pulau di sekitarnya, Kalimantan termasuk pula Natuna, Jawa dan Bali. Jenis burung ini memiliki kisaran harga mulai Rp. 500.000 sampai Rp. 1.000.000.
Advertisement