Sukses

Studi: Paparan Sinar Matahari Ekstrem Tingkatkan Risiko Penurunan Jumlah Sperma pada Pria

Paparan sinar matahari yang ekstrem memperbesar peluang pria untuk memiliki jumlah sperma yang rendah, menurut para peneliti di Singapura.

Liputan6.com, Singapura - Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sel telur dapat dipengaruhi oleh panas, tetapi temuan baru dari para peneliti di Singapura memberikan pengetahuan lebih rinci tentang bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi tingkat kesuburan.

Seperti dilansir dari Euronews, Minggu (21/4/2024), pria yang terpapar panas ekstrem dalam tiga bulan sebelum memberikan sampel air mani diketahui memiliki peluang 46% lebih tinggi untuk memiliki jumlah sperma yang rendah, menurut para peneliti.

Risiko konsentrasi sperma rendah juga melonjak 40%, dan sperma tersebut jauh akan lebih lambat ketika 'berenang'.

Dr. Samuel Gunther, seorang peneliti di Yong Loo Lin School of Medicine yang terlibat dalam studi ini mengatakan bahwa pria muda harus lebih berhati-hati.

"Secara konvensional, studi menunjukkan bahwa kualitas sperma menurun seiring bertambahnya usia, tetapi apa yang kami temukan dalam studi ini adalah bahwa pria dalam periode reproduksi utama mereka antara usia 25 dan 35 tahun yang paling terpengaruh oleh panas," ungkapnya dalam sebuah konferensi media.

"Jadi, hanya karena Anda pria muda, jangan berpikir Anda tak akan terkalahkan, dan jangan berpikir Anda tidak rentan terhadap dampak-dampak ini," ucap Dr. Gunther.

"Ke depannya, iklim akan menjadi lebih panas. Dan itu juga sesuatu yang harus kita pertimbangkan dalam perencanaan keluarga," tambahnya.

Sampel air mani telah diambil dari 818 pria di seluruh Singapura yang mengalami masalah dalam memiliki anak.

2 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Melindungi Sperma dari Gelombang Panas?

Para peneliti melacak paparan panas sinar matahari ekstrem pada pria, ketika suhu rata-rata melewati 29,8° C, dengan mempelajari catatan cuaca selama 90 hari sebelum mereka memberikan sampel.

Pria yang berencana untuk memiliki keturunan dalam waktu satu hingga tiga bulan harus menghindari aktivitas di luar rumah pada hari-hari yang sangat panas, demikian saran para peneliti.

Untuk meningkatkan peluang, mereka juga sebaiknya menghindari sauna dan mandi air panas, serta mengenakan pakaian dalam yang ketat. Tidur di lingkungan yang lebih dingin juga disarankan.

Iklim tropis Singapura, dengan suhu tinggi sepanjang tahun dan fluktuasi yang lebih ringan tentu berbeda secara substansial dengan negara-negara Eropa utara.

Namun, Dr. Gunther mengatakan studi ini menunjukkan bahwa mungkin tidak perlu perubahan suhu yang banyak untuk mengganggu kesehatan sperma.

Hal tersebut tidak berdampak baik mengingat peningkatan stres panas secara global, dan menambah daftar dampak iklim potensial terhadap kesehatan manusia, mulai dari jantung hingga ginjal.

Studi sebelumnya juga telah melihat keterkaitan antara polusi udara dan infertilitas.

3 dari 4 halaman

Sel Telur juga Dipengaruhi oleh Suhu Panas

Panas ekstrem juga diketahui dapat memengaruhi siklus ovulasi wanita dan kualitas sel telur.

Studi Singapura baru ini merupakan bagian dari program 'HeatSafe' dari National University of Singapore, yang mengeksplorasi dampak panas ekstrem di seluruh masyarakat.

Dengan melacak catatan kelahiran lebih dari 31.000 wanita, para peneliti menemukan hubungan positif antara menghindari panas ekstrem selama trimester ketiga kehamilan dan risiko kelahiran prematur yang lebih rendah. 

Wanita yang hamil cenderung mengambil langkah-langkah perlindungan lebih banyak yang mereka bisa lakukan, seperti menaikkan pengaturan pendingin udara.

Proyek-proyek HeatSafe lainnya fokus pada kesejahteraan pekerja konstruksi dan pekerja gig di bawah kondisi yang sangat panas.

Solusi yang sudah diberikan sebelumnya termasuk membawa air dingin yang diisolasi, istirahat yang diberlakukan, dan seragam yang tipis.

4 dari 4 halaman

Aktivitas Lain yang Dapat Membunuh Kualitas Sperma

Bukan hanya paparan sinar matahari yang sangat panas saja, ada beberapa faktor lain seperti gaya hidup serta kebiasaan-kebiasaan yang dapat memengaruhi kesehatan sperma, dirangkum dari Times of India, Rabu, (17/4/2024)

  • Kebiasaan menyimpan ponsel: Paparan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan ponsel dalam waktu lama berpotensi membahayakan kesehatan sperma, terutama jika disimpan di dekat organ reproduksi.
  • Kebiasaan menaruh laptop di pangkuan: Panas yang dihasilkan laptop bisa meningkatkan suhu skrotum, sehingga memiliki dampak negatif pada produksi dan kualitas sperma.
  • Pria dengan BMI (Body Mass Index) tinggi: tidak hanya berisiko lebih besar memiliki jumlah sperma yang rendah, pria dengan BMI tinggi juga lebih mungkin tidak menghasilkan sperma sama sekali, sehingga mempertahankan berat badan yang sehat juga diperlukan.
  • Kebiasaan mandi dengan air panas: Mandi atau berendam di air panas bisa membahayakan kesuburan. Paparan suhu tinggi dalam waktu yang lama bisa menurunkan produksi dan kualitas sperma untuk sementara.
  • Kebiasaan merokok: Merokok tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan secara keseluruhan, asap rokok bisa berbahaya bagi sistem reproduksi. Bahkan merokok dalam jumlah sedang pun bisa menyebabkan penurunan jumlah dan motilitas sperma.

 

Video Terkini