Liputan6.com, Warsawa - Sebuah plot dugaan pembunuhan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terkuak. Seorang pria asal Polandia berada di baliknya.
"Seorang pria Polandia ditangkap dan didakwa berencana bekerja sama dengan badan intelijen Rusia untuk membantu kemungkinan pembunuhan Volodymyr Zelenskyy," kata pihak berwenang seperti dikutip dari BBC, Jumat (19/4/2024).
Baca Juga
Jaksa Polandia mengatakan pria tersebut, bernama Pawel K, diduga ditugaskan mengumpulkan informasi tentang bandara di Polandia yang digunakan oleh presiden Ukraina.
Advertisement
Penangkapan itu dilakukan berdasarkan intelijen Ukraina, tambah mereka.
Pihak berwenang tidak merinci apakah pria tersebut benar-benar menyampaikan informasi apa pun. Dia bisa menghadapi hukuman delapan tahun penjara jika terbukti bersalah. Tersangka sudah ditahan dan penyelidikan masih berlangsung.
Dalam sebuah pernyataan, jaksa Polandia menuduh Pawel K telah menawarkan jasanya kepada intelijen militer Rusia. Dia menghubungi orang-orang Rusia yang “terlibat langsung dalam perang di Ukraina,” tambah pihak berwenang.
Mereka mengatakan Pawel K ditugaskan mengumpulkan informasi tentang keamanan di Bandara Rzeszow-Jasionka di Polandia tenggara.
Sebelum invasi besar-besaran ke Ukraina, Bandara Rzeszow-Jasionka adalah bandara regional kecil. Namun sejak itu, negara tersebut telah menjadi pusat utama dalam operasi besar-besaran untuk memasok bantuan militer Barat ke Ukraina.
Pesawat militer dan kargo dari AS dan seluruh Eropa secara teratur terbang masuk dan keluar dari bandara itu untuk mengirimkan pasokan ke truk yang menunggu yang melakukan perjalanan sejauh 100 km (62 mil) ke perbatasan Ukraina.
Wilayah Udara Ukraina Tertutup Sebagian Besar Penerbangan
Wilayah udara Ukraina tertutup untuk sebagian besar penerbangan, sehingga para pemimpin yang bepergian masuk dan keluar negara tersebut cenderung terbang ke negara-negara tetangga seperti Polandia dan melanjutkan perjalanan ke Kyiv dengan kereta api.
Zelenskyy diketahui terbang dari Rzeszow-Jasionka untuk kunjungan ke luar negeri. Pada Desember 2022, dia terbang kembali ke bandara setelah berkunjung ke Washington. Pejabat asing lainnya, seperti Presiden AS Joe Biden, telah transit melalui bandara Polandia itu dalam perjalanan ke Ukraina.
Tahun 2023 lalu, pihak berwenang Polandia mengatakan mereka telah menangkap sekelompok warga asing karena dicurigai menjadi mata-mata Rusia. Mereka dilaporkan memasang puluhan kamera, termasuk beberapa di sekitar Bandara Rzeszow-Jasionka di Polandia.
Sementara itu pada Kamis (18/4), negara tetangga Jerman menangkap dua tersangka mata-mata Rusia yang dicurigai berencana menyabotase bantuan militer Jerman untuk Ukraina.
Advertisement
Ukraina Tangkap Seorang Perempuan atas Tuduhan Rencana Pembunuhan Volodymyr Zelensky
Sebelumnya, Dinas Keamanan Ukraina (SBU) mengklaim telah menggagalkan plot pembunuhan Volodymyr Zelenskyy. Seorang perempuan yang diduga mengumpulkan intelijen tentang gerakan sang presiden berhasil ditangkap.
Perempuan yang tidak diungkapkan identitasnya itu, sebut SBU, mengumpulkan informasi tentang kunjungan Zelenskyy ke wilayah Mykolaiv selatan, di mana Rusia berencana melancarkan serangan udara besar-besaran. Demikian seperti dilansir The Guardian, Selasa (8/8/2023).
Melansir BBC, Zelenskyy mengunjungi Mykolaiv pada Juni 2023 untuk melihat langsung kerusakan yang disebabkan oleh jebolnya Bendungan Kakhovka dan dia kembali ke wilayah itu pada Juli 2023 pasca pengeboman besar-besaran Rusia.
SBU lebih lanjut menjelaskan bahwa meskipun individu tersebut mencoba menetapkan waktu dan daftar lokasi perkiraan rute Zelenskyy, pihaknya telah memperoleh informasi tentang kegiatan subversif tersangka dan kemudian menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan.
Melalui saluran Telegram-nya, Zelenskyy mengatakan bahwa pemimpin SBU telah menginformasikan kepadanya tentang perang melawan para pengkhianat.
Serangan drone ke Moskow pada awal tahun ini, yang dikaitkan dengan militer Ukraina, telah digambarkan Rusia sebagai upaya untuk membunuh Vladimir Putin. Rusia pun mengklaim akan ada pembalasan.
Pada awal perang Ukraina sendiri, Zelenskyy mengaku bahwa dia sadar Putin menginginkan dia mati. Lebih dari 400 tentara bayaran Rusia dari kelompok Wagner dilaporkan berada di Kyiv pada Februari 2022 dengan perintah untuk membunuh Zelenskyy sebagai bagian dari strategi militer pemenggalan kepala.
Para ajudan Zelenskyy mengklaim pada Maret tahun lalu bahwa presiden Ukraina itu telah selamat dari tiga percobaan pembunuhan dalam sepekan dan lusinan plot lainnya.
Rusia Ancam Singkirkan Presiden Zelenskyy, Ukraina: Tong Kosong Nyaring Bunyinya
Konflik Rusia dan Ukraina masuk ke babak baru setelah adanya serangan drone di Moskow. Pihak pemerintah Rusia menuduh serangan itu adalah upaya untuk membunuh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Serangan drone itu sangat mengejutkan karena bisa mencapai pusat pemerintahan Rusia. Pihak Ukraina membantah berada di balik serangan tersebut.
Namun, mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev mengirim ancaman keras ke Ukraina bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy harus disingkirkan. Saat ini, Medvedev menjabat wakil ketua Dewan Keamanan Rusia.
Ancaman itu dijawab oleh pihak Ukraina sebagai "tong kosong" belaka.
Ada ucapan Finlandia yang brilian terhadap adanya pernyataan ancaman oleh warga tipikal Rusia Medvedev, terutama tentang kehancuran fisik: Tyhjät tynnyrit kolisevat eniten (terjemahannya - sebuah tong kosong lebih nyaring bunyinya)," ujar penasihat kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak, dikutip media pemerintah Ukraina Ukrinform, Kamis (4/5/2023).
Rusia Mencari Cara Membalas
Di lain pihak, Kremlin mengaku masih mencari cara untuk membalas serangan yang terjadi. Juru bicara pemerintah Rusia Dmitry Peskov menyebut ada banyak yang dipertimbangkan, meski dia tak mau mengungkapnya.
Namun, ia berkata langkah yang akan diambil Rusia akan sesuai "kepentingan-kepentingan negara".
False Flag?Media Amerika Serikat, CNN, menyorot teori false flag (bendera palsu). Taktik itu dipakai ketika serangan yang dilakukan ternyata dilakukan oleh korban sendiri.
"Dalam sejarahnya, Rusia, dan Uni Soviet sebelumnya, telah menggunakan operasi 'false flag', melakukan aksi-aksi agresif sembari menyalahkan musuh. Tetapi selama lebih dari setahun rezim Putin telah menyalahkan Ukraina, NATO, dan Amerika Serikat atas perang di Ukraina," tulis CNN.
Advertisement