Liputan6.com, Jakarta - Para ahli terus berusaha mengembangkan roket untuk berbagai misi luar angkasa. Rumitnya aspek teknis dan mahalnya biaya membuat misi tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati.
Satu masalah kecil saja bisa berakibat roket gagal meluncur ke luar angkasa. Melansir Space pada Jumat (19/04/2024), berikut sederet daftar kegagalan roket antariksa dari seluruh dunia.
1. Astra asal AS
Advertisement
Roket dua tahap LV0008 milik perusahaan AS, Astra gagal meluncur pada 10 Februari 2022. Semula, roket ini ditarget melucur dari Stasiun Luar Angkasa Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Baca Juga
Para teknisi mendeteksi adanya masalah pada tiga menit setelah penerbangan. Fairing tampak tidak terlepas hingga mesin tahap akhir pada roket menyala.
Alhasil, dua kerucut pada bagian atas roket berputar tak terkendali. Pemandangan itu bisa dilihat dari kamera yang menempel di roket tersebut.
Kegagalan ini berarti juga kehilangan empat cubesat mini di misi ELaNa 41 untuk NASA.
Â
Kegagalan Kedua Astra
2. Kegagalan Kedua Astra
Astra kembali mengalami kegagalan kedua pada 2022, tepatnya pada 12 Juni. Kegagalan itu menghancurkan dua kubus NASA TROPICS pertama yang berguna untuk mempelajari badai.
Hal ini adalah kegagalan kedua Astra dengan Rocket 3.3, yang mendorong perusahaan pada bulan Agustus membatalkan peluncur dan beralih ke sistem peluncuran generasi berikutnya yang disebut Rocket 4.
3. iSpace dari China
iSpace gagal meluncurkan roket Hyperbola 1 miliknya pada 13 Mei 2023 dari Jiuquan Satellite Launch Center. Hal itu merupakan kegagalan keempat dari iSpace setelah sebelumnya tiga kali gagal pada 2021.
Perusahaan yang berbasis di Beijing itu mengonfirmasi roket beserta muatannya telah hilang. Pada Oktober 2023, pihak perusahaan mengonfirmasi, kegagalan muncul dari sistem kontrol roket.
Tanpa kontrol arah terhadap roket, perintah menghanrcurkan diri sendiri pun diaktifkan.
4. Kegagalan Roket India
India meluncurkan roket baru bernama Small Satellite Launch Vehicle (SSLV) dari Satish Dhawan Space Center di pantai tenggara India pada 6 Agustus 2022. Mulanya, penerbangan perdana berjalan baik untuk tahap awal.
Namun SSLV tak lama mengalami kendala pada tahap keempat. Terdapat masalah sensor yang berarti roket tahap atas gagal mengirimkan dua muatan satelitnya ke orbit yang dituju.
Alhasil, SSLV tidak dapat digunakan.
5. Kegagalan Blue Origin
Perusahaan penerbangan dan antariksa milik Jeff Bezos, Blue Origin juga turut merasakan kegagalan peluncuran roket suborbital New Shepard. Sebelumnya, Blue Origin telah mendapat perhatian dengan penerbangan turis dari Situs Peluncuran Satu di Texas Barat.
Blue Origin mengirim enam orang sekaligus ke Garis Karman (Karman Line) yakni batas antara atmosfer bumi dan permulaan ruang angkasa, berjarak 100 kilometer di atas permukaan laut. Pada Agustus 2023, roket tersebut mampu membawa misi wisata keenam.
Tetapi dalam misi khusus sains pada 12 September 2023, misi justru tidak berjalan seperti yang diharapkan. Terjadi masalah pada pendorong New Shepard sesaat sebelum misi mencapai ketinggian 9.000 meter.
Namun sistem penyelamatan bekerja sesuai rencana usai mampu menerbangkan kapsul menjauh dan membiarkannya turun dengan aman ke bumi dengan parasut. Roket pun dikembalikan ke hangar, sementara FAA menyelidiki kegagalan tersebut.
Â
Advertisement
Skyrora Asal Skotlandia
6. Skyrora Asal Skotlandia
Perusahaan rintisan (startup) asal Edinburgh, Skotlandia, Skyrora adalah salah satu dari sejumlah startup peluncuran roket dari Eropa. Perusahaan ini berencana mencapai orbit dan dengan meluncurkan kendaraan Skyrora XL-nya pada 2023.
Namun perusahaan itu lebih dahulu meluncurkan roket suborbital dari pantai Islandia pada 8 Oktober lalu. Targetnya mencapai ketinggian 125 kilometer.
Sayangnya, roket yang dinamai Skylark L tidak mencapai ketinggian yang dituju. Roket akhirnya jatuh ke Laut Norwegia sekitar 500 meter dari lokasi pantai.
Upaya suborbital baru dapat dilakukan pada Q2 2023, menjelang peluncuran orbit yang direncanakan.
7. Roket Epsilon Jepang
Jepang meluncurkan roket Epsilon dari Pusat Antariksa Uchinoura pada 11 Oktober 2023. Program untuk misi yang dikenal sebagai Demonstrasi Teknologi Satelit Inovatif 3.
Misi itu bertujuan untuk mengamati badai geodmagnetik yang kerap melanda sebagian wilayah Jepang. Mulanya misi peluncuran tampak baik-baik saja setelah dua tahap pertama meluncur.
Tetapi siaran langsung di situs resmi menunjukkan ada masalah muncul pada saat tahap ketiga roket. Akibatnya, pengontrol misi mengaktifkan sistem penghentian penerbangan Epsilon, secara otomatis menghancurkan roket tersebut.
(Tifani)